BENARKAH NABI ISA DI ANGKAT ROH DAN JASADNYA KE LANGIT?
Nabi Isa diangkat ke langit bersama” dengan jasadnya karena hal ini
bertentangan dengan Hukum Kaidah Ilmiah Alam yang telah ditetapkan Allah
atas segala kehidupan didunia pada saat lalu maupun sampai saat
sekarang. Dasar bahwa Nabi Isa adalah meninggal layaknya Nabi” Allah lainnya adalah :
1. (QS Al ANBIYAA 21 : 34) dijelaskan bahwa manusia sebelum Muhammad tidak ada yang dapat hidup abadi, ...
2.
[QS MARYAM 19 :15] "Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan
dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali."
...
3. [QS.AL-MAIDAH,5 : 117-118] : “Aku (Nabi Isa) tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
untuk mengatakannya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan
adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.
Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau
menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ...
4. (QS.ALI IMRAN 3 : 55). “Wahai Isa, Aku akan mematikan engkau
dan meninggikan engkau di hadapanKu dan membersihkan engkau dari
orang-orang kafir dan membuat orang-orang yang mengikuti engkau di atas
orang-orang kafir sampai hari kiamat.” ....
5. Dalam Hadist Nabi
(Hajaj at-Kiramah, p. 428: Kanz al-Ummal, vol. 6, p. 160, dari Hadrat
Fatima; dan Mawahib al-Ladinya, vol. 1, p.42) : Aisyah a.s. berkata
bahwa, pada saat menjelang kematiannya, Nabi Suci saw. Bersabda :’
setiap tahun Jibril biasanya mengulangi pembacaan Qur’an Suci denganku
sekali, namun pada tahun ini dia melakukan hal tersebut dua kali, dia
memberitahukan padaku bahwa tak ada nabi melainkan hidup selama separuh
dari usia nabi yang terdahulunya. Dan dia juga berkata padaku bahwa Nabi Isa a.s. hidup selama seratus dua pulu tahun, dan aku menyadari bahwa aku akan meninggalkan dunia ini diawal usia enam puluhan” ...
6. Berdasarkan
Penemuan Para Arkeolog dunia yang didukung dengan naskah" kuno berikut
peninggalan"nya, konon makam Nabi Isa berada di Kashmir, India .
Surat Al Faathir/35 ayat 11, "...... Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, .......QS 29:14. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim....peradaban ajarannya yg lama zahir nya..sprti peradaban kebangkitan kedua sekarang ini yg terjadi, selama 15 abad (1500 tahun) belum jg zahir..
QS
3: 55. Hai para pelaksana sunnah isa, sesungguhnya Aku dgn ajaranKU
injil akan mematikan/mempasifkan sifat dzulumatmu dan
mengangkat/mendhahirkan menjadi suatu pembuktian ajaran sunnah Isa/Injil
serta memisahkan/membersihkan dari orang” yg lebih memilih kepada
ajaran sunnah syaithon/dzulumat, dan memenangkan atas orang” yg
mengikuti ajaran sunnahmu. Kemudian hanya kepada ajaran ILMU KU lah kamu
merujuk, lalu Allah dgn ajaran ILMUNYA lah segala sesuatu diputuskan.
(terjemah DEPAG: (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah
kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu
kamu berselisih padanya." ).......QS 3:55 dan QS 4:158, RAFA'AHU = makna
nya mengangkat/meninggikan, mendhahirkan, mensyahadahkan pembuktian
ajaran sunnah isa atas ajaran" dzulumat.
-----------------------------------------------------------------
Yahudi
mempercayai Nabi Isa a.s. sebagai manusia biasa, sementara umat
Kristiani menuhankannya. Umat Muslim menerima beliau sebagai salah satu
di antara para nabiyullah lainnya. AlQur’an membuktikan Nabi Isa a.s.
telah wafat dalam keadaan ketiga posisi tersebut.
Kaum
muslimin pada umumnya sehubungan dengan kematian Nabi Isa a.s . adalah:
Rata-rata kaum muslimin percaya bahwa Nabi Isa a.s. masih hidup di
langit dengan badan jasmaninya, namun kalau kita telaah secara akar kata
dan makna alquran dan kaidah ilmiah alam bahwa – seperti para nabi
lainnya – Nabi Isa a.s. telah wafat.
Bukti dari AlQur’an
Jelas
sekali membuktikan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat seperti manusia
lainnya dan tidak hidup lagi di manapun. Jelas sekali dinyatakan bahwa
Nabi Isa a.s. hanyalah memiliki sifat-sifat kemanusiaan, dan tidak
memiliki sifat-sifat ketuhanan, beliau hanyalah hamba Allah dan
Rasul-Nya. Karena itu sejak lahir hingga wafat, dia tunduk pada
keterbatasan fisik dan biologi yang telah ditentukan Tuhan untuk
manusia.
