KEBOHONGAN TEORI USIA BUMI JUTAAN TAHUN (normatif)
BENARKAH UMUR
PERADABAN MANUSIA HANYA SAMPAI 6000 TAHUN SAJA?
Ada suatu hadist
seperti ini :
Dari Ibnu Abbas, dari
(cerita) Rasul SAW (kepadanya), kemudian ia berkata: “Umur Adam adalah 1000
tahun”. Kemudian ia berkata: Antara Adam dengan Nuh adalah 1000 tahun, dan
antara Nuh dengan Ibrahim adalah 1000 tahun, dan antara Ibrahim dengan Musa
adalah 700 tahun, dan antara Musa dengan Isa adalah 1500 tahun, sedangkan
antara Isa dengan Nabi kita adalah 600 tahun. [HR. Hakim]
Maksudnya adalah:
Umur umat nabi Adam
> umat nabi Nuh = 1000 tahun
Umur umat nabi Nuh
> umat nabi Ibrahim = 1000 tahun
Umur umat nabi
Ibrahim > umat nabi Musa = 1000 tahun
Umur umat nabi Musa
> umat nabi Isa = 1500 tahun
Umur umat nabi Isa
> umat Nabi Muhammad = 600 tahun
Umur umat Nabi
Muhammad > Hari Kiamat = 900 tahun
6000 tahun
Dari mana angka ini
didapat?
Bahasan detail
tentang umur umat Muhammad ini ada dalam buku yang ditulis ulama Timur Tengah,
Ust Amin Muhammad Jamaluddin. Beliau mengutip hadist riwayat Al Bukhari yang
artinya: Perumpamaan kaum Muslimin dan Yahudi serta Nasrani, seperti
perumpamaan seorang yang mengupah satu kaum (Yahudi) untuk melakukan sebuah
pekerjaan sampai malam hari, namun mereka melakukannya hanya sampai tengah
hari. Lalu mereka pun berkata, “Kami tidak membutuhkan upah yang engkau
janjikan pada kami, dan apa yang telah kami kerjakan, semuanya bagi-mu”. Ia pun
berkata, “Jangan kalian lakukan hal itu, sempurnakanlah sisa waktu pekerjaan kalian
dan ambillah upah kalian dengan sempurna”. Mereka (Yahudi) pun menolak dan
meninggalkan orang itu. Maka orang itu mengupah beberapa orang (Nasrani) selain
mereka (Yahudi), ia berkata: “Kerjakanlah sisa hari kalian dan bagi kalian upah
yang telah aku janjikan untuk mereka (Yahudi)”. Sehingga ketika tiba waktu
sholat Ashar, mereka (Nasrani) berkata, “Ambillah apa yang telah kami kerjakan
untukmu dan juga upah yang engkau sediakan untuk kami.” Orang itu berkata,
“Sesungguhnya sisa waktu siang tinggal sedikit.” Mereka (Nasrani) tetap
menolak, sehingga orang itu mengupah satu kaum yang lain (Muslimin) untuk
melanjutkan pekerjaan sehingga selesai sisa hari mereka (Nasrani). Maka kaum
itu (Muslimin) pun bekerja pada sisa hari mereka (Nasrani), yaitu sehingga terbenamnya
matahari dan mereka pun mendapat upah yang sempurna yang dijanjikan kepada dua
kelompok sebelumnya. Seperti itulah perumpamaan mereka (Yahudi dan Nasrani) dan
perumpamaan apa yang kalian (Muslimin) terima pada cahaya (hidayah) ini. (HR Al
Bukhari. Lihat Fathul-Kabir juz V hlm. 202 no: 5728).
Penjelasan hadist ini
menurut Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani: “Para Ahli Naql telah sepakat bahwa
masa (umur) bangsa Yahudi–sejak diutusnya Musa as–sampai diutusnya Muhammad saw
adalah lebih dari 2000 tahun. Dan umur Nasrani dari jumlah itu sebanyak 600
tahun. Satu pendapat mengatakan lebih sedikit dari itu” (Fathul-Barri juz
IV hlm. 449). Ini artinya, umur Yahudi ialah 2000 tahun lebih – 600 = 1400 tahun
lebih. Ust Amin Muhammad Jamaluddin mengatakan, menurut para ahli sejarah,
“lebih” yang dimaksud adalah seratus tahun lebih sedikit, sehingga umur umat
Yahudi adalah kurang lebih 1500 tahun. Masa 600 tahun untuk umur Nasrani
itu berdasarkan HR Al Bukhari dari Salman, “Masa fatrah (kevakuman) antara Isa
as dan Rasul SAW adalah 600 tahun".
Adapun ‘tambahan’
umur untuk umat Muhammad terdapat dalam hadist berikut:
“Sesungguhnya Allah
tidak akan melemahkanku, yaitu pada umatku, jika Ia mengulur (umur) mereka
setengah hari, yaitu 500 tahun.” (HR Abu Nu’aim dalam Al Hilyah. LIhat
Fathul Kabir juz II hlm. 126 No: 1807)
Jadi, umur umat
Muhammad saw = umur umat Yahudi – umur umat Nasrani = 1500 (lebih sedikit) –
600 = 900 tahun lebih sedikit ditambah 500 tahun = 1400 tahun lebih
sedikit.
“lebih sedikit” ini,
menurut para ahli sejarah, sekitar 100 tahun. Maka dapat disimpulkan, umur
ummat Islam adalah sekitar 1500 tahun. Dari sini kita dapat melihat
bahwa umur manusia di dunia hanya 6000 tahun saja, atau 6 hari Akhirat
di mana ( singkat ya???) 1 hari akhirat = 1000 tahun dunia dan perlu diketahui,
dunia ini sudah ada sejak 18 milyar tahun yang lalu, jadi, perbedaan manusia di
bumi hanya := 3,3 jam saja (...lebih singkat lagi…)
Kemunculan imam Mahdi
(imam=pemimpin/pembina,
Mahdi=hudan=petunjuk, bangkitnya kembali Alquran sebagai pemimpin/pembina
penataan hidup di dunia).
Seperti yang sudah
kita lihat tadi, umur umat nabi Muhammad sampai ke hari kiamat (dihitung sejak
tahun kerasulan beliau) adalah 900 tahun, tapi itu cuma pembulatan ke bawah,
tapi angka ini biasanya diganti dengan jumlah 1000 tahun, kemudian ada salah
satu hadist yang menyebutkan, “semoga umat ini (umat Nabi Muhammad SAW)
dipanjangkan sampai setengah hari “. Maksud setengah hari disini adalah
setengah hari akhirat, jadi sama dengan 500 tahun dunia, umur umat nabi
Muhammad => 1000 + 500 = 1500 tahun. Nah,sekarang kita bandingkan
denganpenanggalan hijriah. Angka 1500 tahun itu, dihitung dari tahun setelah
kenabian beliau, sedangkan kalender hijriah, diambil mulai hijrahnya beliau ke
madinah, jadi antara tahun kenabian dengan hijrahnya beliau masih ada jarak,
yakni masa kerasulan beliau di makkah, yaitu selama kurang lebih 12 tahun.
Jadi,,kalo kita mau
jadikan ke kalender hijriah : 1500 – 12 = 1488 Hijrah
Menurut perhitungan
di atas, maka hari kiamat (bangkitnya Alquran sebagai pemimpin/pembina penataan
hidup didunia) akan terjadi pada tahun 1488 Hijriah atau sekitar tahun 2067
Masehi.
Tentang prediksi
tahun kedatangan kebangkitan Imam Mahdi, ada sebuah hadist yang maksudnya,
“setelah Imam Mahadi di turunkan, maka bumi akan diliputi kemakmuran,
sampai-sampai harimau dan domba akan makan rumput bersama di padang rumput yang
sama, dan masa kemakmuran ini akan berlangsung selama 7 tahun“.
Dan setelah masa
kemakmuran yang selama 7 tahun itu, akan muncul asap yang memenuhi timur dan
barat, dimana setiap orang yang beriman, apabila menghirup sedikit saja asap
tersebut, maka dia akan meninggal.
Jadi pada masa ini,
terjadi pembantaian umat islam (bukan pembantaian sebenarnya, karena maksud
Allah disini, cuma mau menghabiskan umat islam, agar mereka tidak merasakan
pedihnya hari kiamat) jadi yang tersiksa hanyalah orang-orang kafir saja yang
akan merasakan pedihnya hari kiamat. Maka kehidupan pada masa itu akan kacau
balau, karena kehancuran akhlak dan moral mereka yang tidak mengenal dan
memahami islam. Masa-masa kacau ini akan berlangsung selama 40 tahun, hingga
Allah memerintahkan malaikat israfil untuk meniupkan sangkakala yang pertama,
hingga akhirnya terjadilah kiamat. Dan orang-orang kafir tersebut akan
merasakan pedihnya hari kiamat.
