KEMANDIRIAN EKONOMI ISLAM
Ada satu pertanyaan, apa sih bentuk konkrit System Ekonomi Zakat yang menebar kehidupan saling kasih sayang itu?
(2:272)
Laysa 'alayka hudaahum walaakinnallaaha yahdii man yasyaau wamaa
tunfiquu min khayrin fali-anfusikum wamaa tunfiquuna illaa ibtighaa-a
wajhillaahi wamaa tunfiquu min khayrin yuwaffa ilaykum wa-antum laa
tuzhlamuun.
”Pedoman hidup mereka yang aduk-adukan
NUR-Dzulumat dan atau penyalah gunaan Dzulumat msS tidak bisa menjadi
pedoman atas pendukung-pendukung kehidupan ms Rasul Anda (Muhammad),
tetapi Allah dengan pembuktian al-qur’an ms Rasul-Nya adalah yang
mempedomani kehidupan yang mau menurut yang DIA ingini, yaitu apapun yang kalian korbankan sebagai satu pembinaan hidup ihsan maka yang demikian adalah untuk kehidupan diri pribadi-pribadi kalian sendiri.
Yakni tidak ada apapun yang kalian korbankan kecuali sebagai tuntutan
dari pandangan hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Yaitu apapun yang
kalian korbankan sebagai pembinaan hidup ihsan, niscaya yang demikian akan ditunaikan menjadi kenyataan hidup kalian semuanya, dimana kalian tidak akan di Dzulumat-kan ms Syayatin apapun”.
Secara
PRINSIP, system ekonomi zakat adalah produksi, alur distribusi dan
konsumsi yang independen, tidak bergantung kepada system yang lain,
apalagi bergantung kepada system Blok Barat dan Blok Timur. Secara
perlahan tapi pasti melepaskan diri dari jeratan system ekonomi Riba,
dari hal terkecil adalah membiasakan terlebih dahulu distribusi
kebutuhan primer (hubungkan dengan QS 2:272) hanya melalui
Baitul Maal yang sedang dibangun. Sebagai step awal adalah memberikan
harga sesuai apa ada nya, harga setelah dipotong biaya, tidak profit
oriented, tidak boleh mengambil keuntungan, masalah kelebihan (infaq)
adalah tergantung kepada pengkaji, sejauhmana NILAI DAN HARGA IMAN diri nya terhadap ILMU yang sedang di bangun ini (hubungkan dengan QS 2:275).
Setelah lambat laun Baitul Maal sudah kokoh kuat dan bisa memproduksi
sendiri sumber daya alam, maka konsumsi kebutuhan primer pun akan
di-gratiskan, kesudahan terakhirnya.
Kehidupan saling
tebar kasih sayang bukanlah SAY HELLO TANYA KHABAR dan SUPPORT KEBUTUHAN
DAPUR keluarga jasadiyah (suami/istri, anak). Kesudahan terakhirnya
adalah YA! Tetapi untuk AWAL adalah TIDAK! Untuk mencapai itu semua,
kita harus bangun terlebih dahulu, dan kita sendiri lah yang
membangunnya. Mencetak generasi tangan di atas, bukan generasi tangan
dibawah.
(2:275) Alladziina ya’kuluuna rribaa laa
yaquumuuna illaa kamaa yaquumulladzii yatakhabbathuhu sysyaythaanu mina
lmassi dzaalika bi-annahum qaaluu innamaa lbay'u mitslu rribaa
wa-ahallallaahu lbay'a waharrama rribaa faman jaa-ahu maw'izhatun min
rabbihi fantahaa falahu maa salafa wa-amruhu ilaallaahi waman 'aada
faulaa-ika ash-haabu nnaari hum fiihaa khaaliduun.
