UNDZUR MA QIILA WA LA TANDZUR MAN QOOLA
Lihatlah apa yang di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan
-Ali bin Abi Tholib-
Dalam hal nasehat menasehati kita haruslah terbuka. Mau menerima masukan dari siapapun itu jika kita mau menjadi lebih baik.
Dalam perspektif komunikasi, ungkapan "lihatlah yang dikatakan dan jangan lihat yang mengatakan" mengajak kita untuk fokus pada topik atau substansi pembicaraan (maa qiila), bukan pada komunikator atau yang sedang berbicara (man qoola).
Namun
demikian, masih dalam perspektif komunikasi, komunikasi efektif itu
salah satunya bergantung pada integritas dan kredibilitas man qoola atau sang pembicara.
Seringkali
pendengar "mengabaikan" isi pembicaraan, jika sang pembicara adalah
orang yang dikenal berakhlak buruk, perangainya tidak menyenangkan, suka
maksiat, atau "belum melaksanakan yang dikatakannya".
Namun
pada kenyataannya “Man Qoola”, atau siapa yang berkata sangatlah
mempengaruhi diterimanya kata-kata yang diucapkannya kepada kita. Orang
yang sering berbohong tidak akan langsung diterima kata-katanya. Perlu
di croscheck kebenarannya. Beda lagi dengan orang yang dikenal jujur.
Kata-katanya berbobot. Kata-katanya pasti didengar oleh si pendengar.
Selain
orang yang dikenal jujur, orang yang dianggap spesial juga memberikan
nilai tersendiri dalam hal diterimanya perkataannya. Akan berbeda
feelnya ketika sekedar ucapan “Selamat Pagi“, atau “Bagaimana kabarnya?”
diucapkan oleh orang biasa-biasa saja dengan orang yang menurut kita
spesial.
Contoh kecil, ketika kita mendapatkan sms spesial
dari ibu, sms berisi ucapan ulang tahun. Kata-kata itu tidak sekedar
susunan huruf-huruf. Terbayang oleh kita wajah ibu yang mengucapkan
kata-kata itu dengan penuh kasih sayang sambil mengelus-elus kepala kita
waktu kecil. Pantaslah jika kemudian airmata mengalir pada saat membaca
sms ucapan ultah dari ibu trsbt.
Pernahkah Anda
menganggap spesial seseorang selain ibu Anda? Entah orang itu tahu atau
tidak bahwa dia Anda anggap spesial bagi Anda? Saya yakin Anda pernah.
Karena saya juga pernah. Kemudian suatu ketika dia ngobrol dengan Anda
dan ada suatu kalimat yang keluar dari si dia. Kalimat itu bisa jadi
sederhana, biasa-biasa saja tapi ternyata sangat mengena dan
terngiang-ngiang pada kepala Anda dan mempengaruhi hidup Anda.
Orang
yang berkata ternyata sangat berpengaruh pada kita dalam menerima
kata-katanya. Selain tentunya banyak faktor lain, seperti timing, sikon,
nada bicara, dll. Namun yang jelas Subyek sangat berpengaruh, terutama
jika si subyek itu merupakan orang yang dianggap spesial.
Kita
percaya penuh dengan kata-kata yang ada dalam AlQur’an karena kita
meyakini bahwa AlQur’an bersumber dari Allah dan dijaga keasliannya.
So, hati-hati kalau bersikap dan berbicara
dengan seseorang. Pikir ulang ketika membalas sms, ketika menulis
status atau di wall seseorang, ketika ngeTweet, ketika guyonan. Siapa
tahu, Anda dianggap spesial oleh orang tersebut. Sikap dan kata-kata Anda sangat berpengaruh, bisa jadi sikap dan kata-kata Anda berdampak negatif, seperti membuat minder/pesimis dan tidak produktif. Namun bisa pula kata-kata Anda memberikan semangat tersendiri.
……………………………..
Serupa
dengan ucapan orang: “Kenalilah manusia dengan cara menilainya dengan
kebenaran, dan jangan mengenali kebenaran dengan cara menilainya dengan
manusia!”
Jika engkau mengetahui kebenaran maka engkau
akan mengetahui siapa yang berada di atasnya. Jadi hendaknya seseorang
berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui kebenaran, agar dia bisa
membedakan antara ahlul haq dan ahlul bathil. Adapun jika engkau
mengatakan: “Kenalilah kebenaran dengan cara menilainya dengan
manusia!” Maka sesungguhnya ini merupakan jalan kesesatan.
Karena ucapan ini maknanya apa yang dikatakan oleh si fulan maka itulah
kebenaran, sedangkan yang tidak dia katakan dan justru menyelisihinya
maka itulah kebathilan. Maka ini merupakan kesesatan.
Jadi
mungkin saja orang yang mengatakan ucapan di atas maksudnya adalah ini
(kenalilah manusia dengan cara menilainya dengan kebenaran, dan jangan
mengenali kebenaran dengan cara menilainya dengan manusia), jika ini
yang dia maksudkan maka tidak masalah.
Hanya saja, orang
yang mengatakan ini termasuk orang yang membela kebathilan. Jadi dia
ingin agar para tokoh kebathilan tidak disebut dengan ucapan yang sesuai
dengan hakekat mereka dan agar mereka tidak ditahdzir. Maka kelakuan
dia ini menyelisihi Al-Qur’an dalam mencela orang-orang kafir,
orang-orang munafik, dan orang-orang fasik, serta memberikan vonis
kepada mereka dengan yang sepantasnya mereka terima.
Ada perkataan lain: “Ambillah faedah, namun jangan menjadikannya sandaran!”
Maksudnya:
ambillah faedah dari seseorang, namun jangan bersandar kepadanya dalam
segala hal! Ambillah yang benar dan ambillah kebaikan, jika orang
tersebut memang ahlinya. Hanya saja jangan taklid kepadanya! Karena
semua orang bisa diambil ucapannya dan bisa juga ditolak, kecuali ucapan
AlQuran.
QS 17: 28. Dan jika kamu berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas…
QS 4:148. Allah tidak menyukai ucapan buruk…
QS 22: 24. Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik…
QS 19: 62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam jannah, kecuali ucapan salam…
QS
76: 9. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu
dan tidak pula ucapan terima kasih.
Posting Komentar
Posting Komentar