Dari dalil-dalil yang
di atas, bisa diambil kesimpulan :
1. setelah korps para
pendukung Imam Mahdi di baiat, dan kemudian Nabi Isa pun turun ke bumi di
menara putih di damaskus, dan kemudian hadir ketika akan dilaksanakan sholat
subuh bersama imam Mahdi, dan imam Mahdi yang menjadi imamnya. Sesuai solat
subuh, ketika gerbang makkah dibuka, maka sudah bersiap Dajjal bersama
pasukannya di luar. Dan kemudian tiba-tiba mereka pun jatuh seperti air yang
meleleh, dan kemudian Dajjal pun mati dengan perantaraan ditombak oleh nabi Isa
2. Dajjal Mati = 7
tahun kemakmuran islam => penghabisan umat islam
3. Umat islam habis
=> 40 tahun orang kafir tersisa = > hari kiamat
Kita coba kepada
perhitungan pelajaran matematika:
Angka yang sudah kita
dapat adalah 1488 H (yakni waktu terjadinya hari kiamat)
Kemudian seperti yang
tertera di poin nomor 3, sebelum terjadi kiamat, umat islam akan dihabiskan dan
tersisa orang kafir saja, masa ini terjadi selama 40 tahun, jadi: 1488 – 40 =
1448 H. Kemudian setelah Imam Mahdi di baiat, akan terjadi masa-masa kemakmuran
selama 7 tahun.
jadi, Imam Mahdi akan
dibaiat :
1448 – 7 = 1441
Hijriah
Atau => 1441
Hijriah = 2020 Masehi (r b k F k b r…bunyi ayat simetris pada wa RaBaKaFaKaBiR
di QS 74:3)
Menyingkap Kebohongan
Teori Umur Bumi Jutaan Tahun
METODA “PENENTUAN
UMUR” DAN UMUR BUMI YANG SEBENARNYA
(David J. Stewart)
Banyak fosil yang
membuktikan ketidakbenaran teori evolusi disembunyikan oleh para evolusionis
(pendukung teori evolusi) dan bahkan dipalsukan untuk kepentingan mereka. Hal
yang paling menarik dari skenario para evolusionis adalah umur dari fosil-fosil
ini.
Evolusionis
menyatakan bahwa Archaeopteryx hidup 150 juta tahun yang lalu, manusia Lucy 3
juta tahun lalu, dan reptil pertama hidup 250 juta tahun yang lalu. Akan
tetapi, penelitian yang dilakukan terhadap fosil-fosil ini menunjukkan
kenyataan bahwa umur yang disebutkan memperlihatkan bias dan interpretasi yang
menipu.
Kenyataannya, semua
angka-angka jutaan tahun yang diberikan para evolusionis terhadap umur fosil
ini sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Metoda untuk menentukan umur
fosil ini sangat spekulatif. Lebih jauh, metoda “penentuan umur” yang lain
tidak diterima oleh evolusionis, karena bisa membuktikan bahwa umur fosil
ternyata jauh lebih muda.
Sebenarnya
pertanyaannya adalah mengenai umur bumi, bukan hanya umur fosil. Evolusionis
berpendapat bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun. Angka ini digunakan oleh
berbagai media cetak dan elektronik, literatur sains dan sumber-sumber yang
lain. Banyak orang percaya pada pendapat tersebut yang menyatakan bahwa bumi
umurnya beberapa miliar tahun dan menerimanya tanpa pembuktian yang nyata.
Pendapat ini tetap
bertahan tanpa adanya langkah nyata untuk membuktikan kebenarannya. Termasuk
angka-angka perkiraan yang diberikan oleh para evolusionis terhadap umur fosil
pada kenyataannya sangat meragukan.
Kemudian, apakah
pentingnya mengetahui umur bumi sudah tua (4,5 miliar tahun) atau masih muda
(ribuan tahun)?
Orang Kristen
mula-mula teguh pada kepercayaan bahwa manusia ada di bumi sejak 5000 – 6000
tahun SM, menurut Alkitab Perjanjian Lama. Akan tetapi di bawah konsep evolusi,
pemahaman umur bumi mulai berubah.
George de Buffon,
salah satu pionir teori evolusi, pertama kali menyatakan bahwa umur bumi lebih
tua dari 80 ribu tahun. Geologis James Hutton dan Charles Lyell menunjuk pada
umur yang lebih tua lagi. Dengan berkembangnya teori evolusi, perkiraan umur
bumi menjadi semakin tua. Hari ini para pendukung evolusi menerima bahwa umur
bumi adalah 4,5 miliar tahun dan makhluk hidup pertama ada 3,5 miliar tahun
lalu.
Teori evolusi
Apa alasan para
evolusionis begitu memaksakan hal ini? Mengapa teori ini mencoba menaikkan umur
bumi dari semenjak pertama teori evolusi dicetuskan?
Alasannya adalah :
proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa terjadi. Klaim
bahwa semua makhluk ada karena perkembangan secara bertahap dari satu sel
makhluk hidup, tentu saja akan gagal dan tidak berarti apa-apa jika umur bumi
masih muda – hanya beberapa ribu tahun lalu. Tetapi jika bisa dibuktikan bahwa
umur bumi adalah beberapa miliar tahun, maka waktu yang diperlukan untuk
terjadinya proses evolusi bisa dipenuhi menurut teori ini.
Stephen W. Hawking
Jadi latar
belakang klaim bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun, semata-mata didasarkan
pada keperluan teori evolusi. Dengan alasan yang sama, umur alam semesta
diakui relatif lebih tua sesuai penetepan dari umur bumi sebelumnya. Stephen
W. Hawking, seorang fisikawan modern yang terkenal, tidak ragu-ragu untuk
mengakui tujuan sebenarnya dari pemikiran para evolusionis. Hawking
menjawab pertanyaan, “Mengapa Bing Bang terjadi sepuluh miliar tahun
lalu?” dengan sebuah jawaban, “Waktu selama itu (miliaran tahun) diperlukan
untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan sebuah makhluk yang cerdas.”
Kalau begitu, apakah
yang benar-benar dibutuhkan oleh teori evolusi? Apakah bumi memang setua yang
di klaim oleh para evolusionis?
Pada penjelasan
berikut, kita akan melihat jawaban terhadap pertanyaan ini. Tetapi hal pertama
yang harus dilakukan adalah mempertanyakan keabsahan metoda yang digunakan oleh
para evolusionis untuk membuktikan umur bumi dan fosil dari organisme makhluk hidup.
Kemudian kita akan melihat metoda yang lain dalam menentukan umur, yang tidak
diterima bahkan diabaikan oleh para evolusionis, hanya karena bisa membuktikan
umur yang lebih muda.
TES RADIOMETRIK
Dewasa ini ada dua
macam tes untuk menentukan umur bumi.
Pertama berdasarkan
observasi (pengamatan) terhadap kejadian alam yang ada di muka bumi. Jika
diamati bahwa beberapa peristiwa geologis terjadi pada masa tertentu, maka bisa
diasumsikan dengan mempergunakan data ini, kejadian yang sama telah terjadi dalam
kurun waktu yang sama di masa lalu.
Mengacu pada prinsip
ini, bisa perkirakan umur bumi. Sebagai contoh, diasumsikan rasio konsentrasi
garam di laut naik 100 ton dalam sebulan. Berdasarkan rasio ini, metoda
penentuan umur dilakukan dengan cara: Memperkirakan jumlah garam yang ada di
semua lautan, selanjutnya dibagi dengan jumlah rasio peningkatan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Angka yang diperoleh akan mengindikasikan jumlah bulan
yang dilewati sampai sekarang, dari sejak pertama kali adanya lautan (dengan
asumsi tidak ada kandungan garam di laut mula-mula).
Yang kedua adalah tes
Radiometrik. Test ini ditemukan awal abad 20 dan menjadi sangat populer. Teknik
test Radiometrik terletak pada prinsip bahwa “atom tidak stabil” di material
radioaktif akan berubah menjadi “atom stabil” dalam satu interval waktu
tertentu. Kenyataan bahwa perubahan ini terjadi dengan jumlah yang sudah
dipastikan dan juga dalam periode waktu yang tertentu, membuat timbulnya
gagasan untuk mempergunakan data ini sebagai penentu dari umur fosil dan umur
bumi.