BUKTI PERTAMA: Semua manusia hidup dan mati di bumi ini.
Semua
Nabi adalah manusia biasa, oleh karena itu mereka tunduk kepada
undang-undang Ilahi yang tak berubah-ubah, bahwa manusia hidup dan mati
di bumi ini. Qur’an menyatakan:
1. “Ia berfirman: Di sana (yakni di bumi) kamu hidup dan di sana kamu meninggal dan dari sana kamu akan dibangkitkan” (7:25)
2. “Dan bagi kamu adalah tempat tinggal di bumi dan perlengkapan untuk sementara waktu” (7:24)
3. “Bukankah Kami jadikan bumi sebagai daya tarik, yang hidup dan mati” (77:25,26)
4.
“Dan dari (bumi) itu Kami menciptakan kamu dan kesitu juga Kami
kembalikan kamu. Dan dari bumi itu Kami mengeluarkan kamu untuk kedua
kali.” (20:55)
BUKTI KEDUA : Kehidupan jasmani tergantung pada makanan dan minuman
Tuhan
telah menjelaskan bahwa undang-undang-Nya berlaku bukan hanya untuk
orang biasa saja namun juga untuk para Nabi, bahwa hidup itu sangat
bergantung pada makanan dan minuman:
1. “Kami tidak mengutus sebelum engkau (wahai Muhammad) setiap Rasul kecuali mereka itu makan-makanan.” (25:20)
2. “Dan Kami tak membuat mereka (yakni para Nabi) tubuh yang tak makan-makanan.” (21:8)
Mengenai
Nabi Isa a.s. dan ibunya yang tulus dinyatakan :”Dua-duanya makan,
makanan” (5:75). Maka jika Nabi Isa a.s. tidak makan-makanan – segenap
kaum Muslimin berpendapat bahwa Nabi Isa a.s. tidak makan-makanan lagi
di langit – beliau tak akan bisa, dengan hukum Ilahi yang dinyatakan di
atas, hidup dengan badan jasmaninya. Jasmani itu membutuhkan makanan
jadi Nabi Isa a.s. yang tak makan-makanan lagi pasti sudah mati.
BUKTI KETIGA: Jasmani manusia bisa rusak termakan waktu.
Tak
ada satu badan jasmani manusia pun di bumi ini yang tidak mengalami
perubahan. Kehidupan jasmani pasti menglami perubahan seiring dengan
perubahan waktu. Qur’an menyatakan:
1. “Dan tiada Kami menciptakan
manusia sebelum engkau (hai Muhammad) itu kekal (Khuld). Apakah jika
engkau mati, mereka itu kekal (Khalidun)” ? (21:34)
2. “Mereka (yakni para Nabi) itu tidak hidup kekal (Khalidin)” (21:8)
Mengenai
arti kata Khulud (yang diterjemahakan di atas dengan kekal
selama-lamanya), kamus Qur’an yang terkenal dari Imam Raghib
menjelaskan:
“Khulud” artinya ialah sesuatu yang kebal dari
kerusakan, dan tahan terhadap perubahan kondisi. Bangsa Arab menyebut
sesuatu dengan kata Khulud….. yakni terus menerus dalam suatu keadaan
dan tidak berubah (hal 153-154).
Karena itu menurut pengertian
bahasa Arab, pengertian Khulud menunjukan tetapnya suatu keadaan yang
tidak mengalami perubahan atau mengalami kerusakan. Di dalam ayat-ayat
tersebut di atas, hukum Ilahi telah menjelaskan secara jelas bahwa dalam
keadaan seperti itu setiap orang akan menglami perubahan dengan
berlalunya waktu. Dia pertama-tama menjadi anak, kemudian dewasa,
kemudian tua dan akhrinya mati ini diperkuat oleh banyak ayat-ayat
lainnya, contohnya:
1. “Allah ialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, lalu Ia memberi kekuatan setelah lemah, lalu membuat
kelemahan dan ubanan setelah keadaan kuat.” (30:54)
2. “Dan diantara kamu ada pula yang dikembalikan menjadi pikun (jompo), sehingga ia tak tahu apa-apa setelah ia tahu.” (22:5)
3.
“Dan barang siapa Kami beri umur panjang, niscaya Kami kembalikan
kepada keadaan kejadian yang hina (buruk). Apakah mereka tak mengerti?.”
(36:58)
Secara umum undang-undang Ilahi telah dijelaskan
seterang-terangnya di sini, dan tidak ada pengecualian bagi seorang
manusia pun. Sejak dari anak seseorang berkembang secara fisik untuk
mencapai perkembangan yang sepenuhnya setelah itu dia mulai lemah dan
akhirnya sampailah kepada kekanak-kanakan yang kedua kalinya tatkala dia
kehilangan masa-masa yang pernah dicapainya.
