NABI ADAM BUKAN MANUSIA PERTAMA DI BUMI
Al Qur’an tidak pernah menyebut Adam sebagai manusia pertama.
Demikian pula istrinya, bukanlah manusia kedua yang diciptakan setelah
Adam.
Banyak ayat Al Qur’an yang jusru memberikan indikasi
kuat bahwa Adam dan hawa adalah salah satu saja dari sekian banyak umat
manusia yang sudah ada pada waktu itu. Salah satu indikasi kuat
terdapat pada ayat berikut.
QS. Al A'raaf (7): 11
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian,
lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan kepada para
malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud
kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
Ayat
di atas dimulai dengan kalimat ‘menciptakan kamu sekalian, lalu kami
bentuk tubuh kalian’. Artinya, waktu itu Allah sudah menciptakan banyak
manusia di muka Bumi. Baru kemudian memerintah para malaikat untuk
bersujud kepada Adam.
Sayangnya, dalam kitab
terjemahan bahasa Indonesia kata kum itu ditafsiri sebagai Adam. di
sebelah kata ‘kamu’ diberi penjelasan dengan kata dalam kurung - (Adam).
Padahal kita tahu bahwa kum adalah bermakna jamak - kalian semua.
Ini
semakin jelas kalau kita baca ayat sebelumnya, berikut ini. Bahwa yang
dimaksud dengan ‘kum’ itu adalah bangsa manusia secara keseluruhan.
Spesies manusia.
QS. Al A'raaf (7): 10
Sesungguhnya
Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur.
Dari 2 ayat yang berurutan di atas,
kita bisa memperoleh kesimpulan bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan
bangsa manusia di muka Bumi, dengan segala sumber penghidupannya. Dan,
kemudian memilih salah satu di antaranya sebagai khalifah di muka Bumi.
Dialah Adam. Ditandai dengan perintah kepada malaikat untuk bersujud
kepadanya.
Kalau Adam memang manusia pertama, ayatnya tidak akan berbunyi demikian. Diawalnya pastilah Allah mengatakan kepada Adam dalam bentuk tunggal: “Walaqad khalaqnaka - Dan sungguh telah Kami ciptakan kamu (Adam)...” Tapi, tenyata menggunakan kum.
Bukti
lain tentang Adam bukan manusia pertama adalah ketika Allah berkata
kepada malaikat mau menjadikan Adam sebagai khalifah. Informasi itu ada
pada ayat berikut.
QS. Al Baqarah (2): 30
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
Ayat ini sering dipakai oleh sebagian besar
kita untuk menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama. Karena di
sana digambarkan dialog antara Allah dengan malaikat, untuk menjadikan
Adam sebagai khalifah di muka Bumi. Padahal justru ayat ini
menegaskan bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Melainkan adalah salah
satu manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang sudah ada di
jaman itu.
Ada dua hal yang menunjukkan itu. Yang
pertama, adalah kata inni ja'ilun fil ardhi khalifah – “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Kalimat
tersebut tidak menggunakan kata ‘menciptakan’ (khalq) melainkan
menggunakan kata ‘menjadikan’ (ja'ala). Jadi bukan mengadakan dari
‘tidak ada’ menjadi ‘ada’, melainkan ‘memilih’ dari yang sudah ada
menjadi khalifah alias pemimpin bagi umat manusia di jaman itu. Kata
‘memilih’ itu lebih jelas lagi pada ayat lain, berikut ini.
QS. Ali Imran (3): 33
Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran
melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)
Allah
menggunakan kata isthofaa yang secara eksplisit berarti ‘memilih dari
yang sudah ada’. Dan lebih jelas lagi, dalam ayat itu Allah
membandingkan dengan nabi-nabi lainnya seperti Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga Imran. Mereka semua adalah orang-orang yang terpilih pada
zamannya.
Dan masih banyak lagi ayat yang
memberikan kepahaman bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka Bumi.
Meskipun pada beberapa ayat, seringkali agak membingungkan jika dipahami
secara sebagian. Ayat-ayat itu memiliki penjelasan di ayat lainnya.
Sebagai
contoh adalah ayat berikut ini. Allah mengatakan bahwa Dia telah
menciptakan manusia (al Insaan) dari tanah liat kering yang berasal dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Ada kesan, seakan-akan Allah bercerita
tentang penciptaan manusia pertama -Adam- langsung dari tanah liat.
Dan, begitulah yang sering kita dengar dari orang di sekitar kita.