“Mereka
yang memperlakukan Riba satu sistem Perekonomian untuk mendapatkan
sesuatu pemasukan maka tidak ada yang mereka bangun itu kecuali seperti
yang bangun menjadi kegila-gilaan kesurupan aduk-adukan Nur Dzulumat
dan atau penyalah gunaan Dzulumat msSy begitulah jadinya disebabkan
mereka itu menyatakan sikap : “Sesungguhnya jual-beli itu (sebenarnya
hanya sektor dari suatu bagian perdagangan dari cabang Distribusi yang
berpangkal kepada suatu sistem Perekonomian) adalah semodel Riba
(sebenarnya satu sistem Perekonomian_248) dalam arti Allah membolehkan
Jual-beli dan Riba ialah renten semata_249. (Padahal Allah
membolehkan jual-beli dalam rangka Zakat satu sistem Perekonomi Islam
dan melarang Riba sebagai satu sistem Perekonomian Nista Papa.
Seterusnya siapa yang telah mendapat pelajaran dari satu ajaran ms Rasul
pembimbingnya, selanjutnya dia menghentikan sikap yang demikian maka
baginya itu menjadi pinjaman biasa yang tidak boleh mengambil untungnya, yaitu urusannya itu kembali kepada ajaran Allah ms Rasul-Nya.
Dan siapa yang kembali maka itulah dia pendukung kehidupan Dzulumat msS
bagaikan si jago merah habis membakar, mereka didalamnya itu abadi
seabadi imannya dengan pilihan Dzulumat msS apapun.
Nabi SAW pernah mengatakan, “Yadul ulya khairun min yadis sufla”
(tangan yang di atas lebih baik daripada tangan di bawah). Maksudnya,
seorang Mukmin yang memberi dukungan penuh kepada program-program
penataan system ekonomi zakat, lebih baik daripada mukmin yang selalu
berharap mendapat sokongan dari system penataan.(HR Bukhari, Kitab
Zakat:152)
Bahwa dalam kehidupan menghidupi IPOLEKSOSBUD
ini, seorang mukmin harus berusaha mandiri secara ekonomi, sehingga dia
tidak bergantung kepada system, tidak selalu merepotkan system, tidak
menjadi beban system penataan Islam dan kawan-kawan lain. Hendaklah
setiap mukmin berusaha memberi pertolongan kepada system penataan Islam
yang sedang dibangun, bukan selalu meminta belas-kasihan Islam (baca:
Baitul Maal), karena system ekonomi Zakat bukanlah Lembaga Biro Sosial. Nah, untuk mencapai kemandirian itu tentu kita harus berjuang secara maksimal.
Hadits di atas, dikuatkan oleh hadits shahih lain, bahwa Nabi SAW bersabda, “Al mukminul qawiyyu khairun wa ahabbu ilallah minal mu’minid dhaif” (Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dengan perantaraan ILMU-NYA, daripada Mukmin yang lemah). Faktor kekuatan itu bisa apa saja, mulai dari ilmu, ekonomi, akses ekonomi, pengaruh sosial, kesehatan fisik, dll.
Hubungkan dengan QS 55:33, kita tidak akan pernah bisa mencapai
kehidupan organis biologis tanpa dengan kekuatan ILMU yang ter-aqdun.
Jadi,
ketika seorang Mukmin sudah berhijrah secara batin/qalbu, dia harus
pula berhijrah secara zhahir, yaitu membangun kemandirian ekonomi,
system ekonomi zakat, menjadi seorang GHULAMAN ZAKIYA (QS 19:19).
Dengan kemandirian ekonomi, dia tidak lagi merepotkan orangtua, tidak
merepotkan mertua, tidak merepotkan adik-kakak, tidak merepotkan
kawan-kawan, dll. Bahkan dia justru lebih giat menolong orang lain
dengan menafkahkan hartanya untuk kepentingan pembangunan system ekonomi
Zakat.
Selama ini, target dakwah kita umumnya hanya
hijrah batin/qalbu. Kalau seorang pengkaji sudah berhijrah batin/qalbu,
sudah tamat Iman Pendidikan, sudah tamat 14 materi basic Pengantar Study
AlQuran, seolah urusan sudah selesai, saya anak TUHAN!!.