Test Uranium adalah
yang pertama kali digunakan, tetapi kemudian tidak dipakai lagi. Prinsip dari
test ini adalah perubahan uranium menjadi timah. Uranium berubah menjadi atom
thorium saat memancarkan radiasinya. Thorium adalah sebuah elemen radioaktif,
berubah menjadi protactinium setelah beberapa waktu tertentu. Setelah tiga
belas perubahan tambahan, uranium pada akhirnya berubah menjadi timah yang
merupakan elemen stabil.
Waktu yang dibutuhkan
oleh elemen radioaktif untuk berubah dari setengah masanya menjadi elemen yang
lain, disebut setengah-umur dari elemen ini. Setengah-umur dari uranium-238
adalah 4,5 miliar tahun. Artinya 100 gram uranium yang kita miliki hari ini,
akan menjadi 50 gram uranium-238 dan 50 gram timah-206 setelah 4,5 miliar tahun
kemudian. Dan setelah 4,5 miliar tahun berikutnya, ada tersisa seperempat dari
jumlah uranium yang kita miliki mula-mula. Reaksi ini akan berlanjut sampai
uranium itu habis.
Tes radiometrik untuk
mengukur batuan vulkanik
Tes radiometrik
digunakan untuk menghitung umur batuan sesuai dengan prinsip setengah-umur,
yaitu: ada sejumlah elemen radioaktif di batuan vulkanik di bumi. Kandungan
radio aktif di batuan ini secara alami hilang dan berubah menjadi bentuk yang
stabil. Dengan melihat proses ini, menghitung jumlah radioaktif dan material
stabil, bisa ditentukan berapa banyak material radioaktif yang berubah ke dalam
bentuk stabil di dalam rentang waktu tertentu. Sehingga umur batuan ini adalah
dua kali dari jumlah material radioaktif berubah menjadi setengah-umur.
Umur bumi juga
ditentukan dengan metoda yang sama. Batuan yang dipakai untuk memperkirakan
umur bumi sama dengan dengan meteor atau tanah di bulan, yang diasumsikan
diciptakan pada waktu yang sama dengan bumi. Sampel dari batuan ini diasumsikan
sebagai batuan yang tertua, dan digunakan untuk menentukan umur bumi. Sesuai
dengan data ini, umur bumi adalah 4,6 miliar tahun.
Ada sejumlah test
radiometrik mempergunakan prinsip ini : “material radiometer berubah terhadap waktu.”
Bahan dari berbagai material setengah-umur dipergunakan untuk membuat perkiraan
historis dari berbagai henis batuan. Selain mempergunakan perubahan
uranium-timah, digunakan teknik perubahan yang lain seperti rubidium-strontium
dan potassium-argon juga digunakan. Ada juga metoda yang lebih baru seperti
jam-fisi, thermoluminescence, neodymium-samarium. Kebanyakan dari cara-cara itu
sebelumnya digunakan untuk menentukan umur.
Banyak orang berpikir
bahwa metoda penentuan umur ini menunjukkan bahwa segi ilmiahnya tepat dan
sesuai dengan hukum-hukumnya. Tetapi kenyataannya sangat banyak kritik serius
terhadap penentuan umur mempergunakan metoda ini.
Tes radiometrik ini
didasarkan pada beberapa asumsi, walaupun tidak ada landasan yang bisa
dipegang. Pertama, supaya bisa mempercayai tes ini; harus dipahami
sungguh-sungguh bahwa tidak ada atom yang stabil di batuan mula-mula.
Contohnya, sebuah tes uranium yang bisa dipertanggungjawabkan hanya bisa dibuat
jika tidak ada timah di batuan itu. Jika sebelumnya batuan itu sudah memiliki
kandungan timah, maka umurnya akan diperkirakan jauh lebih tua. Dan tidak
mungkin bisa ditemukan apakah batuan mula-mula sudah memiliki kandungan timah
atau tidak.
Hal kedua yang lebih
penting adalah, menentukan lebih dahulu bahwa batu yang akan diukur berada
dalam sistem yang tertutup. Batuan ini harus terlindungi dari efek-efek
kejadian eksternal.
Contoh terbaik dari
jenis efek ini bisa ditemukan di penentuan umur dengan potassium-argon. Metoda
penentuan umur ini mengukur jumlah potassium yang berubah menjadi argon dalam
satu rentang waktu. Jadi kita berpikir bahwa umur batuan bisa ditentukan dari
perubahan komposisi rasio potassium-argon yang dimilikinya. Tetapi ada satu hal
penting: Udara yang kita hirup berisi gas argon dalam jumlah besar. Gas ini,
saat bebas, akan masuk ke dalam batuan dan meningkatkan jumlah kandungan argon
di dalamnya. Sehingga umur batuan akan diperkirakan jauh lebih tua dari
kenyataannya.
Air di dalam tanah
juga membuat masalah yang penting. Air menyerap berbagai mineral dan material
radioaktif saat melewati kedalaman tanah. Kemudian para evolusionis memakai
mineral yang ada di batuan ini untuk menentukan umurnya. Ini menyebabkan
masalah penting dan tidak bisa diabaikan dalam menentukan umur batuan.
Supaya tepat dalam
memperkirakan umur sebuah sampel, tiga fakta di bawah ini harus diperhatikan:
1. Jumlah material
radioaktif yang dimiliki oleh batuan mula-mula
2. Jumlah atom stabil
yang ada di batuan mula-mula
3. Gas eksternal yang
masuk ke dalam batuan.
Tenyata sangat tidak
mungkin mengetahui dengan tepat ketiga kenyataan yang ada di atas.
KASUS PULAU SURTSEY
Beberapa studi yang
dilakukan para ilmuwan juga menyarankan bahwa test radiometrik yang digunakan
untuk menentukan umur tidak tepat seperti yang diperkirakan. Satu contoh yang
cukup berharga adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah pulau yang muncul
dari letusan gunung api bawah laut di dekat Iceland tahun 1970. Dengan
berjalannya waktu, muncul berbagai makhluk hidup dan ekosistemnya di pulau
Surtsey.
Pulau Surtsey Iceland
dikatakan berumur ratusan juta tahun
Seorang peneliti pada
tahun 1975 ingin membuat tes untuk menentukan umur pulau ini dengan
mempergunakan teknik metoda potassium-argon. Umur pulau yang diperoleh
adalah satu miliar tahun! Kenyataannya semua orang tahu bahwa pulau itu baru
berumur beberapa tahun. Ternyata gas argon telah memasuki batuan saat
pembentukan lava, dan mencapai jumlah yang besar yang mengakibatkan umur sampel
batuan yang diambil menunjukkan beberapa ratus juta tahun lebih tua.
Ada beberapa contoh
lain yang bisa diberikan:
- Aliran lava bawah
tanah yang diketahui berumur 20 tahun, dengan test radiometrik dikatakan
berumur 12-21 miliar tahun.
- Umur lava yang
meletus di Hawaii pada tahun 1.800, dengan test potassium-argon dikatakan
berumur 1-2,4 miliar tahun dan dengan metoda penentuan umur helium dikatakan
berumur 140-670 miliar tahun.
- Umur danau garam
Crater di Oahu Amerika, diperkirakan 92-147 juta tahun, 140-680 juta tahun,
930-1.580 juta tahun, 1.230-1.960 juta tahun, 1.290-2.050 juta tahun dan
1.260-1.900 juta tahun dari beberapa metoda tes rediometrik. Ini jelas
menunjukkan ketidak-akuratannya.
- Beberapa pohon di
Auckland, New Zealand yang ada di lapisan lava, diperkirakan berumur 145-465
tahun. Padahal dengan mempergunakan tes Karbon-14, pohon yang sama diperkirakan
hanya berumur beberapa ratus tahun saja.
Dalam banyak kondisi
yang sama, diketahui bahwa test radiometrik memberikan hasil yang keliru sampai
ribuan bahkan jutaan tahun, dan menimbulkan pertentangan yang keras di antara
penggunanya sendiri.
Contoh yang lain
adalah sampel batuan bulan yang dikumpulkan oleh NASA. Tes radiometrik
menyatakan bahwa umur batuan itu antara 700 juta tahun sampai 28 miliar tahun.
Ini membuktikan pengukuran umur dengan metoda itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena memberikan hasil dengan rentang waktu yang tidak
masuk akal untuk batuan yang sama.
TEST KARBON-14
Karbon-14 sebenarnya
termasuk jenis tes rediometrik. Tetapi ada karakteristik khusus yang
membedakannya dari yang lain. Tes radiometerik yang lain hanya bisa digunakan
untuk menentukan umur batuan vulkanik, sedangkan karbon-14 bisa digunakan untuk
memperkirakan umur makhluk hidup, karena elemen radioaktif yang ditemukan di
dalam makhluk hidup hanyalah karbon-14.