Jika demi
kepentingan argumentasi itu, Nabi Isa a.s. akan kembali kedunia ini, dia
harus berusia 2000 tahun, dan dari sinilah,menurut hukum Ilahi di atas
beliau sudah terlalu tua untuk berbuat sesuatu. Pada kenyataannya,
sungguh dibawah undang-undang ini Nabi Isa a.s. sudah wafat sejak
dahulu.
BUKTI KEEMPAT: Wafatnya Para Nabi
1. “Almasih, ‘Isa bin Maryam, hanyalah seorang Rasul: sungguh telah berlalu para utusan sebelum dia “. (5:75)
2.
“Dan Muhammad itu tiada lain hanyalah utusan; sebelum dia telah berlalu
para utusan. Jika ia mati atau dibunuh, apakah kamu akan berbalik atas
tumit kamu?.” (3:143)
Ayat yang kedua di sini memperjelas ayat
yang pertama. Kedua ayat itu sama-sama memperingatkan, yang pertama
terhadap Nabi Isa a.s. , yang kedua terhadap Nabi Muhammad. Penjelasan
ayat Qur’an di sini sangat jelas sekali bagi si pencari kebenaran. Ayat
pertama jelas sekali mengatakan bahwa semua Nabi sebelum Nabi Isa a.s.
telah wafat – segenap kaum Muslimin menerima ini. Dalam ayat yang kedua,
kata-kata yang sama digunakan untuk memperjelas bahwa semua Nabi
sebelum Nabi Muhammad saw telah wafat, dan karena tak ada Nabi yang
dibangkitkan antara Nabi Isa a.s. dan Nabi SAW, ayat yang kedua pasti
diturunkan khususnya untuk menunjukan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat.
Karya-karya klasik tata bahasa Arab menjelaskan kepada kita bahwa,
dengan menggunakan awalan al pada kata para utusan (al-rusul, lit
“para-utusan) di dua ayat tersebut di atas jelas-jelas memberi arti
seluruh utusan (lih bahr al-Muhit, vol 3, hal 68).
Arti dari Khala
Haruslah
diingat bahwa kata khala (yang diterjemahkan di atas dengan “berlalu”)
dalam bentuk kata lampau tanpa kata sandang, ketika ditujukan kepada
manusia, bermakna kematian mereka. (lih Lisan al-Arab dan Aqrab
al-Mawarad), juga di dalam Qur’an, mana kala kata qad khalat
tanpa partikel ila digunakan untuk orang, maksudnya adalah mereka telah
berlalu dan meninggal, dan tak akan kembali lagi. Sebagai contoh:
1. “Itulah umat yang sudah berlalu (qad khalat).” (2:134)
2. “…Yang sebelumnya telah banyak umat yang berlalu (qad khalat).” (13:30)
3. “….dikalangan umat yang telah berlalu (qad khalat).”(46:18)
4. “itulah tata cara Allah terhadap orang-orang yang sebelumnya telah berlalu (khalat).” (33:38)
Dalam
penafsiran dua ayat tentang seluruh Nabi sebelum Nabi Isa a.s. dan Nabi
saw. telah berlalu, para mufasir umunya mengambil arti yang sama:
“Nabi
SAW telah meninggal dunia sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi-Nabi
sebelumnya, dengan cara kematian yang alami atau dibunuh” (Qanwa ‘ata
Baidawi, vol.3 hal 124).
Sebenarnya ayat-ayat tersebut di atas
mengenai Nabi SAW (3:143) itu sendiri telah menjelaskan makna dari
khalat (telah berlalu seluruh Nabi sebelumnya) dengan menggunakan
kata-kata “bila dia meninggal atau dibunuh” atas dirinya. Jelaslah,
kalimat “telah berlalu para Nabi sebelumnya “berarti salah satu dari
mati alami atau dibunuh
BUKTI KELIMA: Semua yang dituhankan itu mati
Semua yang dianggap tuhan selain Allah , dijelaskan oleh Qur’an itu “mati”:
“Adapun
orang-orang yang mereka seru selain Allah, mereka tak dapat menciptakan
apa-apa malahan mereka itu diciptakan. (mereka) mati tak hidup. Dan
mereka tak tahu kapan mereka dibangkitkan.” (16:20-21)
Begitu pula
Nabi Isa a.s. yang dianggap tuhan, Qur’an itu sendiri berkata: “Sungguh
kafir orang –orang yang berkata: “Allah ialah Masih bin Maryam.” (5:72)
Ayat-ayat
ini menjadi bukti secara lengkap bahwa Nabi Isa a.s. yang dianggap
tuhan oleh sebagian besar oleh manusia dan dipanggil “Tuhan Jesus”,
pasti sudah mati ketika ayat ini diwahyukan. Jika tidak, pengecualian
itu pasti disebutkan di sini.
