INKONSISTENSI PENENTUAN ISTILAH PERIODE MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 11 H / 632 M) pada awalnya hingga selesai nya 4 khalifah, tidak ada  al hadits. Sehingga pada akhirnya pada masa Umar bin Abdul Aziz seorang raja kelanjutan dari moyangnya Muawiyah dari Bani Umayyah (tahun 99 - 101 H / 717 - 720 M) yang memiliki jasa yang besar dalam penghimpunan Al Hadist. Disinilah timbul asbabun nuzul dan periodisasi Mekkah dan Madinah.

Penurunan ILMU, mekkah madinah memang ada. Hanya saja, pemahamannya jangan di gusur kepada istilah Periode. Karena system periodisasi akan berbenturan dengan ahsana tafsiiran..QS 25:33..

Dari TEORI kerja menghasilkan PRAKTEK kerja
Aqiimu shalat                            wa atuz zakat
Alimul Ghaib                             wa syahadah
Sami’na                                    wa atha’na
Samawat                                  wal ardi
Makiyyah                                  Madaniyyah

Kuliah Kedokteran                     Praktek Kedokteran
Kuliah Penerbangan                   Jadi Burung Hud-Hud (:D)

Berikut beberapa artikel normative yang membahas tentang periodisasi Mekkah dan Madinah:

Surah Makkiyah yaitu surat-surat yang turun/datang sebelum adanya perintah hijrah ke madinah, meski turunnya diluar kota Makkah. Surat-surat Madaniyah yaitu surat-surat yang turun/datang sesudah adanya perintah hijrah, meski turunnya di dalam kota Makkah.

Di dalam referensi lain, masa turunnya al-Quran dapat dibagi ke dalam dua periode:
Periode pertama disebut priode Makkiyah, yaitu masa ayat-ayat yang turun ketika Nabi Muhammad SAW masih bermukim di mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai permulaan Rabi’ul Awal 54 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Periode kedua disebut periode Madaniyah, yaitu masa ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, persisnnya dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah tahun 63 dari kelahiran nabi Muhammad atau 10 hijriyah.

Maka dapat kita maknai bahwa ayat-ayat Makkiyah itu turun sebelum adanya perintah hijrah dan tentang hukumnya yang diturunkan di Makkah tetapi menyangkut penduduk Madinah. Sedangkan Ayat-ayat Madaniyah itu turun sesudah adanya perintah hijrah dan tentang hukumnya yang diturunkan di Madinah tetapi menyangkut penduduk Makkah.

Ciri-ciri ayat-ayat ”Makkiyah dan Madaniyah”

Surah-surah Makkiyah terdiri dari berbagai macam ciri-ciri, diantaranya :

Mengesakan Allah
Mengajak ke khittah islam
Tentang hari kiamat
Serta memuat kisah-kisah tentang para nabi terdahulu.
Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran
Pada umumnya pendek-pendek ayatnya

Adapun surah-surah madaniyah memiliki ciri-ciri, diantaranya :

Pada umumnya ayat-ayatnya panjang
Menjelaskan hukum-hukum waris
Pembatasan atau peraturan pada agama
Hak-hak yang diperoleh kaum muslim
Menjelaskan tentang Jihad fi sabilillah

Quraish Syihab juga mencirikan secara detail tentang surah-surah Makkiyah dan Madaniyahnya sebagai berikut :

Ciri-ciri khusus Makkiyah sebagai berikut :

Mengandung ayat Sajadah
Terdapat lafaz Kalla
Terdapat seruan ayuhannas dan tidak terdapat ya-ayyuhallazina amannuu, terkecuali dalam surah al-Hajj yang diakhirnya terdapat ya Ayyuhalladzinina aamannu irka’u wasjudu (ayat 77 s.22). kebanyakan ulama mengatakan bahwa surat itu Makkiyah. Surat-surat yang dikecualikan ialah surat al-Baqarah (ayat 21 nya diawali dengan ya ayyuhannas dan ayat 168) dan surah an-Nissa ayat 33.
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat yang telah lalu, terkecuali surah al-baqarah.
Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surah al-Baqarah.
Surat-suratnya dimulai dengan huruf at-Tahajji, terkecuali surah al-Baqarah dan Ali imran.