Tes karbon-14 untuk
mengukur makhluk hidup
Bumi secara
terus-menerus terpapar dengan hujan cahaya kosmik dari luar angkasa. Cahaya ini
berbenturan dengan nitrogen-14 yang ada banyak di atmosfer dan berubah menjadi
elemen radioaktif, karbon-14. Substansi baru yang dihasilkan dari kombinasi
karbon-14 dan oksigen di atmosfer membuat karbon-140, yang merupakan jenis
radioaktif yang lain.
Sebagaimana
diketahui, tanaman mempergunakan CO2 (karbon dioksida), H2O (air) dan udara
sebagai nutrisi. Beberapa molekul karbon dioksida ini diserap oleh tanaman di
mana membuat molekulnya berisi kabon radioaktif, karbon-14. Tanaman
mengumpulkan bahan radioaktif di dalamnya.
Beberapa organisme
hidup makan tanaman. Beberapa makhluk hidup memakan makhluk yang lain atau
makan tanaman. Mengikuti rantai makanan ini, karbon radioaktif yang dihisap
makanan dari udara disalurkan ke tanaman yang lain. Sehingga setiap makhluk di
bumi menghirup karbon-14 dalam jumlah yang sama yang ada di atmosfer.
Saat tanaman atau
binatang mati, mereka tidak memperoleh karbon-14 karena tidak bisa makan lagi.
Karena karbon-14 adalah bahan radioaktif, dia memiliki setengah-umur dan mulai
berkurang jumlahnya sejalan dengan waktu. Jadi berdasarkan hal itu, dengan
mengukur karbon-14 di dalam tubuh tiap-tiap makhluk, bisa digunakan untuk
memperkirakan umur bumi.
Setengah-umur dari
karbon-14 adalah mendekati 5.570 tahun, yang berarti setiap 5.570 tahun
setengan dari jumlah karbon-14 yang ada di dalam makhluk hidup menjadi rusak.
Contohnya, jika ada 10 gram karbon-14 di dalam tubuh makhluk hidup 5.570 tahun
yang lalu, hari ini akan tinggal 5 gram. Karena karbon-14 memiliki perioda
setengah-umur yang pendek, maka tidak bisa dingunakan untuk menentukan umur
dari sampel yang diperkirakan memiliki umur sangat tua seperti yang dihasilkan
oleh tes radiometrik. Diasumsikan bahwa tes karbon-14 memberikan hasil yang
bisa dipertanggungjawabkan untuk meneliti sampel antara 10 ribu sampai 60 ribu
tahun.
Seperti sudah
disebutkan, tes karbon-14 memiliki tempat yang berbeda dari tes radiometrik
yang lain, karena digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup. Karena itulah,
tes karbon-14 sekarang ini paling banyak digunakan dibandingkan teknik
penentuan umur yang lain. Tetapi tetapi ada kelemahan tes karbon-14, seperti
yang ditemukan pada tes radiometrik yang lain.
Satu hal yang paling
penting dari kenyataan ini adalah, sangat besar kemungkinannya bahwa sampel
yang sedang diukur umurnya, terpapar dengan gas eksternal. Interaksi dengan
gas-gas yang lain ini sangat mungkin terjadi melalui air terkarbonasi atau
bikarbonasi. Jika air alam yang berisi karbon-14 ini mengenai sampel yang
diukur, maka elemen karbon-14 air tersebut akan masuk ke dalam sampel. Dengan
kondisi ini, umur sampel akan menjadi lebih muda dibandingkan yang sebenarnya.
Kebalikannya bisa
juga terjadi. Di bawah kondisi tertentu, jumlah karbon-14 yang ada di sampel
dapat menguap keluar membentuk karbonat dan bikarbonat. Dalam kondisi ini, umur
yang dihitung akan jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Pada kenyataannya ada
banyak temuan yang nyata yang menunjukkan tes karbon-14 tidak tepat.
Sampel dari makhluk yang masih hidup, dites dengan karbon-14, menunjukkan
umurnya beberapa ribu tahun. Sedangkan sampel dari makhluk yang baru saja mati
menunjukkan umur yang jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Diketahui bahwa tes
karbon-14 yang dilakukan terhadap sampel yang telah diketahui umurnya, biasanya
memberikan hasil yang salah. Contohnya:
- Tes karbon-14 yang
dilakukan terhadap anjing laut yang baru saja mati, menunjukkan umur 1.300
tahun.
- Umur dari tiram
yang masih hidup adalah 2.300 tahun.
- Tanduk rusa yang
sama menunjukkan umur 5.340, 9.310 dan 10.320 tahun.
- Kulit kayu pohon
memberikan hasil 1.168 dan 2.200 tahun saat ketika diukur dalam waktu yang
bersamaan.
- Di kota Jarmo Irak
Utara orang-orang di sana hidup 500 tahun lalu, tetapi dengan tes karbon-14
umurnya adalah 6.000 tahun.
Kenyataanya, semua
contoh ini mempelihatkan fakta bahwa tes karbon-14 juga tidak bisa diterima
keakuratannya seperti halnya tes radiometrik yang lain.
INDEKS FOSIL
Sudah disebutkan
bahwa SATU-SATUNYA tes radiometrik yang bisa digunakan untuk menentukan umur
makhluk hidup hanyalah test karbon-14. Sebagai tambahannya, tes karbon-14 hanya
bisa digunakan untuk menghitung sampel yang berumur kurang dari 60 ribu tahun.
Tetapi fosil yang dipelajari oleh para ilmuwan evolusionis dan kita baca dari
buku-bukunya, kadang-kadang berumur sampai jutaan tahun.
Jadi bagaimana mereka
bisa menentukan umur fosil-fosil tersebut?
Jawaban terhadap
pertanyaan ini akan terlihat menarik banyak orang yang menghadapi masalah ini
untuk pertama kali, karena angka-angka yang diberikan oleh para evolusionis sangat
mengesankan – seolah-olah mereka metoda penentuan umur yang benar-benar
canggih. Akan tetapi metoda penetuan umur fosil yang berikutnya, yaitu metoda
indeks, tidak disangka benar-benar mencengangkan.
Karena tes
radiometrik tidak bisa digunakan terhadap fosil, maka untuk menentukan umur
fosil para evolusionis melihat lapisan tanah di mana fosil itu ditemukan.
Metoda penentuan umur fosil dengan melihat umur lapisan tanahnya ini dinamakan
metoda “indeks fosil”.
Langkah pertamanya
adalah menentukan umur setiap lapisan geologis dengan menggunakan metoda tes
radiometrik. Kemudian fosil yang ditemukan di lapisan ini ditentukan umurnya
berdasarkan umur lapisan geologisnya.
Pada kenyataannya ada
sebuah masalah penting dalam hal ini yaitu : tes penentuan umur batuan hanya
bisa dilakukan terhadap batuan vulkanik. Batuan jenis ini adalah batuan yang
terbentuk dari lava yang keluar dari gunung berapi, membeku dan berubah bentuk.
Jadi di dalam batuan ini sangat kecil kemungkinan bisa ditemukan fosil karena
proses pembentukannya. Makhluk hidup yang masuk ke dalam lava panas akan habis
terbakar.
Lapisan batuan bumi
Lebih jauh, hampir
semua fosil berada di lapisan sedimen tanah atau tumpukan bebatuan. Lapisan
sedimen tanah ini bertumpuk melalui perubahan permukaan bumi atau karena
penyebab yang lain, menutupi permukaan makhluk yang mati ini. Organ lunak dari
makhluk yang mati ini mulai membusuk dengan cepat. Hanya kerangka yang tersisa.
Dan kerangka ini menjadi keras dan membatu, menyerap kalsium dan bahan-bahan lain
dari sekitarnya. Akhirnya hanya tersisa kerangka yang membatu. Biasanya lapisan
sedimen yang menutupi kerangka yang membatu ini terbuat dari batuan garam,
bertambah tebal sesuai dengan berlalunya waktu. Saat lapisan ini semakin tebal,
tekanan meningkat dan lapisan-lapisan sedimen berubah menjadi batu keras.
Melalui proses ini, fosil dapat diawetkan untuk periode waktu yang lama. Akan
tetapi penentuan umur dengan tes radiometrik tidak bisa dilakukan terhadap
batuan ini.
Secara singkat, ada
sebuah pertentangan yang sangat mutlak yaitu: hanya batuan vulkanik yang
satu-satunya mungkin dipakai untuk memperkirakan umurnya, tetapi hampir tidak
pernah ditemukan ada fosil di dalamnya karena proses pembentukan batuan
vulkanik tersebut.
Jadi kenyataannya,
batuan yang berisi fosil tidak bisa ditentukan umurnya dengan metoda apa pun!