QS. Al Hijr (15): 26
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insan) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Akan
tetapi kalau anda cermati, ayat di atas tidak bercerita tentang
penciptaan seorang manusia melainkan manusia secara kolektif. Yang
digunakan adalah kata ‘al insaan’. Sayangnya - sekali lagi -dalam kitab
terjemahan seringkali diberi penjelasan dalam kurung - (Adam). Ini
menjebak pemahaman orang-orang yang hanya membaca dari terjemahan bahasa
Indonesianya. Seakan-akan ayat itu bercerita tentang penciptaan Adam,
sebagai manusia pertama.
Jika mau lebih jelas lagi dalam memahami ayat itu, bacalah ayat-ayat berikutnya.
QS. Al Hijr (15): 28-30
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia (basyaran) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka
bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.
Allah
memberikan penjelasan lebih rinci bahwa yang diciptakan dari ‘tanah
liat kering yang berasal dari lumpur hitam’ itu, adalah basyaran. Yaitu
manusia sebelum al insaan. Atau, nenek moyang al insaan, yang memang
sudah ada selama jutaan tahun sebelumnya.
Karena itu, ayat
berikutnya memberikan penjelasan bahwa basyaran itu masih perlu
disempurnakan lagi oleh Allah, agar menjadi al insaan. ‘Maka bila telah
Kusempurnakan kejadiannya, dan telah Kutiupkan Ruh-Ku ke dalamnya, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud’. Dan para malaikat pun
bersujud bersama-sama. Bukan kepada al basyar, melainkan kepada al
insaan.
Jadi, adalah keliru kalau kita menafsiri ayat
tersebut sebagai proses penciptaan Adam -manusia pertama- dari tanah
liat. Itu adalah cerita tentang penciptaan al basyar secara kolektif,
yang ‘ditumbuhkan’ oleh Allah dari tanah Bumi. Dan setelah disempurnakan
kejadiannya - menjadi al insaan - barulah malaikat diperintahkan
bersujud kepada salah satu dari al insaan itu, yaitu Adam.
Lantas,
dari keturunan Adam inilah manusia modern berkembang biak. Sedangkan
manusia-manusia lain selain keturunan Adam mengalami kepunahan. Maka
manusia modern ini disebut sebagai ‘bani Adam’ alias keturunan Adam.
Ayat
berikut ini menjelaskan bahwa para nabi yang disebut di dalam Al Qur’an
itu adalah keturunan Adam. Sebagiannya lagi keturunan Nuh, keturunan
Ibrahim, dan Imran. Jalur manusia modern adalah jalur keturunan Adam.
Maka ia pun disebut sebagai bapaknya manusia.
QS. Maryam (19): 58
Mereka
itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama
Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan
ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur
dengan bersujud dan menangis.
Perbedaan yang paling
mendasar antara al basyar - manusia purba - dengan al insaan -manusia
modern - adalah pada kemampuan akalnya. Secara fisikal, itu diwakili
oleh kualitas dan kapasitas otaknya.
Malaikat yang semula
‘ragu-ragu’ untuk bersujud kepada Adam ternyata mau bersujud kepadanya
ketika Allah menunjukkan bahwa kemampuan akal Adam di luar dugaan
malaikat. Adam dengan mudahnya menguasai ilmu pengetahuan alam yang
diajarkan Allah kepadanya.
QS. Al Baqarah (2): 31-34
Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar!"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dan berkatalah
Kami kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah
mereka, kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir.
....................................................
Saya
ingin mengajak anda berfikir. Pernah terfikir atau tidak, Nabi Adam
A.S. bukanlah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah?
Al-Quran
itu tidak pernah menipu. Itulah yang saya dapat simpulkan dari ilmu
yang saya peroleh, dan science itu tidak akan pernah dapat dipisahkan
daripada AlQuran. Anda setuju?
Surat Al-Baqarah ayat 30, "Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". Mereka bertanya (tentang
hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya
Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat
bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa
bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya".
Perhatikan
kata-kata ayat Al-Quran yg di bold ini dengan hati-hati. Di dalam ayat
tersebut menerangkan bahwa, Allah berfirman kepada para malaikat.
Menurut pemahaman selama ini bahwa ketika itu manusia belum diciptakan.
Coba perhatikan betul-betul pada ayat yang sudah di bold kan di atas.
Sedangkan Nabi Adam baru saja hendak diciptakan, mana mungkin
malaikat sudah mengetahui bahawa manusia itu makhluk yang akan membuat
bencana dan menumpahkan darah?