Ciri-ciri khusus surat Madaniyah :

Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di mekkah
Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surah al-Baqarah, An-Nissa, Ali Imran, Attaubah, dll.


Perbedaan Al-Maky wal Madany

1 Kebanyakan konteks kalimat tegas dan lugas karena kebanyakan obyek yg didakwahi menolak dan berpaling, maka hanya cocok mempergunakan konteks kalimat yg tegas. Ex: Al-Muddatstsir dan surat Al-Qamar
kebanyakan mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena kebanyakan obyek yang didakwahi menerima dan taat. Ex: di surat Al-Maa’idah
2 Kebanyakan adalah ayat-ayat pendek dan argumentatif, karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari, sehingga konteks ayatpun mengikuti kondisi yang berlaku. Ex: surat Ath-Thuur
kebanyakan adalah ayat-ayat pendek, penjelasan tentang hukum2 dan tidak argumentatif, karena disesuaikan dgn kondisi obyek yang didakwahi. Baca ayat tentang hutang-piutang dalam surat Al-Baqarah
3 berisikan penetapan tauhid dan aqidah yang benar karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari hal itu. Berisikan perincian masalah ibadah dan muamalah, karena obyek yang didakwahi sudah memiliki Tauhid dan aqidah yang benar
4 Turun sblum hijrah mskpun bkn di Mekah. Turun sesudah hijrah mskpun bkn di Madinah
5 Turun di mekah dan sktarnya: mina,arafah,hudaibiyah. Turun di madinah dan sktarnya : Uhud , Quba
6 Seruannya ditujukan kpda penduduk mekkah. Seruannya ditujukan kpda penduduk madinah
7 Mengandung ayat sajdah Berisi kewajiban dan sanksi
8 Mengandung lafal ‘kalla’ 33x dlm 15 surat Menyebutkan orang-orang munafik
9. Mengandung yaa ayyuhan nas dan tdk mngndung yaa ayyuhal ladziina aamanu Suku kata dan ayatnya panjang2 dan dgn gaya bhasa ug memantapkan syariat dan menjelaskan tujuan
10. Mengandung kisah para nabi dan ummat Terdapat dialog dgn ahli kitab
11 Mengandung kisah adam dan iblis Menyingkap perilaku orang munafik
12 Surah dibuka dgn huruf2 sngkatan ex: alif lam mim Menjelaskan ibadah,muamalah,had,kekeluargaan
13 Berisi ajakan kpd tauhid dan beribadah kpda Allah Warisan,jihad,hub.sosial,hub.internasional
14 Peletakan dasar2 umum perundang2an Ttg ahli ktab dari yahudi dan nasrani

Objek Kajian Ulama Tentang Makiyah dan Madaniyah

Yang terpenting dalam objek kajian para ulama dalam pembahasan ini ialah :
1) Yang diturunkan di mekkah
2) Yang diturunkan di Madinah
3) Yang diperselisihkan
4) Ayat-ayat Makkiyah dalam surat-surat madaniyah
5) Ayat-ayat madaniyah dlam surat-surat Makkiyah
6) Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya Madaniyah
7) Yang diturunkan di Madinah namun hukumnya Makkiyah
8) Yang serupa dengan yang diturukan di Makkah dalam kelompok Madaniyah
9) Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah
10) Yang dibawa dari Mekkah ke Madinah
11) Yang dibawa dari madinah ke mekkah
12) Yang turun di waktu malam dan di waktu malam dan siang
13) Yang turun di musim panas dan musim dingin
14) Yang turun waktu menetap diperjalanan