Untuk mengatasi
masalah ini, metoda yang sangat menarik dipergunakan …
Di antara lapisan
vulkanik, walaupun sangat jarang, kadang-kadang terdapat fosil di antaranya.
Debu vulkanik atau material dingin yang terbentuk saat gunung berapi meletus,
menutupi permukaan makhluk hidup itu dan melindungi kerangkanya. Pada kondisi
ini, penentuan umur lapisan debu vulkanik mungkin untuk dilakukan. Umur dari
lapisan debu sama dengan umur dari fosil yang ada. Umur debu vulkanik yang
diperoleh dengan tes radiometrik sama dengan umur fosil. Perkiraan umur fosil
yang telindungi debu vulkanik itu sangat penting, karena berikutnya itu
digunakan untuk menentukan umur fosil-fosil lain di lapisan yang sama.
Contohnya, fosil ikan
Coelacanth pertama ditemukan di lapisan vulkanik, dihitung dengan tes
radiometrik berumur 300 juta tahun (makhluk di bawah air juga bisa dipengaruhi
oleh letusan vulkanik).
Fosil ikan Coelacanth
dikatakan hidup 300 juta tahun lalu
Berdasarkan umur
lapisan ini, umur ikan Coelacanth juga ditentukan berumur 300 juta tahun. Umur
300 juta tahun cocok untuk Coelacanth karena ikan ini diperkirakan merupakan
bentuk perubahan ikan primitif. Jika ada fosil manusia ditemukan pada lapisan
ini, maka para evolusionis akan berpikir bahwa mereka sudah membuat sebuah
kesalahan, karena bagi mereka tidak mungkin menemukan fosil manusia di lapisan
yang umurnya sangat tua menurut teori mereka.
Setelah penemuan
besar ini, semua fosil yang ditemukan di lapisan yang sama dengan ikan
Coelacanth ini juga diberi umur 300 tahun tanpa keraguan sedikit pun.
Selanjutnya ikan Coelacanth menjadi “indeks fosil” (fosil penentu umur). Jadi
ikan itu digunakan untuk menentukan umur batuan sedimen yang tidak mungkin
diukur dengan tes radiometrik.
Jika kemudian ada
ikan Coelacanth ditemukan pada lapisan tanah yang lain, maka lapisan itu
langsung diasumsikan mempunyai umur yang sama dengan ikan ini. Indeks fosil ini
juga biasa digunakan untuk menentukan umur fosil yang lain.
Akan tetapi apa yang
terjadi berikutnya, ikan Coelacanth yang diperkirakan berumur 300 juta tahun
dan telah digunakan sebagai indeks fosil sejak lama, ternyata ditemukan nelayan
dalam keadaan hidup. Kemudian anggota spesies yang sama juga ditemukan dalam
beberapa waktu selanjutnya mulai dari tahun 1938 sampai sekarang.
Ikan Coelacanth hidup
banyak ditemukan sekarang ini
Ini membuktikan bahwa
makhluk ini (ikan Coelacanth) bukanlah bentuk transisi ikan primitif, yang
diperkirakan hidup 300 juta tahun lalu dan kemudian punah. Ikan ini adalah ikan
yang masih hidup sampai sekarang. Berdasarkan kenyataan ini, maka semua
penggunaan umur fosil yang mempergunakan ikan Coelacanth sebagai indeks fosil
menjadi tidak berlaku lagi.
Kasus ini menunjukkan
metode indeks fosil dangat lemah dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Para
evolusionis yang menghitung umur batuan dengan tes radiometrik dan kemudian
mempergunakan batuan ini sebagai indeks, ternyata terbukti tidak tepat. Ketika
para evolusionis menemukan berbagai fosil dari makhluk yang sama di
tempat-tempat yang berbeda di seluruh bumi, lapisan di tempat makhluk itu itu
ditemukan juga diterima memiliki umur yang sama tuanya.
Masalah yang paling
penting terletak pada kalkulasi spekulatif ini, yaitu asumsi adanya evolusi
makhluk hidup. Karena, fosil yang diterima sebagai “indeks” ini diasumsikan
hidup pada masa purba dan berubah menjadi spesies lain. Akan tetapi jika klaim
terhadap terjadinya proses evolusi ini tidak diterima, maka semua perkiraan
umur ini tidak ada artinya.
Alasan dari itu semua
adalah, anggota dari spesies yang sama yang sebelumnya diterima sebagai indeks
fosil yang diperkirakan hidup berjuta tahun lalu, ternyata ditemukan masih
hidup sekarang ini tanpa ada perubahan bentuk. (seperti contoh ikan
Coelacanth). Sebagai akibatnya, metoda indeks fosil ini tidak bisa dipergunakan
lagi sebagai penentu umur fosil yang bisa dipertanggungjawabkan, dan juga
berimbas pada pentuan semua fosil dengan umur yang sama di lapisan batuan yang
sama.
Sebagai tambahan,
telah terbukti bahwa test radiometrik yang digunakan untuk menentukan indeks
fosil sama sekali tidak bisa dipercaya kebenarannya.
Indeks fosil ternyata
digunakan untuk membagi lapisan bumi ke dalam bermacam kategori sesuai dengan
lapisan geologisnya.
Contohnya, lapisan
yang berisi sebagian besar invertebrata dikatakan berasal dari “periode
cambrian”. Semua fosil yang ditemukan pada lapisan ini, juga dinamakan sebagai
makhluk priode cambrian.
Setelah periode cambrian
ini, sesuai dengan sudut pandang evolusionis, vertebrata dan mamalia bergabung
menjadi satu. Jadi melalui asumsi ini disusun bukti dari perkembangan evolusi
pada catatan fosil. Di asumsikan bahwa ada urutan perubahan bentuk dari
invertebrata menjadi vertebrata, bentuk primitif dan menjadi moderen. Akan
tetapi, in bukanlah bukti yang sebenarnya untuk memastikan terjadinya proses
evolusi, karena hanya asumsi yang diambil setelah teori evolusi diterima.
Sebuah contoh kecil
akan memperjelas kondisi masalah ini:
Setiap orang yang
menyelam dengan perlengkapan tabung udara di laut akan menjumpai berbagai
makhluk hidup yang sama dengan makhluk yang dikatakan oleh para evolusionis
berasal dari periode cambrian. Dapat terlihat bahwa invertebrata dan organisme
yang tidak termasuk jenis crustacea hidup di dasar laut pada saat yang sama
sekarang ini. Kemudian fosil yang tergolong pada periode cambrian masih hidup
dengan semua jenisnya sampai hari ini pada waktu yang sama. Padahal, para
evolusionis mempergunakan fosil dari makhluk ini sebagai indeks fosil,
menyatakan umur mereka miliaran tahun.
METODA “PENENTUAN
UMUR” YANG SULIT DITERIMA
Pada pembahasan awal
disebutkan bahwa metoda penentuan umur ditentukan dari observasi (pengamatan)
atas peristiwa awal yang terjadi yaitu dengan: mengamati kejadian-kejadian
geologis pada rentang waktu tertentu, yang kemudian diterima terjadi pada
periode yang sama sekarang ini. Berdasarkan prinsip ini, perkiraan umur bumi
bisa ditentukan.
Hal yang paling
menarik adalah, hampir semua metoda penentuan umur melalui observasi kejadian
alam memberikan hasil umur yang muda terhadap bumi.
Semua angka yang
dihasilkan, walaupun ditemukan ada sedikit perbedaan satu sama lain, tetapi
semuanya sangat kecil dibandingkan dengan umur bumi 4,5 miliar tahun yang
diterima oleh para evolusionis.
Hasil yang paling
penting dari teknik penentuan umur dengan observasi dan temuannya, adalah
seperti berikut:
1. Umur komet
Ketika sebuah komet
mendekati matahari, gaya tarik matahari mulai menghancurkan partikel-partikel
kecil dari bintang ini. Jadi “ekor” komet terbentuk dari pecahan partikel ini.
Karena perubahan bentuk ini, para ahli astronomi memperkirakan bahwa umur komet
antara 1.500 sampai 10.000 tahun. Padahal sekarang ini ada banyak sekali komet.
Jika alam semesta berumur miliaran tahun seperti yang diklaim, maka semua komet
ini pasti sudah lama sekali mati.
Untuk mengatasi
masalah ini, kaum evolusionis berdebat bahwa ada “Awan Oort” yang memproduksi
komet di luar angkasa. Kenyataannya, ini benar-benar merupakan klaim khayalan
yang tidak memiliki dasar yang beralasan. Keberadaan dari awan jenis ini sama
sekali tidak pernah dilihat. Di sini kita bisa melihat “cara berpikir
berputar-putar” yang lazim dibuat oleh para evolusionis. Dua argumen terpisah
dibuat lebih dahulu, kemudian digunakan untuk saling membuktikan keduanya.