……………………………………………………………………………………
Dengan
merujuk kepada al-Quran dan riwayat-riwayat secara pasti dapat
dikatakan bahwa sebelum Nabi Adam terdapat generasi atau beberapa
generasi manusia disebut sebagai “insan atau bangsa Nisnas” meski
terkait dengan hal-hal detilnya, tipologi personal dan model kehidupan
mereka, kita tidak memiliki informasi yang akurat.
Allamah
Thabathabai berkata, “Dalam sejarah Yahudi disebutkan bahwa usia jenis
manusia semenjak diciptakan hingga kini tidak lebih dari tujuh ribu
tahun lamanya...namun para ilmuan Geologi meyakini bahwa usia genus
manusia lebih dari jutaan tahun lamanya. Mereka menyuguhkan sejumlah
argumen untuk dari fosil-fosil yang menyebutkan bahwa terdapat
peninggalan manusia-manusia pada fosil-fosil tersebut. Di samping itu,
mereka juga membeberkan dalil-dalil skeleton (tengkorak) yang telah
membatu milik manusia-manusia purbakala yang usianya masing-masing dari
fosil dan skeleton itu ditaksir, berdasarkan kriteria-kriteria ilmiah,
kira-kira lebih dari lima ratus ribu tahun. Demikian keyakinan mereka.
Namun dalil-dalil yang mereka suguhkan tidak memuaskan. Tidak ada dalil
yang dapat menetapkan bahwa fosil-fosil ini adalah badan yang telah
membatu milik nenek moyang manusia-manusia hari ini. Demikian juga tidak
ada dalil yang dapat menolak kemungkinan ini bahwa tengkorak-tengkorak
yang telah membatu ini berhubungan dengan salah satu dari periode
manusia-manusia yang hidup di muka bumi, karena boleh jadi demikian
adanya, dan boleh jadi tidak. Artinya periode kita manusia-manusia boleh
jadi tidak bersambung dengan periode-periode fosil-fosil yang telah
disebutkan, bahkan boleh jadi berhubungan degan manusia-manusia yang
hidup di muka bumi sebelum penciptaan Adam Bapak Manusia (Abu al-Basyar)
dan kemudian punah. Demikian juga kemunculan manusia-manusia yang
kepunahannya berulang, hingga setelah beberapa periode tibalah giliran
generasi manusia masa kini.
Karena itu, dapat disimpulkan
bahwa terdapat manusia sebelum penciptaan Adam dan setelah manusia Adam
ditemukan kemudian malaikat ditugaskan untuk sujud kepadanya.
Hanya
saja al-Quran tidak menyebutkan secara tegas tentang proses kemunculan
manusia di muka bumi, apakah kemunculan jenis makhluk ini (manusia) di
muka bumi terbatas hanya pada periode sekarang yang kita hidup di
dalamnya, atau periode-periode yang banyak dan periode kita
manusia-manusia sekarang ini merupakan periode terakhir?
Kendati sebagian ayat al-Quran menengarai bahwa sebelum
penciptaan Adam As terdapat manusia-manusia yang hidup dimana para
malaikat dengan ingatan pikiran mereka tentang manusia, bertanya kepada Allah Swt, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah” dimana dapat disimpulkan dari ayat ini bahwa terdapat masa yang telah berlalu sebelum penciptaan Nabi Adam.
Namun
terdapat beberapa riwayat dari para Imam Ahlulbait As yang sampai
kepada kita menegaskan bahwa sebelum generasi ini, terdapat
generasi-generasi sebelumnya yang telah punah dan riwayat-riwayat ini
menetapkan periode-periode manusia sebelum periode yang ada sekarang
ini.
Sebagai contoh kami akan menyebutkan sebuah hadis berikut ini:
Penyusun Tafsir Ayyasyi meriwayatkan dari Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Salim dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Apabila
malaikat-malaikat tidak melihat makhluk-makhluk bumi sebelumnya, yang
menumpahkan darah lantas dari mana mereka dapat berkata, “Apakah Engkau
akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
di dalamnya dan menumpahkan darah?”
Adapun
sehubungan dengan apakah Adam merupakan manusia kedelapan di muka bumi
ini harus dikatakan bahwa kami tidak menjumpai teks-teks agama yang
menetapkan bahwa Adam adalah manusia kedelapan di muka bumi. Benar
terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa generasi Nabi Adam
setelah tujuh periode dan tujuh generasi semenjak penciptaan Adam. Namun
boleh jadi riwayat-riwayat ini tengah menyinggung banyaknya
periode-periode masa lalu. Misalnya Syaikh Shaduq dalam al-Khishâl,
meriwayatkan dari Imam Baqir As yang bersabda, “Allah Swt semenjak
menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya (kemudian
punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini berasal dari generasi
Adam Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa menciptakan mereka di muka
bumi dan mengadakan generasi demi generasi dan masing-masing, alam demi
alam muncul hingga akhirnya, (Allah Swt) menciptakan Adam Bapak Manusia
dan keturunannya berasal darinya.