Marhalah pada Surat Makkiyah dan Madaniyyah

Terdapat 3 klasifikasi mengenai marhalah pada Surat-surah Makkiyah dan Madaniyah yang termaktub dalam al-Quran, Diantaranya :
1) Marhalah Ibtidaiyah
2) Marhalah Mutawasitah
3) Marhalah Khitamiyah
Diantara surat-surat yang disepakati ahli sejarah dan ahli tafsir, bahwa surat-surat itu dari permulaan wahyu, atau surat-surat yang tergolong ke dalam surat-surat yang turun dalam Marhalah ibtidaiyah :

a. Al-Alaq
b. Al-Muddatstsir
c. At-takwir
d. Al-A’la
e. Al-lail
f. Al-Insyirah
g. Al-Adiyat
h. At-takasur
i. An-Najm

Di antara surat-surat dalam marhalah mutawasithah di Mekkah, ialah :
a. Abasa
b. At-tin
c. Al-Qariah
d. Al-Qiyamah
e. Al-Mursalat
f. Al-Balad
g. Al-Hijr

Di antara surat-surat yang turun dalam marhalah khitamiyah di Mekkah, ialah :
a. As-Shaffat
b. Az-Zukhruf
c. Ad-Dukhan
d. Adz-Zariyat
e. Al-Kahfi
f. Ibrahim
g. As-Sajadah

Ketiga kelompok ini, walaupun nampak tanda-tanda diturunkan di Mekkah, namun kelompok-kelompok ini masing-masing mempunyai perbedaan dari yang lain dalam segi isi dan uslub. Masing-Masing mempunyai ciri-ciri dan tekanan tertentu.

MANFAAT MENGETAHUI PEMBAGIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah adalah bagian dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yang sangat penting. Hal itu karena pada pengetahuan tersebut memiliki beberapa manfaat, di antaranya.

1. Nampak jelas sastra Al-Qur’an pada puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan obyek yang didakwahi ; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.

2. Nampak jelas puncak tertinggi dari hikmah pensyariatan diturunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi obyek yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan taat.

3. Pendidikan dan pengajaran bagi para muballigh serta pengarahan mereka untuk mengikuti kandungan dan konteks Al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu dengan mendahulukan yang terpenting di antara yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing

4. Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.

Surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Maddaniyah

•Surat-surat al-makky: Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir, Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas

•Surat-surat al-madany: Al-Baqarah,Ali Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr
II.8 Penjelasan singkat kekhususan surah-surah Makkiyah dan Madaniyah

Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah

Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat al-Anfal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :

و إذ يَمكُرُ بك الذين كفروا ليثبِتُوك أو يقتلوك أو يُخرِجُوك * و يمكرون و يمكر اللهُ * و اللهُ خير المكرين (30) (الأنفال :30)
Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar. (al-Anfal :30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan di Makkah, zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.

Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah

Di dalam Surah al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21,
هذان خصمَانِ اختصَمُوا في ربِّهِم
Inilah dua golongan yang bertengkar tentang Tuhan mereka……… Hingga akhir ayat 21

Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madaniyah

Yang dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah Al-Anfal yang madaniyah,
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata, ”Ya Allah, Jika benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musrikin untuk disegerakan azab adalah di Makkah.

Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah

Yang dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm,

الذين يجتنبون كبئر الإثم و الفوٰحش إلاّ اللّممَ (32)
Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain kesalahan-kesalahan kecil (an-Najm :32)

Menurut As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sementara itu di Makkah belum ada sangsi yang serupa dengannya.
…………………………

Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Makkiyah diambil dari nama kota Makkah, tempat Islam lahir dan tumbuh. Kata makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari Makkah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota Madinah, tempat Rasulullah SAW berhijrah dan membangun masyarakat Islam serta mengembangkan Islam hingga ke segala penjuru dunia.
Sekalipun kemudian da'wah Rasulullah melewati batas-batas wilayah kedua kota tersebut, namun Makkah dan Madinah tetap mempunyai peran yang signifikan dalam setiap proses pengembangan Islam. Karenanya pengertian makkiyah dan madaniyah tidak hanya terbatas pada ruang lingkup tempat atau penduduk yang berdiam dikedua kota tersebut, melainkan mencakup didalamnya periode waktu. Dari sini kemudian para ulama dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat sempit, melainkan juga memasukan unsur waktu yang tak terpisahkan dari sejarah Rasulullah.
Imam Az Zarkasyi dalam bukunya Al Burhan fi Ulum Al Qur'an telah menyebutkan tiga variabel definisi mengenai makkiyah dan madaniyah.
1.      Pertama, definisi berkonotasi tempat, bahwa makkiyah adalah unit wahyu yang diturunkan di Mekah, dan madaniyah adalaha unit wahyu yang diturunkan di Madinah.
2.      Kedua, definisi berkonotasi periode waktu, bahwa makkiyah adalah unit wahyu yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dan madaniyah adalah unit wahyu yang diturunkan setelah hijrah.
3.      Ketiga, definisi berkonotasi objek wahyu, atau kepada siapa khitabnya ditujukan. Maka makkiyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Mekah, sedangkan madaniyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.
Dan menurut beliau definisi yang kedua adalah yang sangat popular dikalangan para ulama. Begitu pula dengan Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Itqan fi Ulum Al Qur'an.
B.     Perbedaan makkiyah dan madaniyah
Dari ketiga definisi yang telah dibahas, nampaklah bahwa ada tiga konteks dalam melihat makkiyah dan madaniyah. Yaitu pertama, konteks tempat. Kedua, konteks khitab. Dan ketiga, konteks waktu. Bila diteliti lebih mendalam, akan terlihat kekhususan masing-masing konteks dan kelebi
hannya. Dan atas dasar itulah kemudian para ulama melakukan tarjih, definisi yang mana yang lebih tepat untuk dijadikan pijakan dalam pembahasan makkiyah dan madaniyah. Sebab tidak mustahil kesalahan dalam memilih definisi akan menyebabkan munculnya berbagai benturan dan kesulitan dalam aplikasi. Karena itu akan kita bahas sekilas ketiga konteks tersebut.
1.      makkiyah dan madaniyah dalam konteks tempat (tempat turunnya wahyu).
Konteks ini menggolongkan setiap surat dan ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya sebagai makkiyah. Sekalipun ia turun setelah hijrahnya Rasulullah. Begitu pula dengan halnya yang turun di Madinah dan sekitarnya tergolong madaniyah. Lalu bagaimana dengan ayat atau surat yang turun diluar kedua daerah tersebut ?
Disini para ulama yang mendukung pendapat ini mengalami kesulitan, mereka melihat tidak semua unit wahyu turun di Makkah dan Madinah saja, melainkan ada yang turun diwilayah sekitar kota tersebut tapi tidak termasuk dalam bagian kota. Imam Al Suyuthi sendiri telah memasukkan wilayah sekitar Makkah seperti Mina, Arafat, Hudaybiah sebagai Makkah. Dan memasukkan wilayah sekitar Madinah seperti Badar, Uhud dan Sala sebagai wilayah Madinah. Hal ini tentunya mengundang perdebatan. Akan tetapi ada yang memunculkan istilah baru dengan sebutan " ma laysa bi makkiy wala madaniy" untuk memasukan ayat yang turun diluar kedua kota tersebut seperti Tabuk dan Bait al Maqdis. Konteks ini memang sulit diterima, dan dari sini tampaklah kelemahan pengertian makkiyah dan madaniyah yang hanya terpaku pada konteks tempat.
2.      makkiyah dan madaniyah dalam konteks khitab (kepada siapa ayat ditujukan).
Dalam konteks ini setiap unit wahyu yang didalamnya terkandung khitab bagi penduduk Makkah yang notabene masih banyak yang belum beriman dengan ciri khas diawali "ya ayyuha annas" dan "ya bani adam" maka termasuk makkiyah. Sedangkan yang khitabnya ditujukan kepada penduduk Madinah, yang notabene rata-rata telah beriman hingga diawali dengan seruan "ya ayyuha al ladzina amanu" maka ayat-ayat itu dikategorikan sebagai madaniyah. Lalu bagaimana dengan wahyu yang tidak berbentuk khitab kepada mereka, melainkan khitab kepada Nabi, "ya ayyuha an nabiy"? Disinilah para ulama banyak yang menolak konteks ini. Imam Ibnu Uthiyah mengatakan, "untuk ungkapan yang dimulaii dengan "ya ayyuha al ladzina amanu" itu bisa diterima tapi yang dimul ai dengan ”ya ayyuha an nas" tidak bisa diterima karena ungkapan ini juga terdapat dalam surat madaniyah". Penolakan yang cukup kuat dilakukan pula oleh Ibn Al Hasshar, dengan mengatakan : "Telah sepakat ulama bahwa surah An Nisa' Madaniyyah, tapi ia dimulai dengan ungkapan "ya ayyuha an nas", begitu juga surat Al Hajj disepakati sebagai Makkiyah, sementara didalamnya terdapat " ya ayyuha al ladzina amanu" Melihat kenyataan ini Imam Al Makkiy segera melakukan justifikasi, bahwa ciri khitab itu bukanlah suatu hal yang paten dan berlaku untuk semua kelompok makkiyah atau madaniyah, melainkan mayoritas dari masing-masing surah kedua kelompok tersebut bercirikan ungkapan itu". Akan tetapi justifikasi tersebut tetap tidak bisa menutupi kekurangan yang terkandung dalam konteks khitab tersebut. Karena yang terpenting bagi sebuah kaidah bukanlah mencari-cari alasan untuk menjustifikasi suatu kesalahan, melainkan adanya fleksibilitas dan cakupannya terhadap semua unsur yang harus diikutkan didalamnya, dalam istilah ushul disebut mani' wa jami'.
3.      makkiyah dan madaniyah dalam konteks waktu (periode hijrah ke Madinah).
Konteks ini merupakan pembebasan makkiyah dan madaniyah dari konotasi tempat dan khitab. Dalam konteks ini makkiyah dan madaniyah menjadi lebih fleksibel dan mencakup semua unit wahyu yang diturunkan, sebab titik pemisah keduanya adalah hijrahnya Rasulullah SAW. Karena itu semua ayat yang turun sebelum hijrah, dimanapun turunnya dan kepada siapapun khitabnya termasuk bagian dari makkiyah. Begitu pula wahyu yang turun setelah hijrah adalah madaniyah, meskipun turun ditempat selain Madinah. Syeikh Az Zurqani mengatakan bahwa jika makkiyah dan madaniyah dibawa dalam konteks waktu maka ia akan lebih tepat. Sebab dengan ini tidak ada lagi kebingungan dalam pengelompokan unit-unit wahyu yang diturunkan diberbagai tempat dan berbagai situasi. Sehingga para ulama pun banyak yang mendukung konteks ini.
C.    Ciri khas ayat-ayat makkiyah dan madanyah
1.      Makkiyyah
a)      Di dalamnya terdapat ayat sajdah.Tetapi versi lain menyebutkan bahwa ada perkecualian, yakni untuk surat maryam ayat 98, ar-ra’d:15, dan al-hajj ayat 18 dan 77.
b)       Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla
c)      Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuhan an-naas dan tidak ada    ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuhan al-ladziina, kecuali dalam surat Al-Hajj (22), karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-ladziina
d)     Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.kecuali Al-Baqarah.
e)      Mayoritas mengandung seruan tauhid, pokok-pokok keimanan kepada Allah Swt. HAri kiamat, penggambaran keadaan surga dan neraka, soal-soal azab,pahala dan nikmat, kebaikan dan kejahatan.
f)       Kebanyakan Menyeru kepada manusia untuk berperangai mulia dan berjalan diatas rel kebenaran, serta urusan-urusan kebajikan dan keluhuran lainnya.
g)      Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah (2) dan Ali ‘imran (3).
2.      Madaniyyah
a)      Mengandung ketentuan-ketentuan farai’dh dan hadd
b)      Mengandung sindiran-sindiran terhadapa kaum munafik kecuali surat Al-Ankabut
c)      Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
d)     Sedangkan berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut :

