INKONSISTENSI PENENTUAN ISTILAH PERIODE MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
Setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 11 H / 632 M) pada awalnya hingga
selesai nya 4 khalifah, tidak ada al hadits. Sehingga pada akhirnya
pada masa Umar bin Abdul Aziz seorang raja kelanjutan dari moyangnya
Muawiyah dari Bani Umayyah (tahun 99 - 101 H / 717 - 720 M) yang
memiliki jasa yang besar dalam penghimpunan Al Hadist. Disinilah timbul
asbabun nuzul dan periodisasi Mekkah dan Madinah.
Penurunan
ILMU, mekkah madinah memang ada. Hanya saja, pemahamannya jangan di
gusur kepada istilah Periode. Karena system periodisasi akan berbenturan
dengan ahsana tafsiiran..QS 25:33..
Dari TEORI kerja menghasilkan PRAKTEK kerja
Aqiimu shalat wa atuz zakat
Alimul Ghaib wa syahadah
Sami’na wa atha’na
Samawat wal ardi
Makiyyah Madaniyyah
Kuliah Kedokteran Praktek Kedokteran
Kuliah Penerbangan Jadi Burung Hud-Hud (:D)
Dari TEORI kerja menghasilkan PRAKTEK kerja
Aqiimu shalat wa atuz zakat
Alimul Ghaib wa syahadah
Sami’na wa atha’na
Samawat wal ardi
Makiyyah Madaniyyah
Kuliah Kedokteran Praktek Kedokteran
Kuliah Penerbangan Jadi Burung Hud-Hud (:D)
Berikut beberapa artikel normative yang membahas tentang periodisasi Mekkah dan Madinah:
Surah
Makkiyah yaitu surat-surat yang turun/datang sebelum adanya perintah
hijrah ke madinah, meski turunnya diluar kota Makkah. Surat-surat
Madaniyah yaitu surat-surat yang turun/datang sesudah adanya perintah
hijrah, meski turunnya di dalam kota Makkah.
Di dalam referensi lain, masa turunnya al-Quran dapat dibagi ke dalam dua periode:
Periode
pertama disebut priode Makkiyah, yaitu masa ayat-ayat yang turun ketika
Nabi Muhammad SAW masih bermukim di mekah selama 12 tahun 5 bulan 13
hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad
SAW sampai permulaan Rabi’ul Awal 54 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Periode
kedua disebut periode Madaniyah, yaitu masa ayat-ayat yang turun
setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9
hari, persisnnya dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran
Nabi sampai 9 Zulhijjah tahun 63 dari kelahiran nabi Muhammad atau 10
hijriyah.
Maka dapat kita maknai bahwa ayat-ayat
Makkiyah itu turun sebelum adanya perintah hijrah dan tentang hukumnya
yang diturunkan di Makkah tetapi menyangkut penduduk Madinah. Sedangkan
Ayat-ayat Madaniyah itu turun sesudah adanya perintah hijrah dan tentang
hukumnya yang diturunkan di Madinah tetapi menyangkut penduduk Makkah.
Ciri-ciri ayat-ayat ”Makkiyah dan Madaniyah”
Surah-surah Makkiyah terdiri dari berbagai macam ciri-ciri, diantaranya :
Mengesakan Allah
Mengajak ke khittah islam
Tentang hari kiamat
Serta memuat kisah-kisah tentang para nabi terdahulu.
Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran
Pada umumnya pendek-pendek ayatnya
Adapun surah-surah madaniyah memiliki ciri-ciri, diantaranya :
Pada umumnya ayat-ayatnya panjang
Menjelaskan hukum-hukum waris
Pembatasan atau peraturan pada agama
Hak-hak yang diperoleh kaum muslim
Menjelaskan tentang Jihad fi sabilillah
Quraish Syihab juga mencirikan secara detail tentang surah-surah Makkiyah dan Madaniyahnya sebagai berikut :
Ciri-ciri khusus Makkiyah sebagai berikut :
Mengandung ayat Sajadah
Terdapat lafaz Kalla
Terdapat seruan ayuhannas dan tidak terdapat ya-ayyuhallazina amannuu,
terkecuali dalam surah al-Hajj yang diakhirnya terdapat ya
Ayyuhalladzinina aamannu irka’u wasjudu (ayat 77 s.22). kebanyakan ulama
mengatakan bahwa surat itu Makkiyah. Surat-surat yang dikecualikan
ialah surat al-Baqarah (ayat 21 nya diawali dengan ya ayyuhannas dan
ayat 168) dan surah an-Nissa ayat 33.
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat yang telah lalu, terkecuali surah al-baqarah.
Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surah al-Baqarah.
Surat-suratnya dimulai dengan huruf at-Tahajji, terkecuali surah al-Baqarah dan Ali imran.
Ciri-ciri khusus surat Madaniyah :
Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana,
faraid hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan
bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di mekkah
Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak
berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surah
al-Baqarah, An-Nissa, Ali Imran, Attaubah, dll.
Perbedaan Al-Maky wal Madany
1
Kebanyakan konteks kalimat tegas dan lugas karena kebanyakan obyek yg
didakwahi menolak dan berpaling, maka hanya cocok mempergunakan
konteks kalimat yg tegas. Ex: Al-Muddatstsir dan surat Al-Qamar
kebanyakan
mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena kebanyakan obyek yang
didakwahi menerima dan taat. Ex: di surat Al-Maa’idah
2
Kebanyakan adalah ayat-ayat pendek dan argumentatif, karena kebanyakan
obyek yang didakwahi mengingkari, sehingga konteks ayatpun mengikuti
kondisi yang berlaku. Ex: surat Ath-Thuur
kebanyakan adalah
ayat-ayat pendek, penjelasan tentang hukum2 dan tidak argumentatif,
karena disesuaikan dgn kondisi obyek yang didakwahi. Baca ayat tentang
hutang-piutang dalam surat Al-Baqarah
3 berisikan penetapan
tauhid dan aqidah yang benar karena kebanyakan obyek yang didakwahi
mengingkari hal itu. Berisikan perincian masalah ibadah dan muamalah,
karena obyek yang didakwahi sudah memiliki Tauhid dan aqidah yang
benar
4 Turun sblum hijrah mskpun bkn di Mekah. Turun sesudah hijrah mskpun bkn di Madinah
5 Turun di mekah dan sktarnya: mina,arafah,hudaibiyah. Turun di madinah dan sktarnya : Uhud , Quba
6 Seruannya ditujukan kpda penduduk mekkah. Seruannya ditujukan kpda penduduk madinah
7 Mengandung ayat sajdah Berisi kewajiban dan sanksi
8 Mengandung lafal ‘kalla’ 33x dlm 15 surat Menyebutkan orang-orang munafik
9.
Mengandung yaa ayyuhan nas dan tdk mngndung yaa ayyuhal ladziina aamanu
Suku kata dan ayatnya panjang2 dan dgn gaya bhasa ug memantapkan
syariat dan menjelaskan tujuan
10. Mengandung kisah para nabi dan ummat Terdapat dialog dgn ahli kitab
11 Mengandung kisah adam dan iblis Menyingkap perilaku orang munafik
12 Surah dibuka dgn huruf2 sngkatan ex: alif lam mim Menjelaskan ibadah,muamalah,had,kekeluargaan
13 Berisi ajakan kpd tauhid dan beribadah kpda Allah Warisan,jihad,hub.sosial,hub.internasional
14 Peletakan dasar2 umum perundang2an Ttg ahli ktab dari yahudi dan nasrani
Objek Kajian Ulama Tentang Makiyah dan Madaniyah
Yang terpenting dalam objek kajian para ulama dalam pembahasan ini ialah :
1) Yang diturunkan di mekkah
2) Yang diturunkan di Madinah
3) Yang diperselisihkan
4) Ayat-ayat Makkiyah dalam surat-surat madaniyah
5) Ayat-ayat madaniyah dlam surat-surat Makkiyah
6) Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya Madaniyah
7) Yang diturunkan di Madinah namun hukumnya Makkiyah
8) Yang serupa dengan yang diturukan di Makkah dalam kelompok Madaniyah
9) Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah
10) Yang dibawa dari Mekkah ke Madinah
11) Yang dibawa dari madinah ke mekkah
12) Yang turun di waktu malam dan di waktu malam dan siang
13) Yang turun di musim panas dan musim dingin
14) Yang turun waktu menetap diperjalanan
Marhalah pada Surat Makkiyah dan Madaniyyah
Terdapat 3 klasifikasi mengenai marhalah pada Surat-surah Makkiyah dan Madaniyah yang termaktub dalam al-Quran, Diantaranya :
1) Marhalah Ibtidaiyah
2) Marhalah Mutawasitah
3) Marhalah Khitamiyah
Diantara
surat-surat yang disepakati ahli sejarah dan ahli tafsir, bahwa
surat-surat itu dari permulaan wahyu, atau surat-surat yang tergolong ke
dalam surat-surat yang turun dalam Marhalah ibtidaiyah :
a. Al-Alaq
b. Al-Muddatstsir
c. At-takwir
d. Al-A’la
e. Al-lail
f. Al-Insyirah
g. Al-Adiyat
h. At-takasur
i. An-Najm
Di antara surat-surat dalam marhalah mutawasithah di Mekkah, ialah :
a. Abasa
b. At-tin
c. Al-Qariah
d. Al-Qiyamah
e. Al-Mursalat
f. Al-Balad
g. Al-Hijr
Di antara surat-surat yang turun dalam marhalah khitamiyah di Mekkah, ialah :
a. As-Shaffat
b. Az-Zukhruf
c. Ad-Dukhan
d. Adz-Zariyat
e. Al-Kahfi
f. Ibrahim
g. As-Sajadah
Ketiga
kelompok ini, walaupun nampak tanda-tanda diturunkan di Mekkah, namun
kelompok-kelompok ini masing-masing mempunyai perbedaan dari yang lain
dalam segi isi dan uslub. Masing-Masing mempunyai ciri-ciri dan tekanan
tertentu.
