URUTAN PERJUANGAN RASUL SAW
Jika isi kurikulum pendidikan begitu berkualitas. Telah dikaji oleh
para ahli. Dirumuskan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu
berlandaskan penelitian yang mendalam. Dalam rentang waktu yang tidak
bisa dibilang pendek. Bukankah luar biasa kurikulum seperti ini?
Tetapi,
bagaimana jadinya jika kurikulum yang sudah luar biasa itu disampaikan
dengan urutan yang beracak. Tidak diperhatikan kapan ilmu tertentu
disampaikan. Juga tidak dianalisa porsi sebuah ilmu diajarkan pada fase
tertentu. Tidak jelas ilmu mana yang harus didahulukan dan mana yang
harus diakhirkan.
Hanya urutan. Hanya urutan? Tidak hanya!
Bagaimana mau berhasil kalau kurikulum matematika kelas 1 SD umpamanya,
diajarkan di kelas 6 SD. Dan sebaliknya, IPA kelas 6 SD dijejalkan di
kelas 1 SD. Pelajaran fikih hudud (hukuman pengadilan) diajarkan di usia
awal. Sementara menghapal al-Qur’an baru dimulai di usia senja (itupun
kalau mulai).
Kurikulum dengan kualitas istimewa,
seistimewa apapun pasti tidak akan menghasilkan generasi yang diharapkan
jika tidak dipadu dengan urutan penyampaiannya. (Hanya) salah urutan.
Di
sinilah pentingnya melihat urutan kehadiran manusia paling mulia, Rasul
SAW dalam seluruh fase kehidupannya. Karena seluruh kehidupan beliau
bukan saja menarik untuk dikaji tetapi selalu ada keteladanan dan
pelajaran bagi kehidupan kita. Jika dibagi secara garis besar, kehidupan
Rasul SAW melalui 3 fase besar.
Masing-masing fase
menggambarkan dengan sangat gamblang urutan kurikulum melahirkan
generasi peradaban mulia. Ketiga fase itu adalah:
- 0 – 40 tahun Fase Persiapan
- 40 – 53 tahun Fase Makkiyyah/alimul ghaib/teori/full rattil (study) dan shalat tahajjud/aqimu shalaah
- 53 – 63 tahun Fase Madaniyyah/wa syahadah/praktek system ekonomi zakat/wa atuzzakaah
Fase
Persiapan Usia 0 – 40 tahun kita sebut sebagai fase persiapan. Karena
Muhammad shallallahu alaihi wasallam mencapai puncak kehidupan pada usia
kira-kira 40 tahun. Pada usia itulah beliau mencapai prestasi tertinggi
manusia di muka bumi ini. Yaitu menjadi pemimpin bagi seluruh manusia
di dunia dan akhirat; menjadi Nabi.
Risalah (Tugas
Kerasulan) adalah merupakan hak penuh Allah untuk diberikan kepada siapa
yang mau dengan mau nya ALLAH (liman yasya). Sebagaimana firman-Nya,
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS.
Al-An’am [6] : 124) Membaca penjelasan shahabat mulia Abdullah bin
Mas’ud ra berikut ini, kita akan memahami ternyata hak penuh Allah
tersebut tidak diberikan kepada sembarang orang (diberikan kepada orang" yang menggunakan akalnya (penglihatan, pendengaran, hati) dan mau berfikir saja).
Dari Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya Allah melihat hati-hati hamba, maka Dia memilih Muhammad SAW. Kemudian Dia mengutusnya dengan tugas kerasulan dan memilihnya dengan ilmu-Nya. Kemudian melihat hati-hati manusia setelahnya,
maka Dia memilih baginya shahabat-shahabat. Maka Dia menjadikan mereka
penolong agama-Nya dan pembantu-pembantu Nabi-Nya.” (ath-Thayalisi no.
246, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/375, dihasankan sanadnya oleh
as-Sakhawi dan al-Albani dan dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati oleh
adz-Dzahabi, lihat silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah no. 533)
Ternyata Muhammad SAW dan para shahabatnya adalah pilihan di antara seluruh manusia. Faktornya satu; kebersihan hati (membersihkan hati dari pemahaman” system ilmu diluar AlQuran).
Terbayangkan
kah oleh kita, betapa beratnya membersihkan hati dan kehidupan di
tengah carut marut sistem ilmu Jahiliyyah seperti Mekah ketika itu.
Bukankah hari ini, di tengah masyarakat muslim ini banyak yang menyerah
dalam pembersihan jiwanya dengan berdalih arus system ilmu sangat kuat.
Selain
itu, sunnatullah bicara bahwa untuk menjadi orang besar memerlukan
persiapan yang luar biasa. Apalagi ini adalah puncak kebesaran; menjadi
seorang Rasul. Pasti bukanlah sebuah kebetulan, juga bukan
ketidaksengajaan, apalagi tiba-tiba. Untuk itulah 0-40 tahun usia Nabi
adalah fase persiapan untuk menjadi orang besar.
Fase
Makkiyyah 40-53 tahun adalah usia Nabi di fase Makkiyyah (Mekah).