1)      Makkiyah
(a)    Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabiaan, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumentasi-argumentasirasional dan naqli.
(b)   Menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara’ dan keutamaan akhlak yang harus dimiliki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, misalnya mengambil harta anak yatim secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
(c)    Menuturkan kisah para Nabi umat-umat terdahulu serta perjuangan Muhammad dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin.
(d)   Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras.
(e)    Banyak mengandung kata-kata sumpah.
2)      Madaniyyah
(a)    Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutramaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintahan menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’
(b)   Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani dan mengajaknya masuk islam, menguraikan perbuatanmereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
(c)    Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik.
(d)   Surat dan sebagain ayatnya panjang serta menjelaskan hukum secara jelas dan menggunakan ushlub yang jelas pula.
Ciri-ciri spesifik yang dimiliki Madaniyyah, baik dilihat dari perspektif analogi ataupun tematis, memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh islam dalam mensyariatkan peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik hirarkis (tadarruj).
Laporan-laporan sejarah telah membuktikan adanya sistem sosiokultural yang berbeda antara Mekkah dan Madinah. Mekkah dihuni komunitas ateis yang keras kepala dengan aksinyayang selalu menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya, sedangkan di Madinah setelah Nabi hijrah ke sana, terdapat tiga komunitas : komunitas muslim yang terdiri atas kelompok Muhajirin dan Anshar, komunitas munafik, dan komunitas Yahudi. Al-Qur’an menyadari perbedaan sosiokultural antara keduatempat itu. Oleh karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan bagi penghuni Mekkah sangat berbeda dengan alur yang diturunkan bagi penduduk Madinah.
D.    Contoh surat Makkiyah dan Madaniyah
Berikut merupakan surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Maddaniyah.
Surat-surat Makkiyah : Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir, Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiil, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
Surat-surat Madaniyah : Al-Baqarah,Ali Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.