MANFAAT MENGETAHUI PEMBAGIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Pengetahuan
tentang Makkiyah dan Madaniyah adalah bagian dari ilmu-ilmu Al-Qur’an
yang sangat penting. Hal itu karena pada pengetahuan tersebut memiliki
beberapa manfaat, di antaranya.
1. Nampak jelas sastra
Al-Qur’an pada puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak
berdialog yang sesuai dengan keadaan obyek yang didakwahi ; dari
ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.
2.
Nampak jelas puncak tertinggi dari hikmah pensyariatan diturunkannya
secara berangsur-angsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi obyek
yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan taat.
3.
Pendidikan dan pengajaran bagi para muballigh serta pengarahan mereka
untuk mengikuti kandungan dan konteks Al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu
dengan mendahulukan yang terpenting di antara yang penting serta
menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing
4.
Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat
Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat
Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan
ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.
Surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Maddaniyah
•Surat-surat
al-makky: Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim,
Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’,
Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash,
Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin,
Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo,
Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat,
Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam,
Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir,
Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir,
Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq,
Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail,
Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat,
Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy,
Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq,
An-Naas
•Surat-surat al-madany: Al-Baqarah,Ali
Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj,
An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman,
Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah,
Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan,
Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr
II.8 Penjelasan singkat kekhususan surah-surah Makkiyah dan Madaniyah
Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat al-Anfal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :
و إذ يَمكُرُ بك الذين كفروا ليثبِتُوك أو يقتلوك أو يُخرِجُوك * و يمكرون و يمكر اللهُ * و اللهُ خير المكرين (30) (الأنفال :30)
Dan
(ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat makar terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan Allah
sebaik-baik pembalas makar. (al-Anfal :30)
Mengenai ayat ini
Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan di Makkah, zahirnya menunjukan
demikian sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang
musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar tehadap
Rasulullah sebelum Hijrah.
Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Di dalam Surah al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21,
هذان خصمَانِ اختصَمُوا في ربِّهِم
Inilah dua golongan yang bertengkar tentang Tuhan mereka……… Hingga akhir ayat 21
Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madaniyah
Yang
dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang terdapat dalam
surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti
surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah Al-Anfal yang
madaniyah,
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata,
”Ya Allah, Jika benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan
batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
(Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musrikin untuk disegerakan azab adalah di Makkah.
Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah
Yang
dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka
memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm,
الذين يجتنبون كبئر الإثم و الفوٰحش إلاّ اللّممَ (32)
Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain kesalahan-kesalahan kecil (an-Najm :32)
Menurut
As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya.
Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan
kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas
dosa-dosa di atas. Sementara itu di Makkah belum ada sangsi yang serupa
dengannya.
…………………………
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Makkiyah
diambil dari nama kota Makkah, tempat Islam lahir dan tumbuh. Kata
makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan
sesuatu disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal
dari Makkah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan madaniyah,
ia diambil dari nama kota Madinah, tempat Rasulullah SAW berhijrah dan
membangun masyarakat Islam serta mengembangkan Islam hingga ke segala
penjuru dunia.
Sekalipun kemudian da'wah Rasulullah melewati
batas-batas wilayah kedua kota tersebut, namun Makkah dan Madinah tetap
mempunyai peran yang signifikan dalam setiap proses pengembangan Islam.
Karenanya pengertian makkiyah dan madaniyah tidak hanya terbatas pada
ruang lingkup tempat atau penduduk yang berdiam dikedua kota tersebut,
melainkan mencakup didalamnya periode waktu. Dari sini kemudian para
ulama dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku
pada pengertian yang sangat sempit, melainkan juga memasukan unsur waktu
yang tak terpisahkan dari sejarah Rasulullah.