Setelah amwaat (mereka itu mati),
kata ghairu ahyaa’u (“tidak hidup”) menjelaskan masalah tersebut lebih
mantap, dan kembali menguatkan tentang kematian terhadap “tuhan-tuhan”
tersebut.
BUKTI KEENAM: Kedatangan Nabi Isa a.s. yang kedua bertentangan dengan Khataman-nabiyyin.
Kedatangan
Nabi Isa a.s. lagi ke dunia ini akan menyalahi prinsip Khataman
Nabiyyin karena Nabi saw. adalah Nabi penutup dan Nabi yang terakhir
menurut prinsip tersebut. Qur’an menjelaskan: “Muhammad bukanlah ayah
salah seorang dari kamu, melainkan dia itu Utusan Allah dan segel
(penutup) para Nabi. (33:40)
Nabi SAW menjadi Nabi yang terakhir
(Khataman-Nabiyyin) memastikan bahwa setelah beliau tidak akan muncul
lagi Nabi yang lain, baik Nabi baru maupun Nabi lama. Seperti halnya
kedatangan nabi baru akan merusak Khataman-Nabiyyin begitu pula
kehadiran Nabi lama, karena Khataman-Nabiyyin berarti Nabi yang muncul
setelah munculnya seluruh Nabi. Seandainya Nabi Isa a.s. datang sesudah
Nabi SAW dia (Nabi Isa a.s. ) pasti akan menjadi Nabi yang terakhir,
Khataman-Nabiyyin.
Salah sekali jika untuk berdalih bahwa menurut
perkiraannya kedatangannya yang kedua kali, Nabi Isa a.s. tak akan
menjadi Nabi. Karena Qur’an mengatakan: “Ia (Nabi Isa a.s. ) berkata:
“sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Ia telah memberikan kepadaku
kitab, dan membuat aku seorang Nabi. Dan ia membuat aku seorang yang
diberkahi di manapun aku berada.” (19:30-31). Jadi manakala dia kembali
ke dunia ini dia harus tetap Nabi. Kedatangannya lagi tanpa kenabian
akan menjadi tak berarti, karena tugas kepemimpinan umat Muslim (imam)
dan keKhalifahan Nabi SAW harus dilaksanakan oleh umat Muslim itu
sendiri. Di sini membuktikan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat,
sebagaimana para Nabi lainnya dan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah Nabi
yang terakhir.
BUKTI KETUJUH: Qur’an secara khusus menjelaskan kematian Nabi Isa a.s.
Menjelaskan
berbagai macam pengertian umum dalam hal hidup dan mati, adalah tak
perlu bila Qur’an itu sendiri telah menjelaskan secara khusus tentang
kematian Nabi Isa a.s. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menjelaskan secara
khusus tentang kematian Nabi Isa a.s. di dalam Qur’an. Ketika Yahudi
berhasil dalam rencananya menggantungkan Nabi Isa a.s. di tiang salib,
Nabi Isa a.s. berdo’a agar diselamatkan dari penderitaan ini, dan
dijawab oleh-Nya sebagai berikut:
“Wahai Isa, Aku akan mematikan
engkau dan meninggikan engkau di hadapanKu dan membersihkan engkau dari
orang-orang kafir dan membuat orang-orang yang mengikuti engkau di atas
orang-orang kafir sampai hari kiamat.” (3:54)
Di sini Tuhan telah membuat 4 perjanjian dengan Nabi Isa a.s.:
1.
“mematikan engkau” (tawaffa) yakni, Nabi Isa a.s. tak akan dibunuh oleh
kaum Yahudi, melainkan beliau akan meninggak secara wajar
2.
“meninggikan engkau dihadapanKu” (raf’a) yakni, dia tidak mati disalib,
yang mana Yahudi mencoba membuktikan dia itu terkutuk (ul 21:23),
melainkan dia akan menerima kedekatan Ilahi.
3. “membersihkan
engkau dari orang-orang kafir” (tathir) yakni, dia akan dibersihkan dari
semua tuduhan Yahudi, yang mana hal ini telah dilakukan oleh Nabi saw.
4.
“membuat orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang-orang kafir
sampai hari kiamat”, yakni pengikutnya akan berada di atas para
pembangkangnya.
Ayat di atas membuktikan bahwa Nabi Isa a.s. telah
mati, karena raf’a (pengangkatan ke hadirat Ilahi) hanya bisa dicapai
setelah mati, setelah semua selubung jasmani disingkirkan. Setiap orang
tulus akan dianugrahi raf’a dihadapanTuhan setelah kematiannya. Nabi SAW
bersabda:”ketika orang beriman mendekati kematiannay, para malaikat
datang kepadanya. Jadi, bila orang tulus, mereka berkata: “wahai
ruh yang suci! Keluarlah kau dari jasad yang suci, maka keluarlah ruh
yang suci tersebut, lalu mereka membawanya ke surga dan dibukakanlah
gerbang-gerbang surga itu untuknya” (Miskhat).