Boleh jadi
riwayat-riwayat ini dengan memperhatikan riwayat-riwayat lainya yang
menetapkan periode-periode yang banyak pada masa silam, tengah
menyinggung tentang banyaknya periode pada masa silam; misalnya Syaikh
Shaduq dalam kitab Tauhid mengutip riwayat dari Imam Shadiq As yang
bersabda, “Kalian mengira bahwa Allah Swt tidak menciptakan manusia lain
selain kalian. Bahkan (Allah Swt) menciptakan ribuan ribuan Adam dimana
kalian adalah generasi terakhir Adam dari generasi-generasi Adam
(lainnya).”
Demikian juga dalam al-Khisâl diriwayatkan
dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Allah Swt menciptakan dua belas ribu
alam yang masing-masing (dari dua belas ribu itu) lebih besar dari
tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Tiada satu pun dari penghuni
satu alam pernah berpikir bahwa Allah Swt menciptakan alam lainya selain
alam (yang ia huni).”
Akan tetapi sebagaimana yang Anda
perhatikan riwayat terakhir menyinggung tentang penciptaan alam-alam dan
boleh jadi alam-alam tersebut berada di luar planet bumi dan kita dapat
memandang riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang tujuh periode
sebelumnya di muka bumi itu tidak bertentangan satu sama lain.
Namun
(dengan asumsi adanya manusia-manusia sebelum Adam) apakah tatkala
penciptaan Nabi Adam As manusia dari generasi manusia-manusia sebelumnya
masih tersisa?
Dengan memperhatikan beberapa indikasi
bukan mustahil bahwa pada masa penciptaan Adam terdapat orang-orang dari
generasi-generasi sebelumnya yang masih tersisa dan tengah mengalami
kepunahan. Artinya mereka masih tetap ada (pada masa penciptaan Adam)
sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama.[9] Salah satu ulama
kontemporer terkait dengan pernikahan anak-anak Adam berkata, “Di sini
juga terdapat kemungkinan lain bahwa anak-anak Adam menikah dengan
manusia-manusia yang tersisa dari generasi sebelum Adam karena sesuai
dengan riwayat Adam bukanlah manusia pertama yang hidup di muka bumi.
Penelitian ilmiah manusia hari ini menunjukkan bahwa genus manusia
kemungkinan telah hidup di muka bumi semenjak beberapa juta tahun
sebelumnya, padahal sejarah kemunculan Adam hingga masa sekarang ini
tidak terlalu lama (kurang lebih 7000 tahun). Karena itu kita harus
menerima bahwa sebelum Adam terdapat manusia-manusia lainnya yang hidup
di muka bumi yang tatkala kemunculan Adam tengah mengalami kepunahan.
Apa halangannnya anak-anak Adam menikah dengan manusia dari salah satu
generasi sebelumnya yang masih tersisa?”
Tentu saja tidak terdapat keraguan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama dari generasi yang ada sekarang ini.
Al-Quran
nampaknya menegaskan bahwa generasi yang ada sekarang ini berasal dari
ayah dan ibu yang berujung pada satu ayah (bernama Adam) dan satu ibu
(yang dalam beberapa riwayat dan Taurat bernama Hawa) dan kedua manusia
ini adalah ayah dan ibu seluruh manusia. Demikian juga ayat-ayat berikut
menyokong makna ini, “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari
pati air yang hina (air mani).” (Qs. Al-Sajdah [32]:8); “Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah” (seorang manusia) , maka jadilah dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59);
“(Ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku;
maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (Qs. Shad
[38]:71 & 72)
Seperti yang Anda saksikan ayat-ayat
yang telah dikutip memberikan kesaksian bahwa sunnah Ilahi menjamin
lestarinya generasi manusia melalui pembuahan sperma namun penciptaan
dengan sperma ini terjadi setelah dua orang dari jenis ini (manusia
sekarang ini) diciptakan dari tanah liat dan Dia menciptakan Adam
kemudian setelah Adam istrinya yang diciptakan dari tanah liat (dan
setelah memiliki badan dan alat-alat reproduksi, Allah menciptakan
anak-anaknya dengan menciptakan sperma pada badan Adam dan istrinya).