Tinggal berpangku-tangan, menanti pertolongan Allah secara Dzat bukan
secara melalui ILMU-NYA yang kita praktekkan bersama, menyongsong Qurun
Kedua tanpa ikut usjudu (berpartisipasi aktif) didalamnya. Ini adalah salah dan mencerminkan pemikiran yang tidak benar.
(2:274)
Alladziina yunfiquuna amwaalahum billayli wannahaari sirran
wa'alaaniyatan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim
walaa hum yahzanuun.
“Mereka yang menafkahkan/mengorbankan harta-harta bendanya
malam dan siang, secara diam-diam maupun terang-terangan, maka bagi
mereka yang demikian adalah suatu imbalan kehidupannya sesuai dengan
ajaran ms Rasul pembimbingnya. Yaitu tidak ada rasa takut atas hidup mereka yang demikian juga mereka tidak mengalami gundah gulana apapun”.
Fitrah
manusia terdiri dari batin dan zhahir. Kebutuhan batin dipenuhi dengan
Iman Pendidikan dan Iman Juang, sedang kebutuhan zhahir dipenuhi dengan
aspek-aspek pembuktian pengorbanan maaliyyah (harta). Ini fitrah, bukan
mengada-ada. Seperti halnya pasti alam, keluarga jasad (suami/istri,
anak) yang harus kita nafkahi (hubungkan dengan QS 2:274 kemudian sambungkan dengan QS 9:24).
Ketika seorang pengkaji unggul zhahir-nya,
unggul prakteknya (agnia) tetapi rusak teorinya, rusak aqdun bi
qalbi/batin-nya (syar), dia berada dalam belenggu Riba, sekuler, bahkan
negative terhadap ILMU. Sebaliknya, ketika pengkaji unggul aqdun bi
qalbi/batin-nya, dan sengsara zhahir-nya, maka dia menjadi lemah, tidak
berdaya, tidak terberdayakan, tidak mampu berbuat banyak, menjadi korban
sistem sosial, tidak memiliki harga diri, bahkan kemandirian iman
(pandangan dan sikap hidup)nya diragukan.
Doa (senandung
harap) yang paling banyak dibaca oleh Rasul SAW ialah permintaan hasanah
dalam kehidupan dunia dan Akhirat. Bukan hanya meminta dunia, atau
meminta Akhirat saja, tetapi meminta hasanah pada keduanya. Tepat
seperti ungkapan, “Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau akan hidup
selamanya, dan bekerjalah untuk Akhiratmu seolah engkau akan mati
besok.” Sama-sama serius dalam urusan dunia dan Akhirat.
System Ekonomi, yang dibangun, yang lahir dari hasil RATTIL DAN SHALAT TAHAJJUD serta penjagaannya shalat mauqutan (5 waktu), Aqimu shalah wa atuz zakah ..!! Jika dibangun dengan selain itu adalah mustahil zhahir! Se-mustahil Unta masuk ke lubang jarum! (QS 7:40)
.............................
SYSTEM EKONOMI ISRA (normative)
Tanggal
27 Rajab 2 tahun sebelum hijrah (thn 577) suatu perjalanan sangat
khusus dan suci (rihlah qudsiyyah) dialami Rasulullah SAW. Suatu
pengalaman takkan terulang itu memakan route tempuh tak terkirakan.
Isra, perjalanan horizontal berjarak 1898 km (Mekah-Madinah-Yerusalem),
Mi`raj, perjalanan vertikal hingga “ Sidratil Muntaha “. Sebagian
Mufassiriin menyatakan bahwa Isra Mi`raj itu adalah suatu cara Allah
menghibur Rasul kekasihNya dari berbagai ujian dan duka cita yang tiada
henti (`amul hazn).
Tidakkah kita cermati. Salah satu
pressure yang dialami nabi dan kaum muallaf, sahabat-sahabat beliau,
sebelum mi`raj adalah sabotase ekonomi yang dilakukan oleh koalisi
Yahudi-Nasrani-Munafik. Mereka (koalisi itu) sangat khawatir dengan
bangunan ekonomi yang tengah dirancang Rasulullah, karena akan menjadi
saingan (competitor) sistem ekonomi ribawi mereka. Bahkan tidak mustahil
akan meruntuhkannya.