E.     Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
Pembahasan diatas menunjukan bahwa makkiyah dan madaniyah sangat diperhatikan betul oleh para ulama, dan diantara manfaat yang bisa digali dari pembahasan tentang makkiyah dan madaniyah diantaranya adalah :
1.      Menambah keyakinan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan dibawah otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan Nabi.
2.      Mempermudah memahami Al Qur'an
3.      Memahami nasikh dan mansukh
4.      Mengetahui kronologis penurunan syariah yang berangsur-angsur.
5.      Mengetahui perjalanan Rasulullah.
6.      Mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga otentisitas Al Qur'an.
………………………………

Definisi Makkiyah-Madaniyah

Secara umum ulama pakar studi al-Qur’an, dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah dalam beberapa klasifikasi. Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi Ulimul Qur’an memberikan pengertian makkiyah dan madaniyah dalam tiga klasifikasi, pertama dalam segi tempat, makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah, madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah. Kedua dari segi fase, makkiyah adalah ayat yang turun sebelum hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun setelah Nabi hijrah. Ketiga dari segi redaksi, makkiyah adalah ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah, madaniyah adalah ayat atau surah yang ditujukan kepada penduduk Madinah.[7]

Selain klasifikasi definisi di atas, Abdul Djalal dalam buku Ulumul Qur’an mengemukakah 4 teori dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah, yaitu :[8]

1. Mulaahazhatu Makaanin Nuzuli (teori geografis)

Teori yang berorientasi kepada tempat turunnya ayat al-Qur’an. Teori ini mendefinisikan makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya, sama ada turun ayat sebelum nabi hijrah ke Madinah ataupun setelah nabi hijrah. Termasuk kategori makkiyah ini , ayat-ayat yang turun kepada nabi Muhammad ketika berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah. Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya. Termasuk dalam kategori Madaniyah ini adalah ayat-ayat yang turun kepada Nabi ketika berada di Badar, Qubq, Uhud.

2. Mulaahazhatul Mukhaathabina Finn Nuzuuli (teori subjektif)

Teori yang berorientasi kepada subjek yang dikhitob dalam ayat. Menurut teori ini, makkiyah adalah surah atau ayat yang berisi khitab atau panggilannya kepada penduduk Makkah dengan memakai kata-kata ياايها الناس - ياايها الكافرون atau يا بني ادامdisebabkan penduduk Makkah pada saat itu merupakan orang-orang kafir maka dipanggil dengan sebutan di atas, khitab ini juga berlaku kepada orang-orang kafir yang berada di daerah lain di luar kota Makkah. Sedangkan madaniyah adalah ayat yang berisi khitab kepada penduduk Madinah dengan nida’ (panggilan) ياايها الذ ين امنوا (wahai orang yang beriman). Sebab penduduk Madinah mayoritas penduduknya mukmin, walaupun orang yang beriman di luar Madinah juga termasuk dalam khitab dari ayat ini.