Contoh “cara berpikir
berputar-putar” ini adalah dalam pernyataan mereka berikut ini, “Alam semesta
umurnya sangat tua, dan karena itu, ada sesutu yang memproduksi komet
berumur-pendek; dan karena adanya “sumber” yang membuat komet berumur-pendek
ini, maka alam semesta pasti sudah berumur miliaran tahun.”
2. Endapan di dasar
laut
Temuan lain yang
menunjukkan umur bumi lebih muda dari pada yang dikatakan para evolusionis
adalah dari pengamatan jumlah endapan yang terakumulasi di dasar laut. Dengan
mengamati tumpukan lapisan di dasar laut setiap tahun, ternyata menghasilkan
perhitungan umur bumi yang masik sangat muda.
Susunan lapisan
endapan dasar laut
Peneliti bawah air
mengamati bahwa rata-rata tebal lapisan endapan di dasar laut adalah 700 meter.
Luas lautan dan permukaan laut di bumi adalah 360,9 juta kilometer persegi.
Akibatnya, semua lapisan endapan di lautan ada sebanyak 325 juta kilometer
kubik. Rata-rata berat dari substansi lapisan ini dihitung sekitar 2,3 gram per
sentimeter kubik. Dari semua perhitungan itu diperoleh hasil perhitungan
seluruh lapisan di dasar laut adalah seberat 748 juta kali miliar ton.
Kemudian, berapa
waktu yang dibutuhkan dari semua jumlah itu terakumulasi di bawah laut?
Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita harus melihat berapa banyak material lapisan yang
berpindah dari darat ke laut setiap tahunnya. Dari hasil perhitungan bahwa
semua sungai bisa membawa 19.9 miliar ton lapisan per tahun. Jumlah lapisan
yang ditinggalkan oleh pulau es dan daratan sekitar 2.2 miliar ton. Juga
diasumsikan bahwa 1,46 juta ton lapisan dihasilkan dari gunung api bawah laut
ke seluruh lautan. Dan dihitung bahwa 0,06 miliar ton laposan dibawa oleh
angin. Jika semuanya dijumlahkan, diperoleh hasil 27,12 miliar ton lapisan yang
masuk ke dalam laut setiap tahun.
Untuk menghitung
berapa lama waktu uang dibutuhkan untuk membentuk lapisan bawah laut sekarang
ini, angka 748 juta kali miliar ton dibagi dengan jumlah lapisan per tahun
rata-rata 27,12 miliar ton. Hasilnya adalah 11 juta tahun. Ini sangat kontras
dengan umur bumi yang diklaim oleh para evolusionis, yaitu 4,5 miliar tahun.
Lebih jauh, harus
diperhatikan bahwa 11 juta tahun adalah kemungkinan umur maksimum dari bumi.
Karena sangat masuk akal untuk berpikir bahwa jumlah lapisan yang dibawa ke
laut jauh lebih banyak terjadi di masa lampau, sehingga bisa jadi sebagian
besar lapisan di dasar laut berasal dari masa itu.
3. Rasio konsentrasi
garam di laut
Ada sebuah material
yang terus menerus berpindah dari darat ke laut. Berbagai jenis logam, mineral
dan garam yang ada di bebatuan akan luruh ke dalam laut seiring dengan
berjalannya waktu. Jika diasumsikan bahwa semua material ini tidak ada di laut
pada saat terbentuknya bumi, kita bisa menghitung berapa waktu yang dibutuhkan
oleh semua material ini sampai sekarang ditemukan terakumulasi di laut.
Tes yang dilakukan
terhadap berbagai material yang ada di laut menunjukkan waktu yang dibutuhkan
terakumulasi di laut pada masa kini, antara 100-300 juta tahun. Dan ini kembali
membuat klaim para evolusionis terhadap umur bumi 4,5 miliar tahun, tidak
berlaku.
4. Medan Magnetis
Bumi
Medan magnetis bumi
pertama kali diukur tahun 1835. Hasil pengukuran setelah itu menunjukkan bahwa
medan magnetis berkurang secara tetap. Dengan menghitung pengurangan medan
magnetis setiap tahun, dimungkinkan untuk menentukan berapa besarnya medan
magnetis bumi pada mulanya. Berdasarkan perhitungan besaran medan magnetis di
bumi mula-mula, terlihat bahwa umur bumi tidak terlalu tua, karena untuk
mempertahankan struktur atmosfer bumi dan letaknya di orbit tata surya, medan
magent bumi memiliki batasan tertentu.
Kalkulasi dengan
menggunakan prinsip ini menunjukkan bahwa umur bumi tidak lebih dari 10 ribu
tahun. Karena umur tertua dari medan magnetis bumi akan sebanding dengan umur
medan magnetis bintang. Tidak mungkin bumi memiliki medan magnetis sekuat yang
dimiliki bintang yang bisa melakukan proses termonuklir untuk mempertahankan
medan magnetnya.
Para evolusionis
berargumentasi melawan teori ini, mengklaim bahwa ada sumber listrik (“dinamo”)
yang mempertahankan medan magnetis dari penurunannya secara tetap, karena efek
dari dinamo ini membuat rasionya tidak seimbang. Namun, teori dinamo ini sama
sekali konsep khayalan dan tidak ada satu pun bukti yang bisa mendemonstrasikan
keberadaannya.
Pertama, para
evolusionis membuat dogma bahwa umur bumi tua, dan kemudian mereka membuat
klaim teori khayalan untuk mendukung keyakinan mereka.
5. Populasi Manusia
di Bumi
Sekarang ini populasi
penduduk bumi tiap tahun meningkat 21 %. Walaupun kita menerima bahwa pada masa
lampau tingkat kematian sangat tinggi dan rasio pertambahan penduduk hanya
0,5%, maka dari perhitungan hanya tersisa dua orang manusia pada 4.500 tahun
yang lalu. Di lain pihak, jika manusia pertama hidup 1 juta tahun yang lalu
seperti yang di klaim para evolusionis, maka hari ini ada 10 pangkat 2.100 orang
yang hidup di bumi, dengan perhitungan rasio kelahiran hanya 0,5% per tahun.
Lebih lanjut, klaim
para evolusionis memiliki arti, ada miliaran orang telah hidup selama jutaan
tahun. Kenyataannya, fosil manusia sangat jarang ditemukan, memperlihatkan bahwa
klaim para evolusionis ini tidak masuk akal.
6. Gunung Berapi
Penelitian yang
dibuat terhadap jumlah air “muda” dan letusan lava dari gunung-gunung berapi di
dunia, menunjukkan bahwa umur bumi jauh lebih muda daripada yang dikatakan oleh
evolusionis.
Gunung meletus
Dua puluh persen
cairan yang dimuntahkan oleh gunung berapi, terdiri dari air yang terjebak di
dalam bumi. Air ini dinamakan air “muda” (Juvenile), karena air ini tidak
pernah muncul ke permukaan bumi sebelumnya. Ini bisa diketahui dari struktur
kimianya.
Setiap tahun, hampir
selusin gunung api di dunia meletus. Jumlah dari air “muda” di lava ini keluar
sekitar satu kubik mil., di mana seluruh air di laut dan danau adalah 34 juta
kubik mil. Jika pada mulanya tidak ada air di permukaan bumi, maka seluruh air
di muka bumi ada setelah selama 340 juta tahun keluar dalam bumi. Padahal
menurut konsep dari evolusionis, laut terbentuk di bumi 1-2 miliar tahun yang
lalu.
Rasio dari magma yang
keluar dari gunung berapi juga menyangkal klaim dari evolusionis. Diperkirakan
magma sebanyak 0,8 km3 keluar ke permukaan bumi setiap tahun. Sesuai dengan
rasio ini, dalam waktu 4,5 miliar tahun, maka akan banyak sekali terdapat lava
di permukaan bumi melampaui semua dataran benua yang ada.
Tidak perlu disebutkan,
semua lava ini akan membeku. Tapi ternyata tidak mungkin magma sebanyak ini ada
terkumpul di permukaan bumi.
7. Lava Io
Io, adalah satu
satelit dari planet Jupiter, dengan ukuran yang sangat kecil. Akan tetapi dari
dari hasil pengamatan yang dilakukan, Io masih memiliki gunung-gunung berapi
aktif yang meletus dan memuntahkan lava dalam jumlah yang besar. Ini
menunjukkan bahwa benda angkasa itu tidak berumur miliaran tahun, karena jika
demikian – dengan jumlah letusan gunung berapi di Io sebanyak ini, seharusnya
letusan ini sudah berakhir jutaan tahun yang lalu.