Imam Az Zarkasyi
dalam bukunya Al Burhan fi Ulum Al Qur'an telah menyebutkan tiga
variabel definisi mengenai makkiyah dan madaniyah.
1.
Pertama, definisi berkonotasi tempat, bahwa makkiyah adalah unit wahyu
yang diturunkan di Mekah, dan madaniyah adalaha unit wahyu yang
diturunkan di Madinah.
2. Kedua, definisi berkonotasi periode
waktu, bahwa makkiyah adalah unit wahyu yang diturunkan sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dan madaniyah adalah unit wahyu yang
diturunkan setelah hijrah.
3. Ketiga, definisi berkonotasi
objek wahyu, atau kepada siapa khitabnya ditujukan. Maka makkiyah adalah
unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Mekah, sedangkan madaniyah
adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
Dan
menurut beliau definisi yang kedua adalah yang sangat popular dikalangan
para ulama. Begitu pula dengan Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Itqan
fi Ulum Al Qur'an.
B. Perbedaan makkiyah dan madaniyah
Dari
ketiga definisi yang telah dibahas, nampaklah bahwa ada tiga konteks
dalam melihat makkiyah dan madaniyah. Yaitu pertama, konteks tempat.
Kedua, konteks khitab. Dan ketiga, konteks waktu. Bila diteliti lebih
mendalam, akan terlihat kekhususan masing-masing konteks dan kelebi
hannya.
Dan atas dasar itulah kemudian para ulama melakukan tarjih, definisi
yang mana yang lebih tepat untuk dijadikan pijakan dalam pembahasan
makkiyah dan madaniyah. Sebab tidak mustahil kesalahan dalam memilih
definisi akan menyebabkan munculnya berbagai benturan dan kesulitan
dalam aplikasi. Karena itu akan kita bahas sekilas ketiga konteks
tersebut.
1. makkiyah dan madaniyah dalam konteks tempat (tempat turunnya wahyu).
Konteks
ini menggolongkan setiap surat dan ayat yang turun di Makkah dan
sekitarnya sebagai makkiyah. Sekalipun ia turun setelah hijrahnya
Rasulullah. Begitu pula dengan halnya yang turun di Madinah dan
sekitarnya tergolong madaniyah. Lalu bagaimana dengan ayat atau surat
yang turun diluar kedua daerah tersebut ?
Disini para ulama yang
mendukung pendapat ini mengalami kesulitan, mereka melihat tidak semua
unit wahyu turun di Makkah dan Madinah saja, melainkan ada yang turun
diwilayah sekitar kota tersebut tapi tidak termasuk dalam bagian kota.
Imam Al Suyuthi sendiri telah memasukkan wilayah sekitar Makkah seperti
Mina, Arafat, Hudaybiah sebagai Makkah. Dan memasukkan wilayah sekitar
Madinah seperti Badar, Uhud dan Sala sebagai wilayah Madinah. Hal ini
tentunya mengundang perdebatan. Akan tetapi ada yang memunculkan istilah
baru dengan sebutan " ma laysa bi makkiy wala madaniy" untuk memasukan
ayat yang turun diluar kedua kota tersebut seperti Tabuk dan Bait al
Maqdis. Konteks ini memang sulit diterima, dan dari sini tampaklah
kelemahan pengertian makkiyah dan madaniyah yang hanya terpaku pada
konteks tempat.
2. makkiyah dan madaniyah dalam konteks khitab (kepada siapa ayat ditujukan).
Dalam
konteks ini setiap unit wahyu yang didalamnya terkandung khitab bagi
penduduk Makkah yang notabene masih banyak yang belum beriman dengan
ciri khas diawali "ya ayyuha annas" dan "ya bani adam" maka termasuk
makkiyah. Sedangkan yang khitabnya ditujukan kepada penduduk Madinah,
yang notabene rata-rata telah beriman hingga diawali dengan seruan "ya
ayyuha al ladzina amanu" maka ayat-ayat itu dikategorikan sebagai
madaniyah. Lalu bagaimana dengan wahyu yang tidak berbentuk khitab
kepada mereka, melainkan khitab kepada Nabi, "ya ayyuha an nabiy"?