3. Mulaahazhatu Zamaaniin Nuzuuli (teori historis)

Teori ini berorientasi pada sejarah turunnya al-Qur’an, melalui patokan tonggak sejarah hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. Pengertian makkiyah dalam teori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah walaupun ayat itu turun di luar kota Makkah, seperti ayat yang turun di Mina, Arafah, Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah, walaupun ayat itu turun di luar Madinah atau sekitarnya seperti di Badar, Uhud, Arafah, bahkan di Makkah. Menurut para ulama teori historis ini merupaka teori yang paling baik dan falid. Disebabkan teori ini mampu mencakup seluruh batasan al-Qur’an. Semua ayat alqur’an sudah masuk dalam teori ini, karena al-Qur’an apabila tidak turun sebelum hijrah, pasti turun setelah Nabi hijrah.

4. Mulaahazhatu Ma Tadhammanat as-Suuratu (teori content analysis)

Teori ini membedakan makkiyah-madaniyah berdasarkan isi dari ayat atau surah tersebut. Definisi makkiyah dalam teori ini adalah surah atau ayat yang berisi cerita-cerita para umat dan nabi-nabi terdahulu. Sedangkan madaniyah adalah surah atau ayat yang berisi hukum hudud, faraid, dan masalah-masalah mu’amalah.

Metode Menentukan Makkiyah dan Madaniyah

Menurut Hasbi Ash Shiddiqie cara untuk menentukan Makkiyah dan Madaniyah dapat dilakukan dengan meninjau empat segi yaitu: pertama masa turunnya ayat (tartib zamani), kedua tempat turunnya ayat ( tartib makani), ketiga topik yang dibicarakan (tahwil maudhu’i), dan keempat orang-orang yang dihadapi (ta’yin syakhsyi).[9]

Sedangkan menurut Fard Abdurrahman ar-Rumi, dalam memahami Makkiyah dan Madaniyah, dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu:[10]

1) Sima`i naqli (metode pendengaran seperti apa adanya). Metode sima'i naqli didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang hidup pada saat itu dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi`’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu.

2) Manhaj qiyasi ijtihadi (menganalogikan dan ijtihad ). Metode qiyas ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyah. Apabila dalam surah makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung ciri-ciri ayat madaniyah atau mengandung peristiwa madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat itu ayat madaniyah. Demikian juga sebaliknya,apabila dalam surah madaniyah terdapat satu ayat dengan ciri-ciri makkiyah, maka ayat itu dinamakan ayat makkiyah.

Karakteristik Teks dan Tema Dalam Surah Makkiyah

Setelah para ulama ulumu Qur’an meneliti surah-surah makkiyah, dapat menyimpulkan terdapat beberapa ketentuan analogis dalam makkiyah yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan tema atau persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari penelitian tersebut, para ulama mengambil sebuah konklusi bahwa di antara pertanda ayat makkiyah sebagai berikut.

1. Karakteristik qoth’i dalam surah atau ayat makkiyah antara lain :[11]

a. Setiap surah yang di dalamnya terdapat kata كلا . Kata ini dipergunakan untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orang kafir Mekkah. Lafazd ini tersebut dalam al-Qur’an sebanyak 33 kali dalam 25 surah di bagian akhir mushab ustmani.

b. Setiap surah yang di dalamnya terdapat ayat sajadah, dalam al-Qur’an terdapat 15 ayat sajadah.

c. Setiap surah yang mengandung ياايها الناس dan tidak mengandung ياايهاالذ ين امنوا . dalam al-Qur’an khitab ini tersebut sebanyak 292 ayat.

d. Setiap surah yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali surah al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyyah. Adapun surah al-Ra’d yang masih diperselisihkan.

e. Setiap surah yang dimulai dengan huruf yang terpotong-potong (tahjjiy) termasuk sebagai surah Makiyyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya ك ي ه ص ع, ط ه س ي, ح م, dan sebagainya.