8. Sejarah Peradaban
Manusia
Seluruh catatan
sejarah mengenai umat manusia dan temuan arkeologis yang diketahui, berumur
tidak lebih dara beberapa ribu tahun yang lalu. Jadi masuk akal bila dikatakan
bahwa tidak ada ada informasi mengenai manusia sebelum 4,000 SM.
Sementara itu para
evolusionis menyatakan bahwa manusia modern sudah ada di bumi beberapa ratus
ribu tahun yang lalu. Terhadap hal ini, muncul pertanyaan: “Mengapa manusia modern
hidup tanpa catatan apa pun yang bisa ditemukan selama ratusan ribu tahun,
kemudian tiba-tiba muncul lagi pada tahun 4.000 SM?”
Semua kalkulasi alam
dan metode observasi untuk memperkirakan sejarah bumi ternyata menghasilkan
umur bumi yang lebih kecil dibandingkan yang diklaim para evolusionis.
Test yang digunakan
oleh evolusionis tidak seperti kalkulasi dan observasi berdasar kejadian di
alam, tetapi metode ini dibuat oleh mereka sendiri, berisi kriteria yang
ditentukan sendiri. Akibatnya, metoda penentuan umur (tes radiometrik dan
indeks fosil) buatan mereka memberikan hasil perhitungan tepat sesuai dengan
yang mereka harapkan sebelumnya.
Tuhan menciptakan
alam dan isinya (Kejadian 1)
Bagi orang yang
percaya pada teori Penciptaan, umur bumi tidaklah begitu penting, berapa pun
umur alam semesta atau umur bumi, semuanya ada karena langsung diciptakan satu
persatu oleh Tuhan, bukan terjadi karena proses evolusi.
Sebaliknya para
evolusionis menyatakan teorinya bahwa alam semesta berumur 10 miliar tahun dan
bumi berumur 4,5 miliar tahun.
Mereka juga membuat
metoda sendiri (tes radiometrik dan indeks fosil) untuk membuktikan teorinya.
Stephen Hawking sendiri mengakui, “Waktu selama itu (miliaran tahun) diperlukan
untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan sebuah makhluk yang cerdas.”
“Ya Tuhan dan Allah
kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau
telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada
dan diciptakan.” (Wahyu 4:11)
Percayakah Anda Bumi
Tercipta pada 22 Oktober 4004 SM?
Ussher yakin bahwa
bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul 18:00.
NEW YORK, Jaringnews.com - Para saintis
umumnya percaya bumi ini telah berumur sekitar 4,5 miliar tahun. Keyakinan itu
didapat berdasarkan bukti meterorit dan tingkat peluruhan molekular. Namun
karena sains demikian rumit dan kerap membosankan, orang sering mencari cara
dan sumber lain untuk mengukur usia bumi. Dan, hasilnya cukup mengejutkan,
kendati ada juga yang menganggapnya lelucon.
Lalu berapakah usia
bumi sebetulnya?
Salah satu
perhitungan yang kini banyak dibicarakan, sebagaimana dikisahkan oleh Brian
Palmer, kolumnis pada the Slate, (12/10), adalah yang dilakukan oleh seorang
bishop Irlandia yang hidup di abad 17. James Ussher, bishop itu, mengatakan
bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 Sebelum Masehi (SM) pukul
18:00.
Ussher membuat
perkiraan tentang hari penciptaan berdasarkan data kronologis kisah-kisah di
Alkitab. Kemudian ia membandingkannya dengan peristiwa bersejarah dalam
peradaban. Usshers antara lain menggunakan hari kematian Raja Babilonia,
Nebuchadnessar sebagai salah satu batu penjuru perhitungan. Kematian itu
terjadi pada tahun 562 SM.
Ia juga
memperhitungkan penafsiran atas berbagai data di alkitab. Antara lain, Adam
yang hidup selama 930 tahun, putranya Set yang hidup 912 tahun, Israel
menjalani pembuangan ke Mesir selama 430 tahun dan sebagainya. Berdasarkan
berbagai data dan penafsiran itu, Ussher kemudian yakin bahwa bumi ini tercipta
pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul 18:00.
Uniknya, berbagai
perhitungan tentang usia bumi yang didasarkan pada kronologi kisah Alkitab memang
tidak jauh berbeda. Bila mengacu pada perhitungan yang dilakukan oleh St
Theopilus dari Antiokia pada abad kedua, bumi ini lahir pada tahun 5529 SM,
atau hanya berbeda sekitar 1500-an tahun. Sedangkan menurut Joseph Juste
Scaliger dalam karyanya De emendatione temporum (1583), bumi ini tercpita
pada tahun 3949 SM.
Yang agak
mengejutkan, baru-baru ini, seorang evangelis dari AS, Paul Brown melontarkan
lagi perkiraan yang kontroversial. Dia mengatakan bumi ini sudah berusia 9000
tahun. Sayangnya, ia tidak mengemukakan apa yang mendasari perhitungannya itu.
Anda mungkin
bertanya, apa perlunya manusia merepotkan hari lahirnya bumi?
Jangan kaget. Para
teolog abad 17 –dan sampai kini masih ada yang meyakininya—umumnya
percaya bahwa Armageddon atau sering juga diartikan sebagai hari kiamat, akan
tiba jika usia bumi sudah mencapai 6000 tahun. Maka usia bumi tentu perlu
diketahui untuk menaksir berapa lama lagi kira-kira masa kiamat itu akan tiba.
Sebagian orang akan mempergunakannya untuk bertobat, tetapi ada juga yang
memanfaatkan waktu untuk mengambil ancang-ancang untuk pindah ke planet lain.
Yang jelas, bila
percaya pada perkiraan Ussher, Anda dapat bernafas lega, karena Armageddon
ternyata tak benar-benar terjadi. Sebab seharusnya ia sudah muncul pada tahun
1996 lalu.
Sedangkan bila Anda
percaya pada Paul Brown dan kepada perkiraan para saintis, Anda makin bisa
bernafas jauh lebih lega. Sebab, jika bumi ini sudah berusia 9000 tahun atau
malah miliaran tahun, itu berarti ramalan tentang kedatangan Armageddon sama
sekali sudah ketinggalan zaman. Karena Armageddon seharusnya sudah terjadi
setidaknya 3000 tahun lalu.
Lain halnya jika Anda
memang benar-benar percaya akan adanya Armageddon tersebut. Bila itu yang Anda
yakini, seberapa pun usia bumi tak lagi penting.
Nah, mana yang Anda
yakini?
Baru
dapat info dari milist
alumni Teknik Mesin ITS tentang propaganda peak oil, dan beberapa fakta tentang
asal mula minyak bumi. Dilansir dari blog http://sinarilahdunia.wordpress.com,
saya coba mengambil beberapa poin tentang hal tersebut.
Hipotesa
Asal Mula Minyak Bumi
Sejak
Sekolah Dasar, kebanyakan dari kita diajarkan bahwa minyak bumi termasuk sumber
energi yang tidak bisa diperbaharui dan akan habis suatu saat. Selain itu, kita
juga diajarkan bahwa minyak bumi berasal dari fosil tumbuhan atau binatang
purba yang mengalami proses kimiawi dan geologis sehingga menjadi minyak bumi.
Namun satu hal penting yang mungkin tidak diajarkan kepada kita tentang asal
mula dan teori dari ilmuwan tentang asal mula minyak bumi.
Hipotesis pertama yang selama ini
kita percayai diajukan oleh Mikhailo V. Lomonosov, seorang cendekiawan besar
Rusia, yang pada 1757 mengajukan sebuah hipotesis bahwa minyak bumi berasal
dari sisa-sisa makhluk hidup.
Menurut si Lomonosov, minyak mentah akan terbentuk sangat lambat, karena
berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah mati, melewati jutaan
tahun terkubur di bawah batuan, mengalami tekanan dan suhu yang
luar biasa, lalu mengubahnya menjadi minyak mentah.
Industri
minyak bumi modern lahir 145 tahun yang lalu di Titusville, Pennsylvania, Amerika
Serikat (AS) ketika Edwin Drake sukses melakukan pemboran pertama minyak bumi
di AS. Kala itu hampir tidak ada yang mengkhawatirkan berapa lama lagi perut
bumi menyediakan minyaknya untuk dambil? Tetapi sejak produksi minyak di AS
memuncak sekitar 1970, sejumlah ahli geologi, ahli ekonomi dan analis industri
mulai mempertimbangkan sebuah pertanyaan, berapa lama lagi pasokan minyak bumi
dunia bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat? Jika melihat jumlah
kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi ini,
juga industri lain yang menggunakannya, bisa jadi minyak bumi akan habis dalam
beberapa dekade yang akan datang.