Disinilah para ulama banyak yang menolak konteks ini. Imam Ibnu Uthiyah
mengatakan, "untuk ungkapan yang dimulaii dengan "ya ayyuha al ladzina
amanu" itu bisa diterima tapi yang dimul ai dengan ”ya ayyuha an nas"
tidak bisa diterima karena ungkapan ini juga terdapat dalam surat
madaniyah". Penolakan yang cukup kuat dilakukan pula oleh Ibn Al
Hasshar, dengan mengatakan : "Telah sepakat ulama bahwa surah An Nisa'
Madaniyyah, tapi ia dimulai dengan ungkapan "ya ayyuha an nas", begitu
juga surat Al Hajj disepakati sebagai Makkiyah, sementara didalamnya
terdapat " ya ayyuha al ladzina amanu" Melihat kenyataan ini Imam Al
Makkiy segera melakukan justifikasi, bahwa ciri khitab itu bukanlah
suatu hal yang paten dan berlaku untuk semua kelompok makkiyah atau
madaniyah, melainkan mayoritas dari masing-masing surah kedua kelompok
tersebut bercirikan ungkapan itu". Akan tetapi justifikasi tersebut
tetap tidak bisa menutupi kekurangan yang terkandung dalam konteks
khitab tersebut. Karena yang terpenting bagi sebuah kaidah bukanlah
mencari-cari alasan untuk menjustifikasi suatu kesalahan, melainkan
adanya fleksibilitas dan cakupannya terhadap semua unsur yang harus
diikutkan didalamnya, dalam istilah ushul disebut mani' wa jami'.
3. makkiyah dan madaniyah dalam konteks waktu (periode hijrah ke Madinah).
Konteks
ini merupakan pembebasan makkiyah dan madaniyah dari konotasi tempat
dan khitab. Dalam konteks ini makkiyah dan madaniyah menjadi lebih
fleksibel dan mencakup semua unit wahyu yang diturunkan, sebab titik
pemisah keduanya adalah hijrahnya Rasulullah SAW. Karena itu semua ayat
yang turun sebelum hijrah, dimanapun turunnya dan kepada siapapun
khitabnya termasuk bagian dari makkiyah. Begitu pula wahyu yang turun
setelah hijrah adalah madaniyah, meskipun turun ditempat selain Madinah.
Syeikh Az Zurqani mengatakan bahwa jika makkiyah dan madaniyah dibawa
dalam konteks waktu maka ia akan lebih tepat. Sebab dengan ini tidak ada
lagi kebingungan dalam pengelompokan unit-unit wahyu yang diturunkan
diberbagai tempat dan berbagai situasi. Sehingga para ulama pun banyak
yang mendukung konteks ini.
C. Ciri khas ayat-ayat makkiyah dan madanyah
1. Makkiyyah
a)
Di dalamnya terdapat ayat sajdah.Tetapi versi lain menyebutkan bahwa
ada perkecualian, yakni untuk surat maryam ayat 98, ar-ra’d:15, dan
al-hajj ayat 18 dan 77.
b) Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla
c)
Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuhan an-naas dan tidak ada ayat yang
dimulai dengan ungkapan yaa ayyuhan al-ladziina, kecuali dalam surat
Al-Hajj (22), karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang
dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-ladziina
d) Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.kecuali Al-Baqarah.
e)
Mayoritas mengandung seruan tauhid, pokok-pokok keimanan kepada Allah
Swt. HAri kiamat, penggambaran keadaan surga dan neraka, soal-soal
azab,pahala dan nikmat, kebaikan dan kejahatan.
f)
Kebanyakan Menyeru kepada manusia untuk berperangai mulia dan berjalan
diatas rel kebenaran, serta urusan-urusan kebajikan dan keluhuran
lainnya.
g) Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf
terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti alif lam mim dan sebagainya,
kecuali surat Al-Baqarah (2) dan Ali ‘imran (3).
2. Madaniyyah
a) Mengandung ketentuan-ketentuan farai’dh dan hadd
b) Mengandung sindiran-sindiran terhadapa kaum munafik kecuali surat Al-Ankabut
c) Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
d)
Sedangkan berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan
ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut :
1) Makkiyah
(a)
Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan
risalah kenabiaan, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian
tentang kiamat dan perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan
kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan
argumentasi-argumentasirasional dan naqli.
(b) Menetapkan
fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara’ dan keutamaan akhlak
yang harus dimiliki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan
terhadap kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, misalnya
mengambil harta anak yatim secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
(c)
Menuturkan kisah para Nabi umat-umat terdahulu serta perjuangan
Muhammad dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin.
(d) Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras.
(e) Banyak mengandung kata-kata sumpah.
2) Madaniyyah
(a)
Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah
tangga, warisan, keutramaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan
pemerintahan menangani perdamaian dan peperangan, serta
persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’
(b) Mengkhitabi
Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani dan mengajaknya masuk islam, menguraikan
perbuatanmereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi
kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
(c) Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik.
(d) Surat dan sebagain ayatnya panjang serta menjelaskan hukum secara jelas dan menggunakan ushlub yang jelas pula.