Rentang 13 tahun tersebut adalah sebuah fase membangun pondasi
keIslaman. Pondasi aqidah ataupun pondasi akhlak. Sebelum taklif (beban)
Islam diberikan berupa ibadah dan aturan muamalah. Inilah pondasi yang
kokoh dengan kesabaran di rentang waktu yang tidak sebentar. Karena yang
akan dibangun adalah bangunan Islam yang besar dan menjulang.
Berikut ini beberapa karakter fase ini:
1.
Fase Mekah adalah fase ta’sis (pondasi permulaan). Semua nilai
perjuangan yang mampu menjelaskan kata ta’sis akan menjadi karakter
untuk masa ini. Bukankah Nabi SAW tidak menghabiskan waktu dan
potensi diri dan shahabatnya hanya untuk mendiskusikan politik Romawi
dan persia sebagai penguasa bumi saat itu. Tetapi lebih sibuk
membangun SDM pemimpin bumi saat nanti tiba masanya Islam Menggantikan
dua imperium tersebut. Bukankah Nabi berikut shahabatnya tidak
menghancurkan wujud patung-patung di sekitar Ka’bah, sebelum
patung-patung itu hancur di hati masyarakat Mekah. Bukankah Nabi
menyiapkan pondasi untuk seluruh rencana bangunan utuh peradaban Islam.
Pondasi itu adalah aqidah yang murni dan kokoh, berikut akhlak yang
berkilau penuh kemuliaan.
2. Dominan membangun manusia
dibandingkan membangun sistem. Sistem tetap dibangun oleh Nabi
shallallahu alaihi wasallam. Terutama sistem untuk pengamanan tunas
dakwah yang rawan rontok karena arogansi kemusyrikan. Tetapi beliau
tidak disibukkan membangun system wadah sehingga melupakan tugas utama
dalam membangun System Ilmu SDM. Nabi tidak mengajak shahabat berdiskusi
tentang sistem wadah/negara Islam yang akan dibangun; ekonomi, politik,
keamanan, pasukan dan sebagainya. Karena wadah adalah otomatisasi.
Yang ada adalah membangun generasi yang beriman dengan iman yang lebih
kokoh dari tancapan gunung. Berilmu yang lebih luas dari samudera yang
masih bertepi. Bermoral yang kilaunya lebih memancar dari berlian.
3.
Pembagian Fase Makkiyyah - 13 tahun ini dibagi dua: 10 tahun untuk
membangun pondasi SDM sambil mencari tempat. - 3 tahun sisanya untuk
menyiapkan tempat, sebagai permulaan membangun sistem kekuasaan. - 10
tahun yang pertama dibagi dua: 3 tahun dakwah dari individu ke individu
dan orang-orang terdekat tanpa mengumumkan secara terbuka konsep
barunya. 7 tahun dakwah terbuka, menyampaikan ajaran Islam yang asing
bagi masyarakat dengan semua resiko yang harus dihadapi.
4. Taklif ibadah ada, tetapi tidak melebihi kuantitas penanaman
aqidah Tercatat hanya beberapa ibadah penting yang sudah diturunkan
sejak di Mekah (Tahajjud). Bahkan shalat 5 waktu yang wajib pun baru
diturunkan perintahnya pada sekitar satu tahun menjelang hijrah; artinya
setelah 12 tahun penanaman aqidah. Bisa dikatakan bahwa hikmah
ibadah yang diturunkan di fase Mekah untuk melatih membawa beban.
Karena kelak di Madinah, beban akan dipikulkan hingga yang terberat
sekalipun seperti jihad. Mereka yang pernah berlatih dan terlatih, akan
terasa ringan dengan beban berikutnya dengan tingkat resiko yang lebih
tinggi. Ibadah di fase ini juga merupakan aktifitas spiritual mendekat
kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebuah nilai mahal yang berfungsi untuk
menjaga ketahanan iman dan kesabaran fisik selama masa tekanan di fase
ta’sis.
Fase Madaniyyah 53-63 tahun adalah usia Nabi di
fase Madinah. 10 tahun ini merupakan fase maksimalisasi taklif (beban
ibadah), akad muamalah untuk kekuasaan dan penerapan sistem Islam.
Surat
al-Baqarah mewakili suasana ini. Inilah surat yang pertama turun di
fase Madinah (al-Athlas al-Tarikhi li Sirah al-Rasul, Sami al-Maghluts,
Maktabah al-‘Ubaikan, h. 105). Al-Baqarah masih membawa suasana
surat-surat Makkiyyah tetapi sudah dominan bicara tema-tema Madaniyyah
yang baru. Al-Baqarah satu-satunya surat Madaniyyah yang masih
mencantumkan kisah-kisah umat terdahulu. Padahal kisah umat terdahulu
adalah merupakan tema ayat-ayat Makkiyyah.
Al-Baqarah
satu-satunya surat Madaniyyah yang masih mencantumkan kisah Adam dan
Iblis, kisah pertarungan pertama antara al-Haq dan al-Bathil. Kisah Adam
dan Iblis adalah merupakan tema yang dibahas di ayat-ayat Makkiyyah.