Karena itu, tidak terdapat keraguan bahwa generasi manusia (sekarang
ini) berujung pada Adam dan istrinya berdasarkan bentuk lahir ayat-ayat
yang disebutkan di atas.
Adapun pertanyaan berikutnya
apakah di antara generasi tersebut terdapat seorang nabi? Apakah mereka
juga termasuk orang-orang yang memiliki intelegensia? Kita tidak
menemukan penjelasan tentang hal ini dalam ayat-ayat al-Quran dan
riwayat-riwayat. Namun mengingat bahwa mereka sama dengan kita, manusia
(atau Nisnas) maka dari sisi ini kita sama dengan mereka. Dan tentu saja
mereka memiliki intelegensia dan kecerdasan serta sangat boleh jadi
dapat dikatakan bahwa untuk membimbing mereka diutuslah nabi atau
nabi-nabi kepada mereka.
Peradaban manusia bisa besar dikarenakan belajar pada 1 ILMU YG SAMA (AL-ASMA/ADAM, SUHUF ULA/IBRAHIM, ZABUR/DAUD, TAURAT/MUSA, INJIL/ISA, AL-QURAN/AHMAD), mereka dan kita tanpa ILMU tersebut adalah sama seperti halnya binatang-binatang yang ada
(anjing, babi, monyet, dll). Ahmad bin Abdullah adalah bukan
siapa-siapa jika tidak ada ILMU (AL-QURAN), begitu pun ISA, MUSA dan
kita semua...Itu terbukti apabila bayi-bayi manusia jika dibuang ke
hutan ataupun ke tempat yang tidak ada ILMU, mereka hanya mempergunakan SELERA/HAWA NAFSU sama sprti yg dilakukan binatang. Contoh manusia yang tidak mendapatkan ILMU, http://unikdiary.blogspot.com/2012/02/manusia-tarzan-memang-ada.html
EVOLUSI MANUSIA (Teori Evolusi Darwin):
- MANUSIA BERKARAKTER SAMA SEPERTI BINATANG, Sebelum diberikan wahyu/ilmu, mahluk yg dinamakan manusia level nya sama dengan binatang, yg bertindak hanya mempergunakan 3 hal, harta (memperkaya diri), tahta (kekuasaan), wanita (kebutuhan sex), di AlQuran disebut dalam level DABBAH (QS An Nur ayat 45),
- MANUSIA BERADAB (HOMO SAPIENS), setelah diberikan wahyu/pemahaman ilmu hidup menurut ajaran Allah, maka level manusia naik menjadi level BASYAR/NAS/INSAN (Alquran memanggilnya dg yaa ayyuhannas), level ini manusia belum menentukan pilihan hidup yg ditawarkan oleh ajaran Allah, mau memilih hidup yg haq (konsekuensi nya jannah), atau memilih hidup yg bathil (konsekuensi nya peri kehidupan naar, sikut kanan sikut kiri). Level manusia ini msh dalam kondisi try and error didalam menjalani hidupnya.
- MANUSIA MODERN, level terakhir manusia adalah level MUKMIN (yaa ayyuhalladziina aamanuu), manusia modern bukan diukur oleh maju tidak nya teknologi, manusia modern adalah manusia yg memilih jalan hidupnya hanya dgn ajaran Allah. Kembali kepada istilah mukmin pun terbagi 2 (dua), yaitu mukmin haq adalah mukmin yg memilih hidupnya dg aturan Allah, maka disebut sebagai Bani/kaum Adam, Bani Nuh, Bani Ibrahim…dst sampai kepada Bani Muhammad. Satu lagi mukmin bathil (QS 16:72, QS 29:52, 67) yaitu mukmin yg memilih hidupnya dg ajaran aduk”an antara ajaran Allah dan selera diri nya (harta,tahta,wanita), maka disebut sebagai bani Iblis, bani Firaun,..kafir, kadzaba, tawala, munafiq..dst..konsekuensi nya adalah peri kehidupan naar yg sikut kanan sikut kiri, sprti halnya peri kehidupan sekarang adalah peri kehidupan naar.
Sebagai sosok jasad Nabi Adam bukanlah sebagai manusia pertama di bumi, tetapi sebagai
sosok keILMUan Bani Adam adalah sekelompok orang-orang yang pertama
kali mendapatkan mandat membentuk budaya IPOLEKSOSBUD JANNAH.
Posting Komentar
Posting Komentar