2. Karakteristik aghlabi dalam surah atau ayat makkiyah, yaitu:[12]

a. Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat makiyyah ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, alam, dan jiwa.

b. Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhalanya.

c. Mengandung nida’ untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.

d. Dalam surah makkiyah banyak terdapat redaksi sumpah.

e. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, di telinga terasa menembus dan terdengar sangat keras serta menggetarkan hati dan maknanya pun meyakinkan.

3. Kandungan tema dalam surah makkiyah.

Dari segi kandungan tema dalam ayat-ayat makkiyah dapat diringkas sebagai berikut :[13]

a. Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.

b. Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim. Penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.

c. Menyebutkan kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah SAW sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan dari mereka dan yakin akan menang.



Karakteristik Teks dan Tema Dalam Surah Madaniyah

Seperti halnya dalam surah atau ayat makkiyyah, surah atau ayat madaniyyah pun mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan dengan surah-surah yang turun di Makkah.

1. Karakteristik qoth’i dalam surah madaniyah adalah:[14]

a. Setiap surah yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan.

b. Setiap surah yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian.

c. Setiap surah yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk madaniyyah, kecual surah Al-Ankabut yang turun di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surah tersebut yang termasuk madaniyyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.

d. Setiap surah membantah kepercayaan, pendirian dan tata cara keagamaan Ahlu Kitab yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya.

2. Karakteristik aghlabi dalam surah madaniyah, yaitu:[15]

a. Sebagian surah-surahnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya juga panjang-panjang dan gaya bahasa yang cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.

b. Menerangkan secara terperinci dalil-dalil yang menunjukkan hakikat keagamaan.

3. Kandungan tema dalam surah madaniyah, dapat diringkaskan sebagai berikut:[16]

a. Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional baik di waktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah undang-undang.

b. Dakwah terhadap ahli kitab, dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.

c. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisa kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.

Klasifikasi Surah Makkiyah dan Madaniyah
Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada umumnya para ulama membagi surah-surah al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah makiyyah dan madaniyyah. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompok. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surah makiyyah ada 94 surah, sedangkan madaniyyah ada 20 surah. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surah makiyyah ada 84 surah, sedangkan yang madaniyyah ada 30 surah.[17]

Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surah yang seluruhnya ayat-ayat makkiyyah atau madaniyyah. Kemudian ada sebagian surah lain yang tergolong makiyyah atau madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surah-surah dalam al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam :[18]

1. Surah-surah makkiyah murni, yaitu surah-surah makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya berstatus makiyyah, tidak ada satu ayat pun yang madaniyah. Surah yang berstatus madaniyah murni, seluruhnya berjumlah 58 surah, yang berisi 2074 ayat, misalnya surah al-Fatihah, Yunus, ar-Ro’du, dan lain-lain.

2. Surah-surah madaniyah murni, yaitu surah-surah madaniyah yang seluruh ayat-ayat berstatus madaniyah, tidak ada satu ayat pun yang berstatus makkiyah. Surah madaniyah murni seluruhnya ada 18 surah, terdiri dari 737 ayat, misalnya surah Ali Imran, an-Nisa’, an-Nur dan lain-lain.

3. Surah-surah makiyah yang berisi ayat madaniyah, yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayat makkiyah, tetapi di dalamnya terdapat ayat yang berstatus madaniyah. Surah ini dalam al-Qur’an ada 32 surah, terdiri dari 2699 ayat, contoh surah Hud, Yusuf, Ibrahim.

4. Surah-surah madaniyah yang berisi ayat makkiyah, yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayat Madaniyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayat yang berstatus makiyyah. Contohnya surah al-Anfal termasuk kategori surah madaniyah degan jumlah ayat sebanyak 75 ayat, di dalamnya terdapat ayat makkiyah yaitu ayat 30-36.