Karenanya,
sewaktu-waktu orang tulus meninggal, para Malaikat membawa ruhnya ke
seruga. Begitu pula halnya yang terjadi dengan Nabi Isa a.s. , setelah
kematianya, ruhnya diangkat ke surga dan dia bergabung di antara barisan
orang-orang tulus yang telah mati.
Dengan demikian Tuhan telah
memenuhi semua janji-janji di atas dengan urutan: Dia menyelamatkan Nabi
Isa a.s. dari tangan-tangan Yahudi, dan kemudian mewafatkannya dengan
wajar, setelah kematiannya Tuhan memuliakan ruhnya dengan kedekatan
Ilahi; Dia membersihkan segala tuduhan Yahudi melalui Nabi saw. dan
memberikan pengikutnya berada di atas kaum kafir.
BUKTI KEDELAPAN: Umat kristiani tersesat setelah Nabi Isa a.s. wafat.
Pernyataan
Nabi Isa a.s. pada hari kiamat, bahwa umatnya akan menuhankan dia
setelah kematiannya, demikianlah yang tertulis di Qur’an.
“Dan
tatkala Allah berfirman: Wahai Isa Bin Maryam, apakah engkau berkata
kepada manusia: ambillah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah.
Dia menjawab: Maha Suci Engkau! Tak pantas bagiku mengtakan apa yang aku
tak berhak mengatakannya. Jika aku mengatakan itu, Engkau pasti
mengetahui. Engkau tahu apa yang ada dalam batinku, dan aku tak tahu apa
yang ada dalam batin Engkau. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Tahu
barang-barang gaib. Aku tak berkata apa-apa kepada mereka kecuali apa
yang telah Engkau perintahkan kepadaku yaitu: Mengabdilah kepada Allah
Tuhanku dan Tuhanmu; dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada
di tengah-tengah mereka, tetapi setelah engkau mematikan aku, Engkaulah
Yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Yang Maha menyaksikan segala
sesuatu” (5-116-117)
Inti bukti ini sebagai berikut:
1. Nabi Isa a.s. akan menyangkal telah mengajarkan doktrin kristen yang sesat tentang ketuhannya
2. Dia akan menegaskan ajaran dia yang sebenarnya yang telah ia berikan kepada umatnya.
3. Selama Nabi Isa a.s. berada di tengah-tengah mereka, pengikutnya memegang ajaran yang benar;
4. Setelah Nabi Isa a.s. tawaffa (diterjemahkan di atas dengan “Kau menyebabkan aku mati”) keyakinan mereka menjadi rusak.
Arti dari Tawaffa
Kamus-kamus
bahasa Arab memberitahukan pada kita bahwa tawaffa allahu fallanun,
yakni Tuhan telah melakukan tawaffa kepada seseorang artinya Tuhan
mencabut nyawanya dan menyebabkan dia mati. Arti inilah yang diberikan
oleh Taj al-Urus, Al-Qamus, Surah, Asas Al-Balaghah, Al-Sihah, dan
Kalyat abi-l-Baqa.
Dalam ayat di atas, Nabi Isa a.s. berkata dalam
dua periode yang berbeda, yang pertama menjelaskan kata-kata “selama
aku berada di tengah-tengah mereka”, dan yang kedua tatkala hanya
“Engkaulah yang mengawasi mereka”, mereka itu adalah umat Nabi Isa a.s. ,
Kristen. Dan periode kedua (hanya Tuhan saja yakni bukan Nabi Isa a.s.
yang mengawasi mereka) dikarenakan tawaffaitani atau ketika Engkau
mematikan aku (Nabi Isa a.s. )
Sekarang menurut ayat di atas, umat
Kristen memgang keyakinan yang benar dalam perode yang pertama, dan
berpandangan sesat pada periode kedua. Sebagaimana Qur’an memberitahukan
kepada kita berulang-ulang dan seluruh umat Muslimpun meyakini, bahwa
ajaran Kristen telah menjadi sesat (atau dengan kata lain periode kedua
telah dimulai) dengan ditandainya kedatangan Nabi SAW. jadi Nabi Isa
a.s. telah wafat dengan dimulainya periode yang kedua yang telah datang
setelah tawaffaitani atau kematian Nabi Isa a.s.