Kemudian
dilakukan peninjauan ulang hipotesis Lomonosov itu. Pada abad ke-19, hipotesis
ini ditolak oleh seorang geolog Jerman bernama Alexander von Humboldt, dan ahli
kimia termodinamik Perancis, Louis Joseph Gay-Lussac. Menurut mereka, minyak
bumi adalah materi primordial (purba) yang memancar dari tempat yang sangat
dalam, dan tak ada hubungannya dengan materi biologis dari permukaan bumi.
Pakar kimia Prancis Marcellin Berthelot adalah orang pertama yang melakukan
percobaan yang melibatkan serangkaian apa yang sekarang disebut sebagai reaksi
Kolbe dan menunjukkan bahwa minyak bumi bisa dihasilkan dengan melarutkan baja
dengan asam kuat tanpa melibatkan molekul atau proses biologis.
Ahli kimia Rusia, Dmitri Mendeleev
juga menguji dan menolak hipotesis Lomonosov. Mendeleev menyatakan dengan jelas
bahwa minyak bumi merupakan bahan primordial yang keluar dari kedalaman yang
jauh. Dengan
persepsi yang luar biasa, Mendeleev membuat hipotesis tentang adanya struktur
geologi yang ia sebut “patahan dalam” (deep fault) tempat minyak bumi
melaluinya dari kedalaman.
Pada
1951, dalam sebuah kongres geologi minyak bumi, seorang geolog asal Rusia
Nikolai A. Kudryavtsev mengajukan teori asal-usul minyak bumi abiotik
atau abiogenik, setelah menganalisis hipotesis Lomonosov yang terbukti salah.
Inilah untuk pertama kalinya teori abiotik modern dicanangkan untuk mengganti
teori konvensional.
Kudryavtsev
tidaklah sendiri, dia mendapat banyak dukungan termasuk dari para ilmuwan
barat, seperti Thomas Gold dan Dr JF Kenney. Bahkan Kenney bersama
ilmuwan Rusia lainnya benar-benar mampu membangun reaktor dan membuktikan
minyak bumi bisa dihasilkan dari kalsium karbonat dan oksida besi, dua senyawa
yang melimpah di kerak bumi.
Baru-baru
ini, para peneliti dari Royal Institute of Technology di Stockholm,
Swedia telah berhasil membuktikan bahwa fosil-fosil dari hewan dan tumbuhan
tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan minyak mentah. Temuan ini begitu
revolusioner karena sangatlah berarti, di satu sisi akan memudahkan menemukan
sumber-sumber energi, di sisi lain sumber energi ini dapat ditemukan di seluruh
dunia. Vladimir Kutcherov, profesor yang memimpin riset ini,telah melakukan
simulasi suatu proses yang melibatkan tekanan dan panas yang terjadi secara
alami di lapisan dalam bumi, proses yang menghasilkan hidrokarbon, komponen
utama dalam minyak dan gas alam. Menurut Kutcherov, penemuan ini mengindikasikan
dengan jelas bahwa pasokan minyak bumi tidak akan habis. “Tidak ada keraguan
bahwa penelitian kami membuktikan bahwa minyak mentah dan gas alam yang
dihasilkan, tanpa melibatkan fosil. Semua jenis batuan dasar dapat berfungsi
sebagai reservoir minyak,” kata Vladimir Kutcherov kepada Science Daily,
baru-baru ini. Kutcherov pun mampu membuktikan bahwa hidrokarbon dapat
dibuat dari air, kalsium karbonat dan zat besi. Ini berarti
minyak bumi merupakan sumber energi berkelanjutan dan terbarukan.
Proses
abiotik untuk menghasilkan minyak bumi dimungkinkan lewat proses yang disebut
Fischer-Tropsch, reaksi kimia yang mengubah campuran karbonmonoksida dan
hidrogen menjadi hidrokarbon cair. Proses ini dikembangkan dan dipatenkan pada
tahun 1920, kemudian digunakan selama Perang Dunia II oleh Jerman dan
Jepang.
Fenomena
Pulau Eugene
Pulau
Eugene merupakan ladang minyak di Teluk Meksiko, sekitar 80 mil lepas pantai
Louisiana, AS. Lansekap kepulauan ini terbelah dengan celah dan rekahan dalam
yang spontan memuntahkan gas dan minyak. Ladang minyak ini ditemukan pada
1973 dan mulai memproduksi sekitar 15.000 barel per hari. Pada 1989,
aliran minyaknya berkurang menjadi 4.000 barel per hari. Tetapi tanpa alasan
logis apapun, secara tiba-tiba produksinya meningkat menjadi 13.000 barel.
Selain itu, taksiran cadangan meroket 60-400 juta barel.
Ternyata
ada patahan dalam yang tidak bisa dijelaskan, dan minyak telah memancar dari
suatu kedalaman yang tidak diketahui sebelumnya, dan bermigrasi ke atas melalui
batuan untuk mengisi pasokan yang ada. Dugaan kuat, minyak mentah yang baru,
muncul dari sumber yang berbeda, sumber yang tidak bisa dijelaskan. Perkiraan
terakhir dari cadangan minyak kemungkinan naik dari 60 juta barel menjadi 400
juta barel. Baik ilmuwan dan ahli geologi dari perusahaan-perusahaan minyak
besar telah melihat bukti dan mengakui bahwa ladang minyak Pulau Eugene
mengalami pengisian ulang sendiri.
Sumber
minyak dari suatu kedalaman di Pulau Eugene sangat mendukung teori Thomas Gold
yang ditulis dalam bukunya The Deep Hot Biosphere. Gold menetapkan, “minyak
bumi sebenarnya adalah aliran primordial terbarukan yang terus-menerus
diproduksi oleh bumi dalam kondisi panas dan tekanan yang luar biasa. Ketika
zat ini bermigrasi ke permukaan, ia diserbu oleh bakteri, sehingga minyak bumi
tampak seperti memiliki asal usul organik dari zaman dinosaurus.“
Sumber
minyak di Pulau Eugene serta gagasan Gold membuat insinyur perminyakan
bertanya-tanya tentang situasi yang sama di ladang minyak Timur Tengah yang tak
ada habisnya. “Timur Tengah memiliki lebih dari dua
kali lipat cadangan minyak dalam 20 tahun terakhir, meskipun setengah abad
dieksploitasi dan penemuan baru relatif sedikit,” ujar Norman Hyne, seorang
profesor di Universitas Tulsa, Oklahoma, AS. “Teori yang tak konvensional (teori abiogenik )
tentunya akan berubah menjadi benar,” katanya.
Masa
Depan Minyak Bumi
Tahun
1980-an OPEC memutuskan kuota produksi minyak didasarkan pada jumlah cadangan
yang ada di negara masing-masing, semakin besar cadangannya maka semakin besar
pula produksinya .Belakangan ini Arab Saudi melaporkan peningkatan cadangan
minyak mentahnya sekitar 200 miliar barel. stok Minyak Saudi aman dan berlimpah
, kata para pejabatnya.
Ada
juga laporan bahwa Rusia telah mengalami peningkatan yang jauh lebih besar pada
cadangan minyaknya bahkan melampaui Arab Saudi. Mengapa Rusia mengumumkan hal
ini jika Rusia percaya bahwa cadangan minyak adalah terbatas? Tampak jelas
bahwa Rusia telah siap dengan produksi minyak tak terbatas di masa depan. Jelas
ada kontradiksi besar antara teori keterbatasan minyak dengan fakta peningkatan
cadangan minyak.
Tidak
kebetulan kemudian bahwa Rusia, yang memelopori penelitian ini kemudian
melakukan serangkaian proyek penggalian minyak bumi dengan kedalaman yang lebih
jauh lagi 30.000 meter.
Bukti-bukti
lain bahwa minyak adalah bahan bakar abiotik (bukan fosil), dapat Anda pelajari
dengan mencari informasi di internet.
Selain
itu, dalam http://sinarilahdunia.wordpress.com
tentang bab ini, juga dibahas tentang konspirasi kebohongan tentang kelangkaan
sumber minyak dan Program Illuminati dibalik isu keterbatasan cadangan minyak
bumi.
Info
lebih lengkap langsung saja klik link ini. Propaganda Peak Oil; Ternyata Minyak Bumi Adalah Energi
Terbarukan, Bukan Berasal Dari Fosil.
Besar
harapan saya, teman-teman dari kalangan fisika geologi, teknik pertambangan dan
teknik perminyakan, menanggapi isu ini, sekaligus bisa mencerdaskan masyarakat
tentang bab ini. Boleh komen di blog ini atau di http://sinarilahdunia.wordpress.com
atau di blog teman-teman (share link-nya nanti saya update posting ini). Semoga
bermanfaat.
Posting Komentar
Posting Komentar