Ciri-ciri
spesifik yang dimiliki Madaniyyah, baik dilihat dari perspektif analogi
ataupun tematis, memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh islam
dalam mensyariatkan peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik
hirarkis (tadarruj).
Laporan-laporan sejarah telah membuktikan
adanya sistem sosiokultural yang berbeda antara Mekkah dan Madinah.
Mekkah dihuni komunitas ateis yang keras kepala dengan aksinyayang
selalu menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya, sedangkan di Madinah
setelah Nabi hijrah ke sana, terdapat tiga komunitas : komunitas muslim
yang terdiri atas kelompok Muhajirin dan Anshar, komunitas munafik, dan
komunitas Yahudi. Al-Qur’an menyadari perbedaan sosiokultural antara
keduatempat itu. Oleh karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan
bagi penghuni Mekkah sangat berbeda dengan alur yang diturunkan bagi
penduduk Madinah.
D. Contoh surat Makkiyah dan Madaniyah
Berikut merupakan surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Maddaniyah.
Surat-surat
Makkiyah : Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim,
Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’,
Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash,
Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin,
Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo,
Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat,
Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam,
Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir,
Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir,
Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq,
Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail,
Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat,
Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiil, Quraisy,
Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq,
An-Naas.
Surat-surat Madaniyah : Al-Baqarah,Ali
Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj,
An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman,
Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah,
Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan,
Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.
E. Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Pembahasan
diatas menunjukan bahwa makkiyah dan madaniyah sangat diperhatikan
betul oleh para ulama, dan diantara manfaat yang bisa digali dari
pembahasan tentang makkiyah dan madaniyah diantaranya adalah :
1.
Menambah keyakinan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan
dibawah otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan Nabi.
2. Mempermudah memahami Al Qur'an
3. Memahami nasikh dan mansukh
4. Mengetahui kronologis penurunan syariah yang berangsur-angsur.
5. Mengetahui perjalanan Rasulullah.
6. Mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga otentisitas Al Qur'an.
………………………………
Definisi Makkiyah-Madaniyah
Secara
umum ulama pakar studi al-Qur’an, dalam mendefinisikan makkiyah dan
madaniyah dalam beberapa klasifikasi. Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi
Ulimul Qur’an memberikan pengertian makkiyah dan madaniyah dalam tiga
klasifikasi, pertama dalam segi tempat, makkiyah adalah ayat-ayat yang
turun di Makkah, madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah. Kedua
dari segi fase, makkiyah adalah ayat yang turun sebelum hijrah,
sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun setelah Nabi hijrah. Ketiga
dari segi redaksi, makkiyah adalah ayat yang ditujukan kepada penduduk
Makkah, madaniyah adalah ayat atau surah yang ditujukan kepada penduduk
Madinah.[7]
Selain klasifikasi definisi di atas, Abdul
Djalal dalam buku Ulumul Qur’an mengemukakah 4 teori dalam
mendefinisikan makkiyah dan madaniyah, yaitu :[8]
1. Mulaahazhatu Makaanin Nuzuli (teori geografis)
Teori
yang berorientasi kepada tempat turunnya ayat al-Qur’an. Teori ini
mendefinisikan makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya,
sama ada turun ayat sebelum nabi hijrah ke Madinah ataupun setelah nabi
hijrah. Termasuk kategori makkiyah ini , ayat-ayat yang turun kepada
nabi Muhammad ketika berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah. Madaniyah
adalah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya. Termasuk dalam
kategori Madaniyah ini adalah ayat-ayat yang turun kepada Nabi ketika
berada di Badar, Qubq, Uhud.
2. Mulaahazhatul Mukhaathabina Finn Nuzuuli (teori subjektif)
Teori
yang berorientasi kepada subjek yang dikhitob dalam ayat. Menurut teori
ini, makkiyah adalah surah atau ayat yang berisi khitab atau
panggilannya kepada penduduk Makkah dengan memakai kata-kata ياايها
الناس - ياايها الكافرون atau يا بني ادامdisebabkan penduduk Makkah pada
saat itu merupakan orang-orang kafir maka dipanggil dengan sebutan di
atas, khitab ini juga berlaku kepada orang-orang kafir yang berada di
daerah lain di luar kota Makkah. Sedangkan madaniyah adalah ayat yang
berisi khitab kepada penduduk Madinah dengan nida’ (panggilan) ياايها
الذ ين امنوا (wahai orang yang beriman). Sebab penduduk Madinah
mayoritas penduduknya mukmin, walaupun orang yang beriman di luar
Madinah juga termasuk dalam khitab dari ayat ini.