Di saat nabi Mi`raj, di waktu yang
tidak panjang itu, diantara klip yang sempat dipertunjukkan Allah SWT
kepada kekasihNya itu adalah dampak serius dan sanksi bagi pelaku sistem
ekonomi ribawi. Nabi SAW sempat bergidik, menyaksikan besarnya azab
yang menimpa mereka layaknya seperti orang gila tengah kemasukan syetan
(Yaqumul ladzi yatakhobbatuhus syaithon). Karena mereka menyatakan
berposisi sebagai musuh Allah dan Rasulnya ( Fa` dzanuu bi harbin
minaLLaahi wa rosuulih).
Kita menangkap sangat jelas bahwa Allah tidak redla sistem riba (kapitalistis- zionis) menjadi sistem ekonomi dunia !!! Karena
, apabila itu terjadi maka kaum muslimin tidak akan mampu menjadi
khalifatullah fil ard, dan khairu ummah yang menjadi rahmat bagi dunia.
Tetapi menjadi obyek eksploitasi dan penjajahan elit moneteris yahudi
nasrani. Di samping itu sangat jelas bahwa sistem ribawi memiliki
platform menghalalkan segala cara, kebebasan tanpa batas, spekulasi ,
dan kejahatan ekonomi lain yang akan merusak tatanan ekonomi dan
menjerumuskan martabat manusia, bahkan akan melahirkan kehancuran hidup
dan kehidupan. Dunia mengalami masa fasad. Dan inilah yang sekarang
tengah terjadi.
Sesampainya di bumi pun, klip “ adzab
pelaku riba “ sangat berbekas dalam ingatan Rasulullah. Jibril pun
kemudian menyampaikan “ fax “ Ilahy secara berkesinambung yang terkait
dengan hukum , sifat, dampak dan adzab pelaku ribawi. Karena dampak luar
biasa yang akan ditimbulkannya maka gencar sekali ayat-ayat tentang
riba diturunkan. Disertasi Al Quran menegaskan, pengembangan harta bukan
dengan cara ribawi (QS. An Nisa 160-161), Riba adalah model transaksi
yang mengexploitasi debitur (QS. Ali Imran 130), transaksi ilegal (QS.
An Nisa 39), harus diimbangi dengan perdagangan riil (QS. Al Baqarah
275), keuntungan riba akan hancur (QS. Al Baqarah 276), tinggalkan
total, pelakunya adalah musuh Allah dan Rasulnya (QS. Al Baqarah 280).
Kuatnya
perintah membangun sistem ekonomi berbasis perdagangan riil, dengan
pilar keuntungan bersama, berkeadilan dan beretika segera difollow up
Rasulullah SAW. Beliau terjun langsung sebagai pelaku bisnis yang
menonjolkan komitmen dan profesionalisme. Akhirnya, dalam waktu singkat
bangunan ekonomi Islam serta berbagai model transaksinya sukses menjadi
sistem pilihan masyarakat.
Kesuksesaan ini sangat
ditunjang oleh personality Rasulullah sebagai “ uswah hasanah “.
Ekonomi Islam telah menyebarkan aroma rasa adil dalam masyarakat,
hapusnya exploitasi kapitalis / kreditur, terjaganya stabilitas harga ,
dipenuhi standar mutu barang, hilangnya spekulasi, konglomerasi dan
oligopoli. Ekonomi Islam menjadi rahmat bagi semua masyarakat termasuk
minoritas Yahudi dan Nasrani pada masa itu. Bahkan sebagian dari
hutang-hutang mereka dihapusbukukan oleh kreditur muslimin. Bagaimana
dengan sekarang ? Apa yang telah kita lakukan ? Mari kita renungkan, dan
segera rancang apa yang harus kita lakukan. Dan mantapkan apa yang
telah kita jalankan !.
Sumber: http://www.ahadnet.com
Posting Komentar
Posting Komentar