Ringkasan
Menurut Qur’an, Nabi Isa a.s. memegang tidak lebih dari ketiga posisi berikut ini:
1. Beliau hanyalah manusia biasa diantara manusia biasa lainnya
2. Beliau adalah Nabiyullah diantara para Nabi lainnya; dan
3. Beliau adalah di antara mereka yang dituhankan manusia
Yahudi
mempercayai Nabi Isa a.s. sebagai manusia biasa, sementara umat
Kristiani menuhankannya. Umat Muslim menerima beliau sebagai salah satu
di antara para nabiyullah lainnya. Qur’an membuktikan Nabi Isa a.s.
telah wafat dalam keadaan ketiga posisi tersebut.
I. Nabi Isa a.s. sebagai manusia biasa:
Qur’an
menyatakan: “Dan tiada Kami menciptakan manusia sebelum engkau (hai
Muhammad) itu kekal, apakah jika engkau mati, mereka itu kekal?.”
(21:34). Ayat ini menunjukan bahwa tubuh manusia itu tak pernah kebal
dari perubahan waktu, dan bahwa tubuh manusia itu harus hidup dan mati
di bumi ini. Sebagaimana Nabi Isa a.s. itu menusia biasa – dia juga
harus tunduk kepada sunatullah yang telah ditentukan kepada manusia
karena menurut ketentuan Qur’an “setiap jiwa harus merasakan mati” –
Nabi Isa a.s.telah wafat.
II. Nabi Isa a.s. sebagai seorang Nabi:
“Dan
Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang utusan; sebelum dia telah
berlalu para utusan.” (3:143). Ayat ini membuktikan kematian seluruh
Nabi yang lalu pada waktu diturunkannya wahyu tersebut, dengan demikian
Nabi Isa a.s. telah wafat pada waktu itu.
III. Nabi Isa a.s. sebagai yang dianggap tuhan:
Dalam
hal semua yang dianggap tuhan selain Allah, Qur’an memberitahukan
kepada kita”mereka mati tidak hidup, dan mereka tak tahu kapan
dibangkitkan.” (16:21). Ini telah diketahui secara universal , dan
ditegaskan oleh Qur’an bahwa umat Kristiani meyakini Nabi Isa a.s.
sebagai tuhan dan menyerunya di dalam sembahyang mereka. Jadi menurut
ayat di atas, Nabi Isa a.s. telah meninggal; dan “tak akan pernah
menjawab do’a mereka hingga hari kiamat”.
Karena itu secara
lengkap dan tuntas terbukti bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat lama sekali,
dan kepercayaan terhadap kelangsungan hidupnya adalah bertentangan
dengan ajaran Qur’an yang terang benderang.
Bukti dari Hadits
Telah
kami tunjukan bukti-bukti dari ayat Al-Qur’an ayng menyatakan bahwa
Nabi Isa a.s. tidak hidup di langit melainkan beliau telah wafat di
zamannya sebagaimana para nabi lainnya yang juga telah wafat. Oleh
karena itu seharusnya tidak ada lagi keraguan sedikitpun di benak para
orang bijak dan para pecinta kebenaran tentang masalah ini. Namun untuk
lebih memuaskan para pencari kebenaran, kami akan menghadirkan beberapa
hadits dari Nabi saw., orang yang menerima wahyu Al-Qur,an, dan sebagai
orang yang paling benar dalam penafsiran Qur’an, untuk masalah ini
seharusnya setiap dan segenap Umat Muslim tunduk sepenuhnya terhadap
penafsiran dan keputusan Nabi saw.
Hadits Pertama: arti dari Tawaffa.
“Diriwayatkan
oleh Ibn Abbas bahwa Nabi saw. Bersabda dalam suatu khotbahnya: Wahai
saudara-ssaudara sekalian! Kalian akan dikumpulkan oleh Tuhanmu (pada
hari kiamat)…. Dan beberapa orang dari umatku akan diambil dan
dilemparkan ke neraka. Aku akan berkata ‘Oh Tuhan, tapi mereka adalah
dari umatku’ Akan dijawab:’ Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan
setelah kepergianmu”. Lalu aku akan berkata sebagaimana perkataan hamba
Allah yang tulus (yakni Nabi Isa a.s. ): “Aku akan menjadi saksi atas
mereka selama aku berada di tengah-tengah mereka, tetapi setelah Engkau
mematikan aku (tawaffaitani). Engkaulah yang mengawasi mereka”…..
(Bukhari, Kitab al-Tafsir, dibawah Surat Al-Maidah) kalimat
terakhir dari sabda Nabi saw. (‘aku menjadi saksi atas mereka…) diambil
dari ayat Qur’an yang mana telah dijawab oleh Nabi Isa a.s. sebagai
suatu sangkalan pada hari kiamat. Adalah disetujui oleh seluruh umat
Muslim, ketika kalimat ini digunakan oleh Nabi saw. Pada hadits di atas,
arti dari tawaffaitani adalah ‘engkau mematikan aku’ jadi jelaslah
kalimat tersebut mempunyai arti yang sama ketika digunakan oleh Nabi Isa
a.s. yakni ketika Nabi Isa a.s. diambil dari umatnya oleh kematiannya
bukan diangkat hidup-hidup ke langit.