3. Mulaahazhatu Zamaaniin Nuzuuli (teori historis)
Teori
ini berorientasi pada sejarah turunnya al-Qur’an, melalui patokan
tonggak sejarah hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. Pengertian makkiyah
dalam teori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke
Madinah walaupun ayat itu turun di luar kota Makkah, seperti ayat yang
turun di Mina, Arafah, Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah, walaupun ayat itu turun di
luar Madinah atau sekitarnya seperti di Badar, Uhud, Arafah, bahkan di
Makkah. Menurut para ulama teori historis ini merupaka teori yang paling
baik dan falid. Disebabkan teori ini mampu mencakup seluruh batasan
al-Qur’an. Semua ayat alqur’an sudah masuk dalam teori ini, karena
al-Qur’an apabila tidak turun sebelum hijrah, pasti turun setelah Nabi
hijrah.
4. Mulaahazhatu Ma Tadhammanat as-Suuratu (teori content analysis)
Teori
ini membedakan makkiyah-madaniyah berdasarkan isi dari ayat atau surah
tersebut. Definisi makkiyah dalam teori ini adalah surah atau ayat yang
berisi cerita-cerita para umat dan nabi-nabi terdahulu. Sedangkan
madaniyah adalah surah atau ayat yang berisi hukum hudud, faraid, dan
masalah-masalah mu’amalah.
Metode Menentukan Makkiyah dan Madaniyah
Menurut
Hasbi Ash Shiddiqie cara untuk menentukan Makkiyah dan Madaniyah dapat
dilakukan dengan meninjau empat segi yaitu: pertama masa turunnya ayat
(tartib zamani), kedua tempat turunnya ayat ( tartib makani), ketiga
topik yang dibicarakan (tahwil maudhu’i), dan keempat orang-orang yang
dihadapi (ta’yin syakhsyi).[9]
Sedangkan menurut Fard Abdurrahman ar-Rumi, dalam memahami Makkiyah dan Madaniyah, dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu:[10]
1)
Sima`i naqli (metode pendengaran seperti apa adanya). Metode sima'i
naqli didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang hidup pada
saat itu dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi`’in yang
menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu.
2)
Manhaj qiyasi ijtihadi (menganalogikan dan ijtihad ). Metode qiyas
ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyah. Apabila dalam
surah makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung ciri-ciri ayat
madaniyah atau mengandung peristiwa madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat
itu ayat madaniyah. Demikian juga sebaliknya,apabila dalam surah
madaniyah terdapat satu ayat dengan ciri-ciri makkiyah, maka ayat itu
dinamakan ayat makkiyah.
Karakteristik Teks dan Tema Dalam Surah Makkiyah
Setelah
para ulama ulumu Qur’an meneliti surah-surah makkiyah, dapat
menyimpulkan terdapat beberapa ketentuan analogis dalam makkiyah yang
menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan tema atau persoalan-persoalan
yang dibicarakannya. Dari penelitian tersebut, para ulama mengambil
sebuah konklusi bahwa di antara pertanda ayat makkiyah sebagai berikut.
1. Karakteristik qoth’i dalam surah atau ayat makkiyah antara lain :[11]
a.
Setiap surah yang di dalamnya terdapat kata كلا . Kata ini dipergunakan
untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orang kafir
Mekkah. Lafazd ini tersebut dalam al-Qur’an sebanyak 33 kali dalam 25
surah di bagian akhir mushab ustmani.
b. Setiap surah yang di dalamnya terdapat ayat sajadah, dalam al-Qur’an terdapat 15 ayat sajadah.
c.
Setiap surah yang mengandung ياايها الناس dan tidak mengandung
ياايهاالذ ين امنوا . dalam al-Qur’an khitab ini tersebut sebanyak 292
ayat.
d. Setiap surah yang di dalamnya terdapat kisah
para Nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali surah al-Baqarah dan Ali
‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyyah. Adapun surah al-Ra’d yang
masih diperselisihkan.
e. Setiap surah yang dimulai
dengan huruf yang terpotong-potong (tahjjiy) termasuk sebagai surah
Makiyyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud
di antaranya ك ي ه ص ع, ط ه س ي, ح م, dan sebagainya.
2. Karakteristik aghlabi dalam surah atau ayat makkiyah, yaitu:[12]
a.
Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat
dan apa-apa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat makiyyah
ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta
menggunakan argumen-argumen akal, alam, dan jiwa.
b. Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhalanya.
c.
Mengandung nida’ untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat
yang hak tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama
hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan
keturunan.
d. Dalam surah makkiyah banyak terdapat redaksi sumpah.
e.
Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali,
pernyataannya singkat, di telinga terasa menembus dan terdengar sangat
keras serta menggetarkan hati dan maknanya pun meyakinkan.
3. Kandungan tema dalam surah makkiyah.
Dari segi kandungan tema dalam ayat-ayat makkiyah dapat diringkas sebagai berikut :[13]
a.
Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian
mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan
kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi
dengan orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan
ayat-ayat kauniyah.
b. Peletakan dasar-dasar umum bagi
perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya
suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan
darah, memakan harta anak yatim secara zalim. Penguburan hidup-hidup
bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
c.
Menyebutkan kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran
bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum
mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam
menghadapi gangguan dari mereka dan yakin akan menang.
Karakteristik Teks dan Tema Dalam Surah Madaniyah
Seperti
halnya dalam surah atau ayat makkiyyah, surah atau ayat madaniyyah pun
mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan dengan surah-surah yang
turun di Makkah.
1. Karakteristik qoth’i dalam surah madaniyah adalah:[14]
a.
Setiap surah yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata
dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta
kemasyarakatan dan kenegaraan.
b. Setiap surah yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian.
c.
Setiap surah yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk
madaniyyah, kecual surah Al-Ankabut yang turun di Makkah. Hanya sebelas
ayat pertama dari surah tersebut yang termasuk madaniyyah dan ayat-ayat
tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.
d.
Setiap surah membantah kepercayaan, pendirian dan tata cara keagamaan
Ahlu Kitab yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak
berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya.
2. Karakteristik aghlabi dalam surah madaniyah, yaitu:[15]
a.
Sebagian surah-surahnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya juga
panjang-panjang dan gaya bahasa yang cukup jelas dalam menerangkan
hukum-hukum agama.
b. Menerangkan secara terperinci dalil-dalil yang menunjukkan hakikat keagamaan.
3. Kandungan tema dalam surah madaniyah, dapat diringkaskan sebagai berikut:[16]
a.
Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad,
hubungan sosial, hubungan internasional baik di waktu damai maupun
perang, kaidah hukum dan masalah undang-undang.
b.
Dakwah terhadap ahli kitab, dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk masuk
Islam, penjelasan mengenai penyimpangan terhadap kitab-kitab Allah,
permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan mereka setelah
ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
c. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisa kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
Klasifikasi Surah Makkiyah dan Madaniyah
Sebagaimana
telah diuraikan di atas, pada umumnya para ulama membagi surah-surah
al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah makiyyah dan
madaniyyah. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan
jumlah masing-masing kelompok. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah
surah makiyyah ada 94 surah, sedangkan madaniyyah ada 20 surah. Sebagian
ulama lain mengatakan bahwa jumlah surah makiyyah ada 84 surah,
sedangkan yang madaniyyah ada 30 surah.[17]
Perbedaan-perbedaan
pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surah yang
seluruhnya ayat-ayat makkiyyah atau madaniyyah. Kemudian ada sebagian
surah lain yang tergolong makiyyah atau madaniyyah, tetapi di dalamnya
berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surah-surah dalam al-Qur’an itu
terbagi menjadi empat macam :[18]
1. Surah-surah
makkiyah murni, yaitu surah-surah makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya
berstatus makiyyah, tidak ada satu ayat pun yang madaniyah. Surah yang
berstatus madaniyah murni, seluruhnya berjumlah 58 surah, yang berisi
2074 ayat, misalnya surah al-Fatihah, Yunus, ar-Ro’du, dan lain-lain.
2.
Surah-surah madaniyah murni, yaitu surah-surah madaniyah yang seluruh
ayat-ayat berstatus madaniyah, tidak ada satu ayat pun yang berstatus
makkiyah. Surah madaniyah murni seluruhnya ada 18 surah, terdiri dari
737 ayat, misalnya surah Ali Imran, an-Nisa’, an-Nur dan lain-lain.
3.
Surah-surah makiyah yang berisi ayat madaniyah, yaitu surah-surah yang
kebanyakan ayat-ayat makkiyah, tetapi di dalamnya terdapat ayat yang
berstatus madaniyah. Surah ini dalam al-Qur’an ada 32 surah, terdiri
dari 2699 ayat, contoh surah Hud, Yusuf, Ibrahim.
4.
Surah-surah madaniyah yang berisi ayat makkiyah, yaitu surah-surah yang
kebanyakan ayat-ayat Madaniyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayat yang
berstatus makiyyah. Contohnya surah al-Anfal termasuk kategori surah
madaniyah degan jumlah ayat sebanyak 75 ayat, di dalamnya terdapat ayat
makkiyah yaitu ayat 30-36.
Posting Komentar
Posting Komentar