(Lihat: Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Manna’ al-Qaththan, h. 59)
Sisa
ayatnya lebih banyak tentang pembahasan khas Madinah berupa ibadah dan
sistem muamalah dalam Islam. Shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, hukum
qishash, hukum halal haram, hukum khomr dan judi, larangan riba, hutang
piutang, hukum sumpah, wasiat, hukum haidh, talak, masa iddah, khulu’,
ila’, susuan, hukum seputar pernikahan dan juga perang.
Subhanallah,
sangat luar biasa bukan, urutan al-Qur’an dalam membangun peradaban.
Al-Baqarah yang mengakhiri sebuah fase masih mengingatkan tema
terdahulu. Al-Baqarah yang mengawali sebuah fase membuka tema-tema yang
merupakan konsentrasi fase ini.
Berikut ini beberapa karakter fase ini:
1. Membangun sistem negara menjadi konsentrasi awal fase ini
Memaksimalkan fungsi masjid,
mempersaudarakan sesama muslim dengan ikatan melebihi persaudaraan
nasab belaka, membuat perjanjian dengan non muslim dalam kerjasama,
membangun ekonomi umat. Kesemuanya adalah aktifitas Nabi di awal kaki
beliau menapaki jalanan Kota Iman tersebut. Dan semua itu adalah
variabel sebuah negara Islami.
2. Dominan taklif
Madinah
bukan lagi Mekah yang masih membangun pondasi. Masyarakat muslim telah
siap. Siap untuk mendapatkan beban seberat apapun. Setelah tahun pertama
digunakan untuk menanamkan variabel negara, tahun kedua adalah tahun
turunnya taklif (beban ibadah). Terhitung pada tahun kedua ini perintah
puasa diturunkan, zakat, hingga jihad. Karena masyarakat telah kokoh
pondasinya, maka beban tak lagi menjadi beban. Beban yang bahkan bisa
dinikmati. Tentu, tetap saja tema membangun aqidah dan akhlak merupakan
hal yang terus diingatkan sepanjang fase Madinah. Tetapi, taklif adalah
dominasi fase ini.
3. Pembagian fase Madaniyyah Fase ini
bisa dibagi menjadi 5: 1. 1H: Menanamkan variabel penerapan sistem Islam
dan kekuasaan 2. 2H – 5H: Masa perjuangan karena reaksi musuh Islam 3.
5H – 6H: Masa pertama musuh Islam mulai menyerah satu per satu 4. 7H:
Masa ekspansi Islam lebih luas 5. 8H – 11H: Masa kemenangan dengan
grafik terus meningkat
Sebuah strategi nabawi yang sangat
rapi dan sistematis. Kalau kita ramu ulang 3 fase tersebut akan
menghasilkan poin sebagai berikut: Bersabarlah diri dalam mempersiapkan
diri. Karena Nabi SAW lebih banyak menghabiskan usianya untuk persiapan (40 tahun) dibandingkan perjuangan (23 tahun). Yang bersabar dalam membangun diri menjadi mukmin sejati, agar tidak terjatuh saat memasuki hasil berupa kekuasaan dan harta. Bagi Nabi SAW berbanding 13 tahun : 10 tahun.
Aqidah
dan akhlak sebelum ibadah dan muamalah Dengan urutan ini, tidaklah
Rasul wafat kecuali Islam telah membuka seluruh jazirah Arab. Setelah
sebelumnya hanya sebuah kota kecil yang bernama Madinah. Inilah utuhnya.
Utuhnya sebuah strategi dan urutan membangun peradaban sekaligus dalam
mendidik generasi pembangun peradaban itu. Untuk sebuah hasil utuh dan
maksimal. Agar hari ini kita mampu mengulang masa kebesaran shahabat
Nabi.
Cacat pada sebagian urutan, akan berefek
cacat pada sebagian hasilnya. Prosentase kegagalan dan lubang
keberhasilan seiring sejalan dengan prosentase kegagalan dalam
menerapkan urutan.
Kurikulum pendidikan bagi
generasi kita hari ini yang ditugasi Nabi untuk mengembalikan masa
kebesaran shahabat beliau dulu, harus mengikuti urutan tersebut. Dari
masa persiapan untuk kemapanan pribadi muslim, menuju perjuangan
membangun pondasi aqidah dan akhlak pada diri dan masyarakat, hingga
perjuangan menuju penerapan utuh sistem Islam dan kekuasaan. Untuk
akhirnya meninggalkan dunia menghadap Robb dengan membawa amal shalih
peradaban.
Ya Allah, bimbinglah kami…
Robbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin waj’alli milladunka sultanannashira.
“Wahai
pembimbingku! Masukanlah saya menjadi yang benar-benar masuk kedalam
kehidupan ALQURAN. Dan keluarkanlah saya menjadi yang benar-benar
keluar dari permainan DZULUMAT apa saja. Buatlah bagiku dari ALQURAN
ini menjadi kekuatan yang memenangkan kehidupan satu-satunya”. (QS Al
Isra'/17:80)
Posting Komentar
Posting Komentar