Hadits kedua: Semua Nabi pasti mati.
Pada saat menjelang ajalnya, Nabi saw.. masuk ke mesjid dengan dibantu oleh dua orang untuk mengatakan hal ini:
“Wahai
saudara-saudara sekalian!. Aku mendengar bahwa kalian takut akan
kematian Nabimu. Apakah para Nabi sebelumku itu ada yang mampu
mempertahankan hidupnya sehingga aku masih punya harapan untuk bersamamu
lagi?. Dengarlah! Sebentar lagi aku akan menemui Tuhanku, begitu juga
dengan kalian. Jadi aku meminta pada kelian untuk memperlakukan kaum
muhajir dengan baik” (Al-anwar ul-Muhammadiyya min al-Muwahib
lil-dinnyya, Egypt, hal 317)
hadits ini diakhirai dengan mengutip
tiga ayat Qur’an: “Muhammad itu tiada lain hanyalah utusan; sebelum dia,
telah berlalu banyak utusan” (3:143)
“dan tiada kami menciptakan
manusia sebelum engkau itu kekal” (21:34); dan Dan Kami tak membuat
mereka (para Nabi) tubuh yang tak makan-makanan, dan tak pula mereka
kekal” (21:8). Bila seandainya ada beberapa nabi yang masih hidup,
pastilah Nabi SAW. tak dapat berkata seperti hadits di atas. Jadi
jelaslah bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat pada waktu itu.
Hadits Ketiga: Wafat sebelum Usia 100 tahun
1.
“Tak ada seorangpun yang hidup hingga kini melainkan akan wafat sebelum
seratus tahun berlalu” (Muslim. Kunz al-ummal, vol.7.170)
2.
“Nabi saw. Bersabda: ‘Allah mengirimkan angin setiap seratus tahun untuk
mengambil tiap-tiap jiwa orang Mu’min” (Mustadrak, vol.4, p. 475)
hadits-hadits
tersebut menunjukan bahwa setiap orang yang masih hidup di masa Nabi
SAW akan wafat sebelum seratus tahun berlalu, bila Nabi Isa a.s. masih
hidup ( di langit sebagaimana yang dikira orang) dia pasti telah wafat
dalam periode tersebut.
Hadits keempat: Nabi Isa a.s. berusia 120 tahun
Aishah
a.s. berkata bahwa, pada saat menjelang kematiannya, Nabi saw Bersabda
:’ setiap tahun Jibril biasanya mengulangi pembacaan Qur’an denganku
sekali, namun pada tahun ini dia melakukan hal tersebut dua kali, dia
memberitahukan padaku bahwa tak ada nabi melainkan hidup selama separuh
dari usia nabi yang terdahulunya. Dan dia juga berkata padaku bahwa Nabi
Isa a.s. hidup selama seratus dua puluh, dan aku menyadari bahwa aku
akan meninggalkan dunia ini diawal usia enam puluhan” (Hajaj at-Kiramah,
p. 428: Kanz al-Ummal, vol. 6, p. 160, dari Hadrat Fatima; dan Mawahib
al-Ladinya, vol. 1, p.42). Tabrani berkata tentang hadits ini: Hadits
nya sangatlah dapat di percaya , dan dirawikan dengan beberapa versi:.
Hadits tersebut tak ada keraguannya sedikitpun yang bukan hanya
mengumumkan kematiannya Nabi Isa a.s. malainkan menyatakan usianya yakni
120 tahun. Dan diriwayatkan paling tidak melalui tiga jalur: Dari
Aishah, ibn Umar dan Fatima. Karena itu Hadits tersebut sangatlah jelas
membuktikan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat.
Hadits Kelima: Nabi Isa a.s. telah wafat seperti Musa.
1.
Nabi saw Bersabda: “seandainya Musa atau Isa masih hidup, mereka pasti
mengikutiku (Al-Yawaqit wal-Jawahir, hal. 240; Fath al-Bayan, vol. 2 hal
246; tafsir Ibn Kathir, dibawah ayat 81, surat Ali-Imran)
2. “Seandainya Isa masih hidup dia pasti mengikutiku” (Shrah Fiqh Akbar, Egyptian ad., hal 99)
3.
“Bila Musa dan Isa masih hidup, mereka pasti mengikutiku” (Al-Islam,
dipublikasikan oleh The Fiji Muslim Youth Organization, vol.4 oct 1974)
Hadits-hadits tersebut di atas jelas menunjukan bahwa baik Musa maupun Isa dianggap telah wafat Oleh Nabi saw.
Hadits Keenam: Makam Nabi Isa a.s.
Nabi
saw Bersabda:” semoga Allah melaknat Yahudi dan Kristiani yang membuat
kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat-tempat ibadah”. (Bukhari, Kitab
as-Salat, hal 296).
Nabi saw. Bersabda seperti demikian di atas
dikarenakan beliau sangat khawatir bahwa umat Muslim yang seharusnya
terhindar dari kesalahan dengan membuat makam dari nabi mereka menjadi
tempat ibadah seperti yang telah dilakukan oleh Yahudi dan Kristiani
terhadap makam nabi-nabi mereka. Yahudi mempunyai banyak nabi namun nabi
yang sangat dikenal oleh umat Kristiani hanyalah satu – Nabi Isa a.s.
.hadits ini menunjukan keyakinan Nabi saw. terhadap makamnya Nabi Isa
a.s. dan sebenarnya tempat inilah (makam tersebut ) dimana Nabi Isa a.s.
bersembunyi setelah diturunkan dari salib ( hingga beliau sembuh dari
luka-lukanya), yang mana umat Kristiani memujanya dengan
berlebih-lebihan. Jelaslah menurut hadits ini, Nabi Isa a.s. tidak
diangkat ke langit.
Hadits ketujuh: Nabi Isa a.s. dalam jamaah orang yang telah wafat.
Dalam berbagai hadits tentang Mi’rajnya Nabi saw. Diriwayatkan:
i.
“Adam di langit pertama…Yusuf di langit kedua, dan sepupunya Yahya
(sipembaptis) dan Isa sendiri dilangit ketiga, dan Idris dilangit
keempat” (Kanz al-Ummal. Vol.VI, hal. 120)
Nabi saw. melihat Nabi
Yahya a.s. dan Nabi Isa a.s. berada ditempat yang sama; dan sebagaimana
setiap para nabi yang terdahulu terlihat dalam Mi’raj telah wafat, maka
pasti Nabi Isa a.s. pun telah wafat.
ii. Hadits di atas dikuatkan
dengan hadits lainnya yang mengatakan bahwa dalam Mi’rajnya, Nabi saw.
menjumpai ruh para nabi (tafsir ibn Kathir, Urdu ed. Diterbitkan di
Karachi. Vol III. Hal. 28).
Hadits kedelapan: “Turunnya” Nabi Isa a.s. di malam Mi’raj.
Sebuah hadits tentang Mi’raj mengisahkan:
“lalu
Nabi saw. turun di Yerusalem bersama-sama dengan seluruh nabi. Pada
saat sembahyang beliau mengimami mereka semua dalam sembahyang” (tafsir
ibn Kathir, Urdu ed, vol LII hal. 23).
Diantara “seluruh” nabi
adalah termasuk Nabi Isa a.s. . Seandainya dia, berbeda dengan nabi-nabi
lainnya, masih hidup dengan badan wadagnya di langit, maka “turunnya”
beliau di Yerusalem pasti dengan badan wadagnya pula. Dalam hal ini,
beliau harus diangkat kelangit dua kali dengan badan wadagnya pula,
namun Qur’an menerangkan hanya sekali raf’ nya(“pengangkatan” yang
disalah mengertikan sebagai pengangkatan secara wadag ke langit”) Nabi
Isa a.s. !
Kesulitan ini tak akan timbul bila kita meyakini,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam berbagai hadits tentang Mi’raj,
bahwa Nabi Isa a.s. berada dalam keadaan yang sama (yakni wafat) dengan
para nabi lainnya yang dilihat Nabi saw. dalam ru’yahnya.
Hadits Kesembilan: Diskusinya Nabi Suci saw. dengan utusan Kristen.
“ketika
enam puluh orang utusan (kristen) dari Najran mendatangi, kepala
pendeta mereka mendiskusikan dengan beliau mengenai kedudukan Nabi Isa
a.s. dan menanyakan kepada beliau prihal ayahnya Nabi Isa a.s. Nabi saw.
bersabda: ‘tidakkah engkau tahu bahwa seorang anak menyerupai ayahnya?
Mereka menjawab ‘benar’. Sabdanya lagi:
A lastum ta’ lamuna anna
rabbana layatu wa anna ‘Tsa ata’alaihi-fana’ (Tidakkah engkau
mengetahuinya bahwa Tuhan kita kekal sedangkan Isa binasa) (Asbab
an-nuzul oleh Imam Abu-alhasan Ali bin Ahmad al-wahide dari Neshapur, di
terbitkan di Mesir, hal 53).
Betapa jelasnya pernyataan tersebut
bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat dan tak lebih dari apa yang disabdakan
oleh Nabi saw. tersebut.
Posting Komentar
Posting Komentar